Share

148. WAJAH MAS RENDRA

Sejak aku keluar dari rumah dengan menggendong Santo yang lelap karena obat tidur, duniaku serasa gelap.

Hujan yang mengguyur tubuhku malam itu bahkan mampu kurasakan sampai detik ini.

Aku yang dadanya jadi bukti sekeji apa ayahku di mata manusia yang sudah menempatkan diriku sebagai korban selamat, seolah masih hidup dalam gelap karena tidak ada yang ingin mendengar cerita tentang keluargaku.

Mereka sudah menempatkan dimana posisiku dan tidak ingin mengerti apalagi paham jika tatapan mereka yang tidak ramah mampu memberiku pengaruh dalam menjalani keseharian.

Apa aku trauma? Bohong jika tidak, saat bapak dan ibu harus mencari dokter kejiwaan agar aku bisa hidup seperti anak-anak lain.

Dan dalam dunia gelapku itu, tawa Santo juga keberadaanya adalah satu-satunya cahaya yang mampu memberiku rasa, 'tidak apa menjalani hari setelah bangun dari mimpi yang kadang membuat tubuhku basah oleh keringatku sendiri.'

Tidak apa aku menjalani hari saat matahari terbit lalu tidur saat gelap datang.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status