Share

151. RAPUH DAN EGOIS

Ping : aku pun ingin bertemu Runi.

Apa aku tidak tahu malu?

Entahlah. Yang kutahu, pesan yang langsung masuk sebelum mataku berkedip, membuatku menatap langit gelap yang tidak menyisakan cahaya bintang satupun karena gerimis.

Musim hujan masih berlangsung. Tapi, kilat dengan petir yang seakan membelah langit malam tak terasa menggangguku malam ini.

Aku yang memilih duduk di atas kasur dengan menggenggam ponsel, justru terus melihat keluar jendela, sementara suara tawa dari dua bocah yang masih melihat potret-potret lama yang di simpan pak Ramlan membuat mataku terasa berat.

"Aku gak pernah lihat Mbak Runi ketawa lebar seperti ini."

"Mbakku cantik 'kan?"

"Huh, jangan bilang kamu jatuh cinta sama Mbak Runi lho."

"Emang, aku cinta banget sama mbakku."

"Gelai, ih. Duduk yang jauh sana!"

Dan tawa Santo menyusup dari celah pintu yang kulirik. Tidak lama diikuti Lais yang kembali berucap dalam obrolan yang membuatku merebahkan tubuh.

Sampai tidak sadar aku jatuh tertidur.

Tok! Tok!

Ketukan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status