Share

157. CEPATLAH BANGUN NANG

Untuk beberapa lama lelaki gagah yang memandangi ponselnya diam.

Pesan dari sang nenek terasa begitu tiba-tiba, tapi bukan tak terpikir.

"Apa eyang akan baik-baik saja datang sendirian?" Rendra menarik nafasnya dalam. Menyadarkan punggung pada tembok rumah sakit yang kesibukannya sudah ia hafal.

"Aku mau beli es krim."

"Aku... aku juga mau."

"Kamu mau rasa apa?"

"Ng~ stlobeli."

Ia yang tersenyum bahkan tak lagi kaget di depannya berlarian bocah yang tertawa lepas, seolah tidak paham tempat macam apa yang kaki-kaki kecil mereka pijaki.

"Kakek kapan pulang ya?'

"Ng~ nda tahu, nanti sole?"

"Beneran?"

"Aku... aku tanya kan?"

"Oh, ha ha ha."

Dan obrolan dua bocah lelaki yang membuat Rendra mengalihkan pandangan dari ponsel, kembali menciptakan senyum. Meski setelahnya ia menarik nafas dalam.

"Eyang akan baik-baik saja. Ia selalu seperti itu."

Tapi, bagiamana dengan orang-orang yang akan eyangnya temui?

Sepasang pasutri yang tak lagi menyebutkan nama anak lelaki mereka itu?

Tarikan nafas Re
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status