Share

106. TERTANGKAP BASAH

"Anak ibu."

Ucapan ibu yang tangannya mengusapi lenganku menyalurkan perih teramat sangat saat wajah Santo terbayang dalam benak.

Namun, mulutku yang jadi terasa sangat pahit mampu menciptakan senyum saat pandangan kami bertemu.

"Kamu sudah besar sekali, Runi." Sementara sorot matanya yang menyiratkan banyak kasih, menciptakan beban yang terasa menusuk.

Aku selalu bertanya, benarkah wanita yang sorot matanya seolah melihat orang lain saat menatapku ini, 'benar-benar melupakan keberadaan Santo yang mampu membuat kami tertawa dengan tingkah polahnya.'

Tapi, adakah jawaban lain saat aku tahu sebesar apa kasih ibu pada adikku yang hanya mengenal ibu sebagai ibunya.

"Selamat malam, Bu." Dan hanya kalimat itu yang mampu kukatakan pada anggukan ibu yang usapannya begitu lembut namun tidak mampu memberiku ketenangan.

'Nang, ibu dan bapak datang. Apa kamu mau melihat mereka?'

Tanya yang tidak mampu ku kirim pada Santo di chat kami, menggema begitu keras dalam benakku yang matanya terpejam.

Be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status