Share

94. TAMPARAN CLARA

Mimpi.

Jika di pergelangan tanganku yang masih menyalurkan rasa terbakar tidak ada saputangan yang melilit, rasanya aku masih merasakan pertemuanku dengan Santo barusan tidak nyata.

Tapi, senyum adikku yang jadi sangat tinggi, suaranya yang jadi semakin berat, pun sentuhan dan kehangatannya yang masih sama, bukan ilusiku.

Sekalipun aku jadi benar-benar disadarkan sudah selama apa waktu yang ku lewatkan tanpa ada disisi Santo.

Empat tahun ..., 'sungguh waktu yang tidak sebentar.'

Bagiku itu adalah waktu yang sangat lama dan menyiksa.

Rasa yang tidak hanya milikku sendiri. Karena adikku yang sorot matanya merindukan bapak dan ibu, pasti merasakan hal yang sama. Mungkin, lebih dari diriku yang tinggal bersama mereka.

Namun, senyum mampu mehiasi bibirku yang berjalan menyusuri lorong panjang pun anak-anak tangga.

"Taksi Mbak?" Ucap pria paruh baya yang baru menurunkan penumpang.

"Iya, Pak." Jawabku lalu masuk ke dalam taksi yang pengemudinya bertanya kemana aku akan pergi.

"Siap, Mbak." U
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status