Share

Bab 4

last update Last Updated: 2025-03-04 11:12:24

Lyra berdiri kaku di antara para tamu pesta. Di saat tamu lain tersenyum sumringah menyambut kedatangan salah satu bintang dari acara malam hari ini, wajahnya justru kehilangan segala warna–pucat.

Kenapa bisa seperti ini?

Bagaimana bisa pria yang tadi malam menyentuh setiap inci tubuhnya, yang membisikkan kata-kata nakal di telinganya, yang mencumbu dan memilikinya dalam kegelapan…

…ternyata adalah Dastan Adiwangsa?!

Paman Darren. Pewaris utama keluarga Adiwangsa. Pria paling berbahaya di negeri ini!?

Lyra merasakan kepalanya berdenyut hebat. Seluruh tubuhnya bergetar tanpa bisa ia kendalikan. Rasanya ingin lari. Ingin menghilang.

Tidak. Ini tidak nyata. Harusnya ini hanya mimpi buruk.

Tapi pria itu ada di sana. Nyata.

Semakin ia menatap Dastan, semakin ingatan semalam kembali menghantam kepalanya dengan keras.

Tangan kekar yang membawanya ke dalam kamar hotel.

Bibir penuh yang mencumbunya di bawah remang lampu.

Suara rendah yang mengklaimnya tanpa ragu.

—"Kalau begitu… mulai sekarang, kau adalah wanitaku."

Lyra mencengkeram gaun yang membalut tubuhnya, kedua lututnya melemas. Tidak, dia tidak boleh panik sekarang! 

Napasnya tersengal. 

Dia harus tetap tenang!

“Lyra.”

Suara tajam Talia Sasmita menyentaknya kembali ke dunia nyata. Mata Lyra membeliak, menoleh ke arah ibunya yang kini menatap tajam.

“Apa yang kau lakukan? Kenapa berdiri seperti orang linglung,” bisik Talia dengan nada dingin, ekspresinya menyiratkan ketidaksukaan.

Gawat. Jika sang ibu menyadari ada yang aneh dengannya, itu akan menambah masalah. 

Lyra menelan ludah, berusaha menenangkan ekspresi wajahnya. “Aku… tidak apa-apa.”

Namun, sebelum Talia bisa bertanya lebih lanjut, suara berat menggema di ruangan itu.

"Maaf menyela sejenak!" David Adiwangsa—kepala keluarga Adiwangsa sekaligus kakek Darren—berbicara dengan suara berwibawa. Tatapan penuh kebanggaan menghiasi wajahnya meski duduk di atas kursi roda.

“Perkenankan diriku untuk memulai pesta dengan meminta para hadirin semua untuk menyambut putraku,” David menatap Dastan, ada kebanggaan di matanya, “Dastan Adiwangsa, yang akhirnya kembali ke tanah air setelah sekian lama mengembangkan bisnis keluarga di luar negeri.”

Seluruh ruangan dipenuhi suara tepuk tangan.

Dastan hanya mengangkat dagu sedikit, menerima penghormatan itu dengan ketenangan khasnya. Namun, kemudian pandangannya menyapu seisi ruangan, dan manik hitam pria itu mulai mendekat pada satu sosok–Lyra.

Menyadari hal itu, jantung Lyra seolah mencelos. Buru-buru dia memutar badan, bersembunyi di balik sosok Talia. Berharap pandangan Dastan tidak sampai padanya.

‘Tuhan, tolong buat dia tidak mengenaliku!’ Doa Lyra dalam hati. 

Tepat pada saat itu, Lyra yang mengintip dari balik pundak Talia melihat Dastan berputar mengambil mikrofon yang diberikan seorang pelayan, lalu berbicara dengan santai.

“Terima kasih atas sambutan hangatnya,” ucap Dastan, tersenyum tipis memulai sambutan, membuat Lyra menghela napas lega lantaran pria itu tidak sempat melihatnya. “Tidak banyak yang bisa kukatakan, tapi aku senang bisa kembali.”

Semua orang menatap kagum. Meski hanya memberi sambutan singkat, itu lebih dari cukup mengobati rasa penasaran para tamu akan sosoknya. Sosok penuh misterius yang hingga kini sulit untuk tersentuh.

Gema tepuk tangan mulai mereda, dan suasana pesta kembali dipenuhi dengan suara obrolan para tamu yang berbasa-basi dengan Dastan Adiwangsa. 

Pria itu tampak tenang, menerima setiap sapaan dengan senyum tipis dan tatapan tajam yang membuat orang-orang segan di hadapannya.

Di sudut lain ruangan, Lyra meneguk napasnya dalam diam. 

Berbeda dengan para tamu yang mendekat, dia justru menghindar sejauh mungkin dari jangkauan Dastan. Setiap gerakan pria itu terasa seperti ancaman. 

Namun, hingga saat ini, Dastan tidak menunjukkan tanda-tanda mengenalinya.

"Lyra, kemari," suara sang ibu, Talia, lagi-lagi membuatnya tersentak.

Dengan perasaan waspada, Lyra melangkah mendekat. Talia menariknya melewati kerumunan. 

Saat itu, dia baru menyadari bahwa ayah Darren sudah berdiri di sana bersama Dastan.

Jantung Lyra kembali mencelos. Ingin kabur, tapi lengannya digenggam erat oleh Talia.

“Oh, ya, aku belum mengenalkan kalian,” ucap Daniel Adiwangsa—ayah Darren—ketika melihat kemunculan mereka.

Dastan pun menoleh. Tatapan mereka bertemu. Lyra spontan menunduk, menyembunyikan wajah yang dipenuhi gurat ketakutan.

“Dastan, ini Talia Sasmita, kenalan lama kami."

Dastan meraih uluran tangan Talia untuk bersalaman.

"Sebuah kehormatan besar bertemu anda, Tuan Dastan." ucap Talia bangga. Dastan mengangguk singkat.

Ayah Darren melanjutkan, "dan ini putrinya, Lyra, tunangan Darren.”

"Tunangan?" 

Lyra semakin gugup mendengar suara berat Dastan. Dia tak berani mengangkat wajah. Pun tak berani mengulurkan tangan.

‘Jangan perhatikan aku. Jangan ingat aku.’ Lyra berjuang keras menyembunyikan wajah di balik helaian rambut panjangnya. 

"Ah benar, waktu itu kau tidak bisa pulang untuk menghadiri pesta pertunangan mereka," jelas Daniel.

Jantung Lyra berdentum cemas menanti reaksi Dastan selanjutnya. Tapi pria itu tidak berkata apa-apa. Tampaknya, Dastan tidak mengenalinya.

Dengan hati-hati, Lyra menghembuskan napas lega. Namun, saat dia mengira semuanya akan berjalan lancar, Dastan kembali bertanya.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 5

    Darah Lyra seolah menguap. Napasnya tercekat. Dingin menjalari tengkuknya. Apakah Dastan mengenali dirinya?! Bagaimana ini? Lyra panik. Dia benar-benar harus kabur dari tempat itu sekarang. Dia tidak siap mengungkap semua kebenaran. "Ah, itu mustahil." Talia memotong dengan cepat sebelum Lyra sempat bereaksi. Tertawa kecil, wanita itu menepuk tangan Lyra yang gemetar, lalu menoleh pada Dastan dengan senyum percaya diri."Tuan Dastan. Putriku ini tipe anak rumahan. Dia tidak pernah pergi ke mana pun sejauh ini. Hidupnya hanya berkisar di rumah dan lingkungan terbatas kami. Anda baru pulang dari luar negeri, bagaimana bisa bertemu dengannya?"Lyra menelan ludah, berusaha mengontrol napasnya yang tersendat.Dastan diam beberapa detik. Tatapannya masih melekat pada Lyra, tajam dan menelisik begitu teliti, seakan mempertimbangkan sesuatu. Meski akhirnya, pria itu hanya mengangguk kecil. “Begitu rupanya….”Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, Dastan memalingkan wajahnya, kembali ke perca

    Last Updated : 2025-03-04
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 6

    Beberapa saat sebelumnya...Di dalam sebuah mobil hitam yang melaju tenang di jalan utama Torin, Dastan Adiwangsa duduk bersandar dengan mata terpejam. Wajahnya tanpa ekspresi, namun ujung jari telunjuknya mengetuk-ngetuk sandaran tangan, menunjukkan pikirannya yang tengah bekerja.“Apa sebenarnya tujuan pesta malam ini?" tanya Dastan setengah menggeram rendah. “Aku memiliki banyak pekerjaan, tapi Ayah begitu keras kepala memaksaku hadir.”Charly, tangan kanan Dastan yang duduk di kursi penumpang depan, melirik sekilas sang atasan melalui kaca spion seraya menjawab, “Pesta malam ini bertujuan untuk merayakan ulang tahun Tuan Darren sekaligus penyambutan kepulangan Anda ke dalam negeri, Tuan."Dastan mendengus, nada sinis terdengar jelas. "Konyol. Apa yang perlu dirayakan dari seseorang yang bertambah tua? Tidakkah mereka tahu itu berarti waktu hidup orang tersebut semakin berkurang di dunia?” Ia menyandarkan kepala ke kursi dan menatap langit-langit mobil. "Dan lagi, siapa yang benar-

    Last Updated : 2025-03-04
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 7

    Lyra merasa seluruh tubuhnya menjadi dingin. Dia tak bisa berkata apapun sekarang. Rupanya, sejak tadi, Dastan hanya berpura-pura tidak mengenalinya. Mengapa dia begitu naif, berharap Dastan tidak akan mengingat wajahnya setelah malam panas mereka yang panjang?Darren yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksud Paman? Bagaimana bisa Paman tahu detailnya?"Gawat!Lyra menggigit bibir. Apa Dastan akan membocorkan kejadian semalam pada Darren? Tentang bagaimana Lyra mendatangi lalu memintanya tidur bersama?Lyra menggeleng pelan tanpa sadar. Darren tidak boleh tahu jika Lyra telah menggoda pamannya. Bukan hanya ini akan menghancurkan reputasi Lyra, tapi Talia tidak akan melepaskannya dan membuat Lyra membayar kesalahannya dengan cara yang paling menyakitkan!Lyra harus–"Aku juga ada di bar yang sama semalam. Aku melihatnya." Dastan menjawab, membuat Lyra terdiam dan menatap pria itu dengan wajah kaget.Dia … tidak membocorkannya?Melihat reaksi Lyra, sudut bibir Dastan agak terangkat.

    Last Updated : 2025-04-01
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 8

    Lyra menatap Talia dengan gugup."Lyra?" Panggilan itu membuatnya melirik ke arah lantai dansa, ke arah Darren dan Livia yang tengah berangkulan dengan mesra.Talia ikut menoleh. Seketika itu pula raut wajahnya berubah gusar."Kau membiarkan tunanganmu berdansa dengan temanmu? Lyra, kau ini bodoh atau apa?" hardik Talia dengan nada tajam. "Cepat panggil Darren ke sini!"Lyra menelan ludah. Ia melangkah pelan ke arah lantai dansa, namun hatinya terasa berat. Darren dan Livia tampak begitu menikmati momen mereka, seolah tidak menyadari keberadaannya.Setiba di sana, Lyra berdiri diam sejenak sebelum akhirnya berkata dengan suara tenang, "Darren, kita harus kembali."Darren menoleh dengan tatapan tidak senang. Tak suka kebersamaan mereka diganggu."Astaga Lyra, apa kau tidak bisa menunggu sebentar saja? Aku tidak akan membawanya lari," canda Livia sambil tertawa.Tapi Lyra tidak tersenyum. Dia menoleh ke arah ibunya yang masih menunggu. "Bukan aku yang butuh kehadirannya."Darren langsu

    Last Updated : 2025-04-01
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 9

    SRAAAKKK!Beberapa bungkus alat kontrasepsi jatuh berserakan di atas meja, membuat semua orang terdiam dalam keterkejutan.Talia membelalakkan mata. "Astaga! Apa ini?"David terbatuk keras, hampir tersedak minumannya. "Darren..."Leona juga tertegun beberapa detik sebelum wajahnya memucat. Ia menoleh pada Darren dengan pandangan penuh tuntutan. "Katakan ini hanya kesalahpahaman, Darren."Darren menggeleng cepat. "Ini... ini tidak seperti yang kalian pikirkan!""Oh, ya? Lalu seperti apa, hem?" David menggeram keras. Masih menanti alasan masuk akal yang bisa cucunya berikan meski kelihatan mustahil.Dastan menatap Darren dengan tajam, menikmati bagaimana keponakannya tampak semakin gelisah."Jika kau sulit untuk bicara, biar kupanggilkan seseorang untuk membantumu menjelaskan semuanya," ujar Dastan dengan nada santai tapi mengandung ancaman.Selesai mengucapkan itu, dia mengangkat tangan dan menjentikkan jari. Dalam sekejap, dua anak buahnya muncul dari sisi ruangan, menggiring paksa se

    Last Updated : 2025-04-02
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 10

    Hening, semua orang terbelalak dan merasa malam ini menjadi semakin gila!Sementara itu, Lyra membeku di tempat, wajahnya memucat seperti mayat. Lalu, hampir bersamaan, beberapa pekikan memenuhi ruangan."Kau gila?!" suara Leona, Talia, bahkan Daniel bertumpuk jadi satu.Daniel membanting tangannya ke meja dan langsung berdiri, wajahnya memerah oleh amarah. "Kau sudah keterlaluan, Dastan!"Dastan tidak terganggu. "Keterlaluan? Bukankah tujuan kalian hanya untuk menyelamatkan nama baik keluarga? Aku bagian dari keluarga ini, dan dibanding putramu yang pengecut itu, aku lebih dari mampu menjaga kehormatan Adiwangsa, bukan begitu?"Talia menatap Lyra dengan tatapan penuh ancaman, sementara Leona tampak berusaha mengendalikan emosinya.Lyra melirik Dastan dengan campuran keterkejutan serta ketakutan.Apa yang baru saja Dastan lakukan?Apakah pria itu serius?Atau ini hanya taktik untuk semakin mempermainkan semuanya?Semua orang bergantian memandang Dastan dengan keheranan yang sama. Seol

    Last Updated : 2025-04-02
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 11

    Leona dan Talia memekik mewakili keterkejutan yang lain. Bahkan Dastan, yang walau mengharapkan itu terjadi, terkejut melihat Lyra menampar sosok Darren dengan begitu keras.Seketika tubuh Lyra menegang, matanya menyala marah. Peduli setan dengan nama baik keluarga. Tak ada lagi perasaan yang harus dia jaga. Dia sudah cukup dipermainkan oleh tunangannya ini.Seisi ruangan didera kesunyian, hanya tersisa napas terengah Darren yang terkejut dengan perlakuan Lyra."Lyra,” geram Darren. “Kau menamparku?!" Pria itu menatap sang tunangan dengan wajah syok. Tangannya masih meraba pipi yang terasa perih oleh hantaman tangan Lyra. Gadis itu menegakkan tubuh, dadanya naik turun dengan napas yang berat. "Aku sudah cukup dengan semua ini! Kau mengkhianatiku dengan mudahnya, lalu sekarang kau ingin bersikap seolah-olah kau masih berhak menyentuhku?" suara Lyra bergetar, tetapi tetap terdengar jelas dan lantang.Darren menggeram, Rasa marah dan malu membuatnya meledak. “Beraninya kau, wanita jalan

    Last Updated : 2025-04-03
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 12

    Leona benar-benar merasa ditusuk dari belakang. “Kau serius dengan ucapanmu tadi?”Selama ini, Talia yang paling antusias dengan perjodohan anak-anak mereka. Dia telah mengupayakan segala cara untuk menarik hati Leona dan Daniel.Namun sekarang? “Kau ternyata sangat munafik, Talia,” geramnya tak percaya.Talia menoleh enggan padanya. “Apa maksudmu? Apa kau ingin aku membantah keputusan tuan David? Kau sudah gila?”Seketika, riuh kembali pecah. Namun di antara kekacauan itu, hanya ada satu orang yang tampak paling tenang. Dastan.Pria itu bangkit mengangkat gelasnya santai. Tak peduli perdebatan konyol di belakangnya. Mata Dastan tertuju langsung pada Lyra yang masih membeku di tempat. Lalu dengan senyum tipis penuh arti, dia berjalan mendekat, menundukkan kepalanya hingga napas hangatnya hampir menyentuh telinga Lyra. Suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi cukup jelas untuk menusuk relung ketakutan gadis itu. "Kita punya banyak hal untuk dibicarakan, Lyra," bisiknya, sengaja meny

    Last Updated : 2025-04-03

Latest chapter

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 31

    "Aku sangat berterima kasih untuk niat baikmu, hanya saja... ini terlalu cepat. Kita... bisa melakukannya nanti, setelah semua proses pernikahan selesai," jawab Lyra gugup.Dastan menyilangkan tangan di dadanya. Tersenyum bingung. "Ini tidak terlalu cepat. Aku sudah memikirkannya matang-matang. Ini hadiah untuk keberanianmu tadi."Lyra memejamkan mata sesaat. Awalnya dia merasa senang dengan segala bentuk perhatian dan pemberian Dastan. Namun, kini semua itu malah membuat Lyra tertekan. Merasa sangat bersalah. "Aku... tidak ingin menimbulkan lebih banyak rumor, orang-orang mungkin akan membahas ini di pesta pernikahan."Dastan terdiam. Alasan yang diberikan Lyra, meskipun masuk akal tapi entah mengapa dia merasa itu bukan alasan sesungguhnya. Lyra berdiri. Kursinya terdorong mundur sedikit dengan suara seret yang tajam di telinga Dastan. Wajahnya tegang.“Maaf, aku tidak bisa menandatangani ini,” katanya pelan, tapi tegas menyodorkan kembali map itu ke hadapan Dastan. “Ini bukan...

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 30

    Leona tak bisa menyembunyikan keterkejutan saat Lyra menepis tangannya dan membentak. Gadis itu mengangkat dagu. Menantang tatapannya dengan berani."Apapun yang ingin kulakukan, itu urusanku. Aku tidak butuh penilaian kalian," desis Lyra geram. "Dan tentang pertunangan kami yang batal, kau salah besar, Leona. Tanyakan pada putramu kebenarannya."Kedua alis Leona terangkat, nyaris tertawa. "Apa?""Kau pikir Darren tak menyesal melepaskanku? Yang benar saja," Lyra menatap langsung ke matanya. "Justru putramu sekarang bertingkah seperti orang aneh. Dia terus mengejarku. Tidak pernah bisa menerima kenyataan bahwa pertunangan kami telah dibatalkan."Sejenak, suasana jadi hening. Para sosialita di belakang Leona saling menatap bingung."Kau bisa tanyakan sendiri pada bocah itu. Lihat isi pesan-pesannya. Dengarkan sendiri suara memelasnya di telepon," lanjut Lyra membuat Leona tercekat."Astaga, benar... kau pasti tidak tahu." Lyra menyeringai kecil lalu menutup mulutnya. "Ups!"Rombongan s

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 29

    Ekspresi Lyra langsung berubah. Tangannya tanpa sadar bergerak, ingin menyentuh cincin itu, tapi urung. Dia bahkan tak sadar Dastan sedang berbicara padanya.“Lyra?” Dastan memanggil. Ia mengikuti arah pandang Lyra dan menemukan fokusnya pada satu cincin di baki.Dastan memberi isyarat pada pelayan, “Bawakan cincin itu ke sini.”Lyra tersentak kaget, buru-buru menoleh. “Tidak, tidak perlu, aku cuma—”Tapi pelayan sudah mendekat, mengangkat baki kecil itu dan menyodorkannya. “Silakan, Nona. Anda boleh mencoba semua perhiasan di toko ini jika berkenan.”Lyra menelan ludah, tampak canggung. Namun Dastan sudah mengambil cincin itu dan meraih tangan Lyra.“Anggap saja ini latihan,” katanya pelan, lalu menyematkan cincin di jari manis Lyra dengan hati-hati.Cincin itu pas, dan entah kenapa terasa lebih personal.Lyra menatapnya, campur aduk. Ada perasaan haru yang mendadak menyeruak membuat matanya berembun. “Tapi... cincin yang kita pilih tadi sudah sangat bagus," ucapnya berusaha melepask

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 28

    Alba langsung membungkuk sedikit ke arah Dastan yang muncul tiba-tiba.“Mohon maaf, Tuan. Aku akan segera mendampingi Nona Lyra ke ruang ganti. Pakaian pagi sudah disiapkan di kamar. Kami... tidak menyangka nona akan keluar seperti ini.”Dastan mengalihkan pandangan pada Lyra, sesaat sebelum kembali menatap Alba. Satu alisnya terangkat, suaranya tenang tapi tegas.“Tidak perlu.”Alba menegang. “Tuan?”“Dia bebas mengenakan apapun yang dia mau,” ucap Dastan. “Jangan terlalu kaku.”Lyra nyaris membuka mulut untuk membantah, tapi saat melihat tatapan Dastan yang biasa dingin kini justru terasa melindungi, dia hanya bisa menunduk—malu dan... entah kenapa, hatinya berdegup sedikit lebih cepat.Alba masih berdiri kaku, bingung.Dastan menambahkan, “Kamu tidak perlu minta maaf karena calon istriku merasa nyaman di rumah ini. Justru itu yang kuharapkan.”Alba cepat-cepat menunduk dalam. “Tentu, Tuan. Mohon maaf atas kelancanganku.”Dastan berlalu lebih dulu ke ruang makan, disusul Lyra yang

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 27

    Talia dan Lyra menoleh serempak.Keduanya terkejut menemukan Dastan berdiri di ambang pintu ruang tamu. tubuh tegapnya dibalut jas yang belum sempat ditanggalkan. Dasi masih terikat sempurna, namun aura dinginnya jelas terasa, meski senyum tipis menggantung di bibir.“Dastan,” gumam Talia, berdiri anggun. "Jika kau bilang ingin datang, kami mungkin bisa menyambutmu dengan lebih layak," ucap Dastan melangkah masuk. Kalimatnya seperti sebuah penghormatan, tapi Talia tahu itu adalah sindiran untuknya. “Maaf sudah datang tanpa kabar lebih dulu. Aku datang hanya untuk melihat putriku.”Dastan mendekat perlahan, menatap Talia tanpa benar-benar tersenyum. Matanya hanya sekali melirik Lyra, memastikan gadis itu baik-baik saja, sebelum kembali menatap tajam ke arah wanita yang dulu ikut menjual Lyra secara diam-diam melalui perjodohan.“Tidak ada yang salah dengan kunjungan, tentu saja,” jawabnya tenang. Menyembunyikan kenyataan dia membatalkan rapat begitu Charlie melaporkan kunjungan Talia

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 26

    Saat pintu rumah terbuka, aroma wangi mawar bercampur kayu manis langsung menyergap Lyra. Itu wangi khas ibunya. Langkah Lyra melambat. Ia masih memeluk kotak mochi berwarna pastel yang tadi membuatnya tersenyum sepanjang perjalanan. Tapi kini senyum itu pudar, terganti kegelisahan yang perlahan mencengkeram dadanya.Di ruang tamu, seorang perempuan duduk dengan posisi sempurna. Rambut disanggul rapi, gaun hijau emerald nan elegan membalut tubuhnya, perhiasan mewah menghiasi pergelangan tangan dan telinganya. Beberapa pelayan berdiri berjejer di sisi ruangan, tampak sopan dan waspada, menanti perintah.Talia Sasmita.Sosok yang membuat seluruh ruangan menegang hanya dengan keberadaannya, menoleh ke arah kedatangan Lyra. “Oh, akhirnya kau pulang juga.” Suara itu ringan, seolah benar-benar merindukan. Talia langsung berdiri, gerakannya anggun dan cepat. Ia menyambut langkah Lyra dengan senyum yang terlalu manis untuk disebut tulus.Refleks, Lyra mundur setengah langkah. Bukan karena b

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 25

    “Kau tidak terlihat buruk. Pakaian ini cocok untukmu,” jelas Dastan melihat ekspresi kebingungan Lyra. "Oooh… iya, Kau juga terlihat 'kawaii'," jawab Lyra spontan. Dastan menahan senyum.Lyra lalu pura-pura merapikan obi. Wajahnya sudah merona sempurna karena malu. “Ini... seperti sesi kedua foto prewedding. Tapi versi drama Jepang abad pertengahan,” lirihnya berusaha menetralisir perasaan gugup.Dastan terkekeh pelan. Dia pun tak menyangka Lyra mau-mau saja mengikuti semua proses itu. Melihat mereka telah siap, seorang pelayan wanita mendekat sambil tersenyum. “Jika Anda berkenan, kami bisa mengabadikan momen Anda berdua. Ini tradisi kami bagi tamu yang mengenakan pakaian tradisional.”Lyra membuka mulut, ingin menolak, tapi Dastan sudah menjawab, “Ide bagus.”Pelayan itu pun mengambil posisi dan mengarahkan mereka untuk berdiri berdampingan. Awalnya, jarak di antara mereka cukup aman. Dastan berdiri tegap menaruh tangan di belakang, Lyra pun setengah berdiri kaku.“Sedikit lebih d

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 24

    “Darren, kau … membentakku?”Darren merasa serba salah, tapi dia tidak punya pilihan. Menyakiti hati Livia untuk sesaat lebih baik dibandingkan harus melawan pamannya yang berdiri di belakang Lyra.“Ayo kita keluar sebelum kau mempermalukan diri lebih jauh lagi.”“Tapi—”Kesal, Darren pun berseru, “Kalau kau tidak mau pergi, maka aku akan pergi sendiri!” Dia pun berbalik dan meninggalkan tempat itu, tidak sedikit pun melihat ke belakang untuk mengecek Livia.Melihat Darren pergi, Livia jadi serba salah. Akhirnya, dia melemparkan tatapan marah ke arah Lyra dan berkata, “Kau … jangan harap aku akan melupakan ini!” ancamnya lalu pergi mengejar Darren.Mendengar kalimat terakhir Livia, ekspresi Dastan menjadi sangat gelap—siap membunuh. “Haruskah aku menyingkirkan wanita tidak tahu malu itu selamanya?”Pertanyaan itu membuat Lyra kaget dan mengalihkan pandangan menatap Dastan.Melihat pria itu marah untuknya, Lyra tanpa sadar sedikit tersenyum. “Tidak perlu meladeni orang tidak penting.”

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 23

    Lyra menoleh, begitu pula dengan semua orang. Tapi kemudian ekspresi Lyra yang sempat berubah cerah—mengira yang datang adalah Dastan—langsung berubah gelap begitu melihat sosok yang muncul."Darren …," ucap Lyra lirih, sedikit jijik harus mengucapkan nama itu lagi. Dia lalu beralih pada Livia yang masih berada di lantai. "Tanyakan pada simpananmu, dia yang menyerbu masuk dan menamparku tanpa alasan jelas. Sekarang, dia pun merusak gaun yang akan kupakai."Livia cepat-cepat bersuara—dengan suara setengah bergetar, matanya mulai berair. "Darren… itu tidak benar, aku hanya... hanya ingin bicara. Dia terus-terusan menghinamu dan tidak terima aku menegurnya, dia malah…" Livia tidak melanjutkan ucapannya dan mulai menangis.Melihat hal itu, Lyra merasa ingin tertawa, tapi hanya senyuman sinis yang terlukis di wajahnya.Ini yang selalu terjadi, Livia berpura-pura lemah dan membuat Lyra menjadi penjahatnya. Dan setelah itu … pastinya semua orang akan menegur Lyra dan memaksanya untuk memint

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status