Share

146. MAAF

Deru mobilku akhirnya berhenti di depan bangunan rumah sakit yang masih menyisakan kehidupan meski tengah malam sudah lewat. Sebelum turun, untuk beberapa saat aku hanya diam di belang kemudi yang mesinnya sudah mati.

Dan kini derap langkahku menyusuri lorong rumah sakit yang ubinnya menggemakan tiap kaki beralasku memijak.

"Dingin banget, minum teh anget enak kayanya."

"Penjambret yang jadi bulan-bulanan warga nyaris mati jika polisi tidak segera datang."

"Hujan tiap hari, ya. Sampe aku rindu liat matahari panas."

Suara manusia pun televisi mengiringi langkahku yang dipandangi beberapa mata penasaran seolah bertanya, 'siapa diriku dan apa yang sedang kulakukan saat jam besuk sudah lama lewat?'

Tapi, aku yang datang dengan tujuan tak mengalihkan pandangan kecuali menatap papan informasi yang bisa menunjukan kemana kakiku harus melangkah.

Sreeg!

Dan saat kakiku berdiri tepat di depan pintu yang kugeser pelan, sunyi menyambut ku.

Ruangan itu begitu sepi meski mataku bisa melihat dua p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status