Share

103. KISAH TENTANG ADIKKU

Melihat Lais yang tak perduli pada lebatnya hujan, aku yang mulutnya rapat tertutup rasanya tidak mampu menahan diri untuk bertanya, 'siapa yang menghubunginya barusan?'

"Ayo Mbak, kak Lais udah pergi."

Sampai ucapan Mala yang sudah menghabiskan separuh nasi gorengnya, membuatku menoleh lalu mengangguk.

Melajukan Honda Civic-ku yang dipandangi heran wanita paruh baya yang matanya nampak menyimpan kesedihan.

"Lho, sama siapa ini?"

"Dianterin kakak baso, Ma." Adu Mala memeluk sang ibu, wanita yang memperhatikan diriku lalu mengangguk dengan senyum untuk sapaku yang mencium tangannya setelah Rama.

"Saya Runi, Bu. Seruni."

"Saya Bu Bandriah, Neng. Terimakasih dan maaf merepotkan."

"Tidak sama sekali, Bu."

"Mari Neng, duduk."

"Terimakasih." Ucapku pada wanita bertubuh gempal yang menyambutku ramah setelah menyeka mata sedihnya yang berair.

Membuatku tak bisa menahan diri untuk bertanya, 'apa yang membuatnya menangis?'

Tapi, mulutku yang sudah terbuka ku tutupkan kembali karena melihat dua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status