Share

94. KERINDUAN ADIKKU PADA ORANG TUANYA

Suara keriuhan masih terdengar, menyusup dari celah ruangan yang mampu melihat diriku dan jemari adiku bertalian.

Tak banyak kata terucap dari mulutku yang duduk bersandar pada bahu Santo, begitupun adikku yang selalu tersenyum tiap kali mataku mencuri pandangan.

Diam, bersama, memastikan kami sama-sama nyata. Kurasa itu yang sedang kami lakukan detik ini.

Merasakan panas tubuh Santo yang menenangkan juga mendengar denyut jantungnya yang beraturan. Kurasa, aku merasa begitu tenang. Sampai kudengar adikku tertawa pelan.

"Kalo aku tau Mbak akan sesenang ini hanya duduk diam denganku, kamu sungguh sederhana, Mbak."

"Sederhana?" Ulangku mengingat ucapan lelaki yang mungkin masih berada dalam keramaian sekolah, ditemani dua adik kembarnya.

"Mbak gak inget pernah bergaya seperti itu."

"Aku menggunakan imajinasiku dan menerka saat kamu sedikit lebih dewasa, Mbak." Jawab Santo menatap goresan-goresan tangannya sendiri pada potretku dalam lukisan.

"Begitukah?"

Ia mengangguk, "lagipula, aku han
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status