Share

145. KEMARAHAN YANG TERTUTUP MENDUNG

Pandangan Santo beralih dari layar ponsel berisi potret bocah perempuan lucu yang mata jernih nan bulatnya membuatku mampu berucap tentang keadaanku saat ini.

Di dalam rahimku yang belum menjadi istri siapapun, tumbuh bakal manusia yang masih dan terus berusaha untuk berkembang dan tumbuh.

Rasanya, jalan nafasku tersendat saat pandangan Santo yang lurus menatap manik mataku, tidak mengatakan apapun meski bergerak. Tapi aku sama sekali tak mampu membaca kalimat apa yang ada di dalamnya.

Sampai--

"Akhirnya, Mbak bilang juga sama aku."

Dan senyum tercipta dalam bibir Santo yang matanya ikut tertawa. "Hai, ponakannya Om, apak kabar kamu di dalam sana?" Lalu mengusapi perutku, ia tampak begitu senang dan bersemangat.

Meski kaget dengan reaksinya, aku hanya diam memperhatikan adikku bicara pada perut rataku.

"Mulai sekarang, Om gak perlu diem-diem bicara sama kamu pas mama tidur, ya?" Ucapnya yang entah tahu sejak kapan di rahimku tubuh bakal manusia.

"Tau gak, 3 hari lagi kita akan pulan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status