Share

Bab 7

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 22:38:20

Lyra merasa seluruh tubuhnya menjadi dingin. Dia tak bisa berkata apapun sekarang. Rupanya, sejak tadi, Dastan hanya berpura-pura tidak mengenalinya. 

Mengapa dia begitu naif, berharap Dastan tidak akan mengingat wajahnya setelah malam panas mereka yang panjang?

Darren yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksud Paman? Bagaimana bisa Paman tahu detailnya?"

Gawat!

Lyra menggigit bibir. Apa Dastan akan membocorkan kejadian semalam pada Darren? Tentang bagaimana Lyra mendatangi lalu memintanya tidur bersama?

Lyra menggeleng pelan tanpa sadar. 

Darren tidak boleh tahu jika Lyra telah menggoda pamannya. Bukan hanya ini akan menghancurkan reputasi Lyra, tapi Talia tidak akan melepaskannya dan membuat Lyra membayar kesalahannya dengan cara yang paling menyakitkan!

Lyra harus–

"Aku juga ada di bar yang sama semalam. Aku melihatnya." Dastan menjawab, membuat Lyra terdiam dan menatap pria itu dengan wajah kaget.

Dia … tidak membocorkannya?

Melihat reaksi Lyra, sudut bibir Dastan agak terangkat. Hanya untuk sesaat, karena berikutnya dia kembali menoleh pada Darren, menatapnya tanpa ekspresi. 

"Apa ini perasaanku … atau kau menanyai tunanganmu seperti menginterogasi seorang pencuri?"

Deg.

Darren terdiam. Salah tingkah.

Sementara Lyra menahan napas—terkejut sekaligus gugup.

Dastan melangkah mendekat, menyapu keduanya dengan tatapan tajam. "Kalian tidak terlihat saling percaya. Apa … ada yang kalian sembunyikan dari satu sama lain?”

Darren terkesiap. Berusaha tertawa meski terdengar hambar. "Apa maksud Paman? Kami baik-baik saja! Aku hanya sekadar bertanya."

"Tapi caramu bertanya cukup keterlaluan." Nada suara Dastan penuh penekanan kali ini. Matanya yang tajam jelas melihat bagaimana Darren mencengkeram wajah Lyra tadi.

Hening sejenak. Darren tertunduk dengan wajah bersalah. Dia bukan seorang penakut. Tapi di depan pamannya, dia mati kutu.

Sementara itu... Lyra masih merasa darahnya berdesir, menyadari sesuatu yang lebih mengerikan. Dastan tidak hanya menyelamatkannya... tapi juga sedang mengawasinya.

Lyra sungguh menyesali keputusannya tadi malam. Bagaimana bisa dia merayu sembarang pria dan yang lebih mengerikan lagi, pria itu adalah Dastan Adiwangsa?!

Kalau Dastan memang mengingat segalanya, maka … bukankah hanya perlu menghitung waktu sebelum pria itu membereskan dirinya?

Di saat Lyra memikirkan ini, Dastan berkata dengan suara rendah, "Kembali ke dalam. Orang-orang akan mencari kalian."

Darren segera mengangguk, keberaniannya lenyap di depan wajah marah Dastan.

Lyra pun hampir kehilangan keseimbangan jika saja Darren tidak tiba-tiba menarik lengannya. Tapi kali ini, bukan untuk menginterogasi lebih jauh—melainkan untuk membawanya kembali ke tengah pesta yang masih ramai.

Di belakang mereka, Dastan menatap punggung Lyra dengan ekspresi tak terbaca.

‘Lyra Sasmita … apa kau kira, kau bisa lepas begitu saja?’

**

Saat Darren dan Lyra meninggalkan balkon, suasana di antara mereka masih dipenuhi ketegangan. Darren berjalan dengan langkah cepat, Lyra berusaha keras mengimbangi langkah sang tunangan dengan gaun sempitnya. Suasana hatinya pun masih berkecamuk.

"Kali ini kau hanya beruntung, tapi bukan berarti aku akan membiarkanmu begitu saja," gumam Darren tajam tanpa menoleh ke arahnya.

Lyra mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak membalas. Namun, langkah Darren tiba-tiba berhenti ketika melihat seseorang berdiri tak jauh dari mereka.

"Livia? Kau datang?" suara Darren terdengar terkejut.

Lyra pun ikut tersentak. Pandangannya beralih pada sosok Livia yang tersenyum lebar lalu kembali menoleh pada Darren. "Kau tidak bilang padaku akan mengundangnya,"  tuntut Lyra meminta penjelasan.

Darren mengerutkan kening. "Kupikir kau yang mengajaknya."

Mereka terdiam. Sementara Livia terlanjur mendekat dengan penuh percaya diri. Gadis itu merangkul lengan Lyra dengan akrab, seolah tidak ada masalah di antara mereka. 

"Halo, belahan jiwaku," sapanya manis.

Lyra menatapnya dengan rahang mengeras. Bayangan pengkhianatan Livia dengan Darren masih segar dalam ingatannya. Gadis itu sungguh bermuka dua. Bahkan berani muncul di depannya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Apakah dia pikir Lyra belum mengetahui kebusukannya?

"Aku sengaja datang untuk memberi kalian kejutan," lanjut Livia riang.

Lyra menahan napas, mencoba mengontrol emosinya.

"Tidak masalah kan? Aku tidak akan mengganggu momen kalian," kata Livia, lalu tertawa kecil.

"Tentu saja tidak masalah, Lyra pasti senang kau di sini," Darren menjawab dengan nada ringan. 

Lyra meliriknya tajam. ‘Aku atau kau yang senang?’ batinnya tak terima.

"Oh, ya. Aku punya sesuatu." Livia mengeluarkan sebuah kotak kecil dan menyerahkannya pada Darren. "Ini hadiah kecil dariku, selamat ulang tahun, Darren Adiwangsa..."

Darren menerima kotak itu dengan sigap. Saat membukanya, mata Darren sontak membulat. Melihat perubahan ekspresi sang tunangan, Lyra mendekat untuk ikut mengintip, tapi Darren langsung menutup kotak itu.

"Bagaimana hadiahnya? Aku harap kau suka," ucap Livia dengan tatapan menggoda.

Darren berdehem canggung, lalu mengangguk. "Terima kasih. Hm, kalian pergilah lebih dulu."

Lyra dan Livia masuk ke dalam pesta, sementara dirinya tertinggal di belakang. 

Begitu mereka menjauh, Darren kembali membuka kotaknya dan mengumpat pelan. Bisa-bisanya Livia memberikan sekotak alat kontrasepsi sebagai hadiah ulang tahun. 

"Apa yang dia pikirkan?" gumam Darren menggerutu. Bagaimana jika tadi Lyra melihatnya?

"Hadiah yang unik."

Darren tersentak. Dia lekas menoleh, dan mendapati sosok Dastan yang berdiri di dekatnya dengan tangan bersedekap. Memperhatikan dirinya menyembunyikan hadiah kecil itu ke dalam saku.

"Tapi aneh sekali, kenapa seorang teman perempuan memberi hadiah seperti ini pada tunangan sahabatnya? Bukankah itu sedikit... memalukan?" lanjut Dastan dengan nada santai tapi penuh makna.

Darren meneguk ludah, lalu berusaha terlihat tenang. "Tidak ada yang aneh, Livia memang orang yang humoris."

Dastan mengangkat alis, seolah mempertimbangkan jawabannya. "Humoris, ya?"

Darren segera mengalihkan pembicaraan. "Aku masuk dulu, paman. Mereka menungguku," pamitnya sebelum Dastan bertanya lebih lanjut.

Sementara itu, di dalam ruangan, Livia menatap takjub pada suasana pesta. Orang-orang penting, jamuan enak serta dekorasi megah. Dalam hati, dia mulai berpikir licik—

"Aku akan merebut semua ini dari Lyra secepat mungkin. Dia sama sekali tidak layak untuk hal sebaik ini. Akulah yang pantas menjadi Nyonya Adiwangsa."

Livia tersenyum jahat.

Dia tidak sadar jika Lyra mengawasinya dengan waspada. Saat Darren berhasil menyusul, mata Livia berbinar. Dia segera menarik tangan pria itu. "Darren, ayo temani aku berdansa," ajaknya manja.

Lyra mengerutkan kening. Dia sendiri belum sempat berdansa dengan tunangannya, tapi Livia sudah menyerobot lebih dulu. Bahkan tidak menunggu izinnya?

Di lantai dansa, Darren memperingatkan Livia untuk menjaga sikap. "Jangan berlebihan. Kita masih dalam pesta keluarga."

Livia tersenyum mencemooh. "Tidak ada yang akan curiga, sayang. Percaya padaku. Tunangan bodohmu itu terlalu naif untuk berpikiran buruk pada sahabatnya sendiri."

Darren mendengus pelan, lalu mengingatkan tentang hadiah tadi. "Tetap saja kita harus lebih hati-hati, Livia. Hadiahmu tadi nyaris membuatku celaka."

Livia terkekeh. "Apa kau tidak menyukainya?"

Darren menahan senyum, mempererat pelukannya lalu berbisik ke telinga Livia, "sejujurnya, itu hadiah terbaik yang kudapatkan malam ini."

Livia tertawa kecil. Terlihat jelas dirinya menikmati permainan ini.

Dari kejauhan, Lyra mengepalkan tangan. Hatinya bagai teriris menyaksikan kemesraan mereka. Karena padanya, Darren tidak pernah sehangat itu.

Tiba-tiba, suara dingin terdengar di sampingnya. "Kau ke mana saja, Lyra? Sejak tadi kami mencarimu. Di mana Darren?"

Lyra menoleh dan menemukan ibunya, Talia, berdiri dengan tatapan tidak sabar. 

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 8

    Lyra menatap Talia dengan gugup."Lyra?" Panggilan itu membuatnya melirik ke arah lantai dansa, ke arah Darren dan Livia yang tengah berangkulan dengan mesra.Talia ikut menoleh. Seketika itu pula raut wajahnya berubah gusar."Kau membiarkan tunanganmu berdansa dengan temanmu? Lyra, kau ini bodoh atau apa?" hardik Talia dengan nada tajam. "Cepat panggil Darren ke sini!"Lyra menelan ludah. Ia melangkah pelan ke arah lantai dansa, namun hatinya terasa berat. Darren dan Livia tampak begitu menikmati momen mereka, seolah tidak menyadari keberadaannya.Setiba di sana, Lyra berdiri diam sejenak sebelum akhirnya berkata dengan suara tenang, "Darren, kita harus kembali."Darren menoleh dengan tatapan tidak senang. Tak suka kebersamaan mereka diganggu."Astaga Lyra, apa kau tidak bisa menunggu sebentar saja? Aku tidak akan membawanya lari," canda Livia sambil tertawa.Tapi Lyra tidak tersenyum. Dia menoleh ke arah ibunya yang masih menunggu. "Bukan aku yang butuh kehadirannya."Darren langsu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 9

    SRAAAKKK!Beberapa bungkus alat kontrasepsi jatuh berserakan di atas meja, membuat semua orang terdiam dalam keterkejutan.Talia membelalakkan mata. "Astaga! Apa ini?"David terbatuk keras, hampir tersedak minumannya. "Darren..."Leona juga tertegun beberapa detik sebelum wajahnya memucat. Ia menoleh pada Darren dengan pandangan penuh tuntutan. "Katakan ini hanya kesalahpahaman, Darren."Darren menggeleng cepat. "Ini... ini tidak seperti yang kalian pikirkan!""Oh, ya? Lalu seperti apa, hem?" David menggeram keras. Masih menanti alasan masuk akal yang bisa cucunya berikan meski kelihatan mustahil.Dastan menatap Darren dengan tajam, menikmati bagaimana keponakannya tampak semakin gelisah."Jika kau sulit untuk bicara, biar kupanggilkan seseorang untuk membantumu menjelaskan semuanya," ujar Dastan dengan nada santai tapi mengandung ancaman.Selesai mengucapkan itu, dia mengangkat tangan dan menjentikkan jari. Dalam sekejap, dua anak buahnya muncul dari sisi ruangan, menggiring paksa se

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 10

    Hening, semua orang terbelalak dan merasa malam ini menjadi semakin gila!Sementara itu, Lyra membeku di tempat, wajahnya memucat seperti mayat. Lalu, hampir bersamaan, beberapa pekikan memenuhi ruangan."Kau gila?!" suara Leona, Talia, bahkan Daniel bertumpuk jadi satu.Daniel membanting tangannya ke meja dan langsung berdiri, wajahnya memerah oleh amarah. "Kau sudah keterlaluan, Dastan!"Dastan tidak terganggu. "Keterlaluan? Bukankah tujuan kalian hanya untuk menyelamatkan nama baik keluarga? Aku bagian dari keluarga ini, dan dibanding putramu yang pengecut itu, aku lebih dari mampu menjaga kehormatan Adiwangsa, bukan begitu?"Talia menatap Lyra dengan tatapan penuh ancaman, sementara Leona tampak berusaha mengendalikan emosinya.Lyra melirik Dastan dengan campuran keterkejutan serta ketakutan.Apa yang baru saja Dastan lakukan?Apakah pria itu serius?Atau ini hanya taktik untuk semakin mempermainkan semuanya?Semua orang bergantian memandang Dastan dengan keheranan yang sama. Seol

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 11

    Leona dan Talia memekik mewakili keterkejutan yang lain. Bahkan Dastan, yang walau mengharapkan itu terjadi, terkejut melihat Lyra menampar sosok Darren dengan begitu keras.Seketika tubuh Lyra menegang, matanya menyala marah. Peduli setan dengan nama baik keluarga. Tak ada lagi perasaan yang harus dia jaga. Dia sudah cukup dipermainkan oleh tunangannya ini.Seisi ruangan didera kesunyian, hanya tersisa napas terengah Darren yang terkejut dengan perlakuan Lyra."Lyra,” geram Darren. “Kau menamparku?!" Pria itu menatap sang tunangan dengan wajah syok. Tangannya masih meraba pipi yang terasa perih oleh hantaman tangan Lyra. Gadis itu menegakkan tubuh, dadanya naik turun dengan napas yang berat. "Aku sudah cukup dengan semua ini! Kau mengkhianatiku dengan mudahnya, lalu sekarang kau ingin bersikap seolah-olah kau masih berhak menyentuhku?" suara Lyra bergetar, tetapi tetap terdengar jelas dan lantang.Darren menggeram, Rasa marah dan malu membuatnya meledak. “Beraninya kau, wanita jalan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 12

    Leona benar-benar merasa ditusuk dari belakang. “Kau serius dengan ucapanmu tadi?”Selama ini, Talia yang paling antusias dengan perjodohan anak-anak mereka. Dia telah mengupayakan segala cara untuk menarik hati Leona dan Daniel.Namun sekarang? “Kau ternyata sangat munafik, Talia,” geramnya tak percaya.Talia menoleh enggan padanya. “Apa maksudmu? Apa kau ingin aku membantah keputusan tuan David? Kau sudah gila?”Seketika, riuh kembali pecah. Namun di antara kekacauan itu, hanya ada satu orang yang tampak paling tenang. Dastan.Pria itu bangkit mengangkat gelasnya santai. Tak peduli perdebatan konyol di belakangnya. Mata Dastan tertuju langsung pada Lyra yang masih membeku di tempat. Lalu dengan senyum tipis penuh arti, dia berjalan mendekat, menundukkan kepalanya hingga napas hangatnya hampir menyentuh telinga Lyra. Suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi cukup jelas untuk menusuk relung ketakutan gadis itu. "Kita punya banyak hal untuk dibicarakan, Lyra," bisiknya, sengaja meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 13

    David Adiwangsa meninggalkan aula pesta lebih cepat. Sorot matanya tajam, memperhatikan sekeliling seolah menghafalkan setiap wajah yang menunjukkan keterkejutan atas keputusannya. Keheningan malam di luar aula terasa lebih menenangkan dibandingkan kebisingan pesta yang baru saja dia tinggalkan."Tuan, keputusan Anda tadi cukup mengejutkan," ujar ajudannya hati-hati. "Apakah Anda yakin ini langkah yang tepat? Tentunya ini akan memicu konflik keluarga."David menyeringai tipis, menoleh sedikit ke arah pria yang telah bekerja dengannya selama puluhan tahun. "Keluarga ini sudah berkonflik sejak lama, kau juga tahu itu. Mereka hanya menungguku mati sebelum saling mengibarkan bendera perang. Aku hanya mempercepat apa yang akan terjadi."Ajudannya terdiam, tetapi sorot matanya menunjukkan bahwa dia memahami maksud David. Pria tua itu bukan orang yang akan bertindak tanpa perhitungan matang."Lagi pula, aku sudah terlalu lama melihat kemunafikan mereka," lanjut David. "Darren terlalu rakus,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 14

    Pagi itu, Lyra berdiri di halaman rumah sakit, menatap kosong ke kejauhan. Semuanya terasa begitu cepat. Keputusan tentang pernikahannya bukan lagi berada di tangannya, seakan takdirnya dikendalikan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ponsel Lyra bergetar. Nama "Mama" tertera di layar. Dengan berat hati, ia mengangkatnya."Di mana kau?" suara tajam Talia langsung menusuk telinga."Di luar rumah sakit," jawab Lyra pelan."Cepat ke rumah keluarga Adiwangsa. Kakek David ingin membicarakan persiapan pernikahanmu! Jangan buat kami menunggu, Lyra."Telepon terputus begitu saja. Lyra menggigit bibir sejenak lalu menghela napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian sebelum melangkah menuju mobil.Tidak ada pilihan. Seperti biasa, dia hanya bisa menurut.Saat tiba di kediaman keluarga Adiwangsa, Lyra disambut wajah masam ibunya. Mereka masuk ke dalam ruangan besar tempat pertemuan berlangsung. Di sana, Leona sudah lebih dulu duduk dengan ekspresi angkuh, sementara Daniel berdiri di belakang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 15

    Suasana yang semula panas oleh perdebatan, kini berubah dingin. "Apa maksudmu, Dastan? Bagaimana bisa Lyra yang mengatur pernikahan kalian?" protes Talia tak suka.Dastan mengedikkan bahu, menatap lurus ke arah wanita paruh baya itu dengan ekspresi datar. "Mengapa tidak? Bukankah dia sudah cukup dewasa untuk membuat pilihan dan keputusan sendiri? Dan juga, dia yang akan menjadi istriku."Talia menarik napas dalam, menenangkan dirinya sebelum berbicara lebih lanjut. "Pernikahan ini bukan hanya tentang Lyra dan kau, tapi juga tentang nama baik keluarga kami. Kau harus mengubah keputusan itu."Dastan menatap Talia dengan pandangan malas. "Jika kau tidak suka syarat yang aku ajukan, kita bisa membicarakan ulang keputusan awal tadi."Talia mendengus, jelas tidak puas dengan jawaban itu. Namun dia sungguh dibuat tak berdaya saat menyadari siapa yang sedang ia hadapi. Dastan bukan pria yang bisa dipermainkan. Jika salah bicara di depan pria ini. Dia bisa saja berakhir mengenaskan. Akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05

Bab terbaru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 25

    “Kau tidak terlihat buruk. Pakaian ini cocok untukmu,” jelas Dastan melihat ekspresi kebingungan Lyra. "Oooh… iya, Kau juga terlihat 'kawaii'," jawab Lyra spontan. Dastan menahan senyum.Lyra lalu pura-pura merapikan obi. Wajahnya sudah merona sempurna karena malu. “Ini... seperti sesi kedua foto prewedding. Tapi versi drama Jepang abad pertengahan,” lirihnya berusaha menetralisir perasaan gugup.Dastan terkekeh pelan. Dia pun tak menyangka Lyra mau-mau saja mengikuti semua proses itu. Melihat mereka telah siap, seorang pelayan wanita mendekat sambil tersenyum. “Jika Anda berkenan, kami bisa mengabadikan momen Anda berdua. Ini tradisi kami bagi tamu yang mengenakan pakaian tradisional.”Lyra membuka mulut, ingin menolak, tapi Dastan sudah menjawab, “Ide bagus.”Pelayan itu pun mengambil posisi dan mengarahkan mereka untuk berdiri berdampingan. Awalnya, jarak di antara mereka cukup aman. Dastan berdiri tegap menaruh tangan di belakang, Lyra pun setengah berdiri kaku.“Sedikit lebih d

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 24

    “Darren, kau … membentakku?”Darren merasa serba salah, tapi dia tidak punya pilihan. Menyakiti hati Livia untuk sesaat lebih baik dibandingkan harus melawan pamannya yang berdiri di belakang Lyra.“Ayo kita keluar sebelum kau mempermalukan diri lebih jauh lagi.”“Tapi—”Kesal, Darren pun berseru, “Kalau kau tidak mau pergi, maka aku akan pergi sendiri!” Dia pun berbalik dan meninggalkan tempat itu, tidak sedikit pun melihat ke belakang untuk mengecek Livia.Melihat Darren pergi, Livia jadi serba salah. Akhirnya, dia melemparkan tatapan marah ke arah Lyra dan berkata, “Kau … jangan harap aku akan melupakan ini!” ancamnya lalu pergi mengejar Darren.Mendengar kalimat terakhir Livia, ekspresi Dastan menjadi sangat gelap—siap membunuh. “Haruskah aku menyingkirkan wanita tidak tahu malu itu selamanya?”Pertanyaan itu membuat Lyra kaget dan mengalihkan pandangan menatap Dastan.Melihat pria itu marah untuknya, Lyra tanpa sadar sedikit tersenyum. “Tidak perlu meladeni orang tidak penting.”

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 23

    Lyra menoleh, begitu pula dengan semua orang. Tapi kemudian ekspresi Lyra yang sempat berubah cerah—mengira yang datang adalah Dastan—langsung berubah gelap begitu melihat sosok yang muncul."Darren …," ucap Lyra lirih, sedikit jijik harus mengucapkan nama itu lagi. Dia lalu beralih pada Livia yang masih berada di lantai. "Tanyakan pada simpananmu, dia yang menyerbu masuk dan menamparku tanpa alasan jelas. Sekarang, dia pun merusak gaun yang akan kupakai."Livia cepat-cepat bersuara—dengan suara setengah bergetar, matanya mulai berair. "Darren… itu tidak benar, aku hanya... hanya ingin bicara. Dia terus-terusan menghinamu dan tidak terima aku menegurnya, dia malah…" Livia tidak melanjutkan ucapannya dan mulai menangis.Melihat hal itu, Lyra merasa ingin tertawa, tapi hanya senyuman sinis yang terlukis di wajahnya.Ini yang selalu terjadi, Livia berpura-pura lemah dan membuat Lyra menjadi penjahatnya. Dan setelah itu … pastinya semua orang akan menegur Lyra dan memaksanya untuk memint

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 22

    Lyra mengepalkan tangan. Pipinya perih, tapi hatinya lebih terbakar. “Apa maksudmu?”Livia mendengus, seakan mengejek Lyra yang menurutnya pura-pura tidak mengerti.“Masih berpura-pura? Tadi malam kau dan Darren berbicara di telepon, kan? Kau menggodanya di belakang calon suamimu, apa itu tidak menjadikanmu jalang?!”Suasana berubah tegang. Beberapa kru melangkah mundur pelan-pelan. Beberapa lainnya mengintip dari balik pintu, penasaran.Lyra menatap Livia dengan tatapan tajam yang penuh keanggunan dan wibawa, seolah-olah waktu berjalan lebih lambat. “Kau berani menyerangku dengan alasan sepicik itu?” suaranya tidak meninggi, tetap tenang dan penuh kendali.“Aku jelas-jelas mendengar kalian berbicara di telepon tadi malam. Apa yang kau katakan padanya? Menawarkan perjodohan kembali?”Lyra menyeringai tipis, masih dengan ketenangannya yang luar biasa. “Sebaiknya kau bertanya langsung pada Darren, Livia. Tanyakan dengan jelas, agar kau tahu siapa yang sebenarnya tak tahu malu.”Livia me

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 21

    "Paman, aku hanya—"Tanpa menunggu Darren menyelesaikan kalimat, Dastan memutus panggilan.Sejenak, ruangan diliputi keheningan. Dastan menatap Lyra—lama. Sorot matanya tajam, tapi sulit ditebak.Tatapan itu membuat jantung Lyra berdebar tak karuan. Ia menunduk perlahan, bingung dengan perasaannya sendiri.Apa pria itu marah? Apa maksud kalimat Dastan tadi? Apa dia benar-benar mengklaim dirinya seolah barang milik pribadi?Seharusnya Lyra marah. Seharusnya ia merasa keberatan. Tapi entah kenapa... yang muncul justru rasa malu yang asing. Hangat di pipi. Ganjil di dada.Seperti… senang karena ada yang membelanya.Meremas ujung roknya, Lyra berseru dalam hati: 'Apa yang kupikirkan? Pria ini… sama bajingannya dengan keponakannya. Bahkan mungkin lebih parah.’ Dia terus memperingatkan diri sendiri. ‘Aku harus lebih waspada.’Melihat ketidaknyamanan di wajah Lyra, Dastan mendengus kecil dan menyerahkan kembali ponsel gadis itu.“Kalau dia mengganggumu lagi, katakan padaku,” titah pria itu.

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 20

    Dastan tersenyum kecil lalu bangkit."Bersiaplah dan segera turun ke ruang makan, semua pelayan sudah menunggu."Mata Lyra terbuka dan mendapati sosok Dastan yang menjauh. Sebelum keluar dari kamar, Dastan berkata dengan suara lembut tapi memiliki makna mendalam, "Jangan lupa mengunci pintumu malam ini, Lyra. Aku tak selalu bisa menahan diri."Dia tersenyum sekilas dan pergi, meninggalkan Lyra dengan jantung yang masih berdebar kencang.Setelah pintu tertutup, tubuh Lyra jatuh melorot ke lantai. Pakaiannya berserakan. Dia hanya bisa mengutuk-ngutuk kesal."Gila... aku tinggal dengan pria seperti ini?! Mereka semua pasti sudah kehilangan akal sehat!"**Lyra berjalan keluar dari walk-in closet sambil mengikat rambutnya yang baru kering. Piyama satin berwarna pucat membalut tubuhnya dengan ringan, memberi rasa nyaman setelah mandi air hangat yang memanjakan.Langkahnya melambat ketika tiba-tiba teringat peringatan Dastan sebelum makan malam tadi."Jangan lupa mengunci pintumu malam ini,

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 19

    Lyra ingin sekali menutup mulut Nancy andai Dastan tak ada di sana. Sementara Nancy masih menatap Lyra dan Dastan dengan ekspresi terkejut yang sulit disembunyikan. Sahabat lugunya, yang sangat sopan dan terlihat naif, sudah tinggal bersama calon suaminya sebelum menikah? Sungguh sulit ia percaya."Aku baru tinggal hari ini, itu juga karena... karena kami harus mengurus banyak hal," jelas Lyra tergagap. Nancy mengangguk-angguk panjang. Bibirnya melengkung jahil. Dia bukan orang bodoh. Dia tahu telah terjadi sesuatu di antara mereka. Dan itu menjawab semua pertanyaan Nancy termasuk mengapa Dastan tampak sangat terikat dengan Lyra."Baiklah, Ly... aku paham." Nancy mencoba menenangkan Lyra meskipun senyum jahilnya belum hilang. Bahkan, hingga dia mengantar kepergian dua pelanggannya itu dengan penuh hormat. Nancy masih merasa geli.**Mobil menepi perlahan.Lyra merasa jantungnya tak berhenti berdebar. Kini dia harus memasuki tempat asing untuk pertama kalinya. Dia bergerak ragu merai

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 18

    Nancy menatap Lyra dengan ekspresi tidak percaya, lalu beralih pada Dastan dan terkekeh pelan. "Astaga, aku tak menyangka anda punya selera humor yang alami."Suasana hening. Tawa Nancy perlahan terhenti. Dia mulai merasa semakin aneh. Maka cepat-cepat dia menarik Lyra menjauh bersamanya. "Ini lelucon, kan? Ly, kau—bukan calon istri Dastan Adiwangsa, kan?" bisiknya dengan nada geli.Lyra tersenyum kaku. "Aku juga masih sulit percaya."Nancy memiringkan kepala mengintip Dastan. "Bagaimana bisa kau dekat dengan pria itu?" tanyanya meneliti pria matang yang duduk dengan santai tak jauh dari mereka. Lalu, dia menyipit curiga. "Tunggu... Adiwangsa? Jangan bilang dia masih ada hubungan dengan Darren?"Lyra meneguk ludah. "Nanti aku jelaskan. Tapi tidak di sini."Nancy kembali melirik ke arah Dastan, yang tampaknya juga tengah mengamati mereka."Sepertinya aku butuh penjelasan sekarang," gumam Nancy."Apa kalian sudah selesai berbisik-bisik?" Suara berat Dastan menyela. "Lyra, kita ke sini

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 17

    “Kau... akan membiarkanku merencanakan pernikahan ini?”Suara Lyra nyaris tak terdengar. Ia menatap Dastan—yang sibuk memerintahkan sekretarisnya untuk membuat janji dengan butik ternama—dengan ekspresi tak percaya.Dastan melirik ke arahnya. “Kenapa? Kau begitu tidak menyukai pernikahan ini sampai enggan mengaturnya?”“B-bukan begitu… Aku bersedia, hanya saja…” Lyra menunduk, jarinya saling menggenggam gelisah. “Bagaimana kalau keputusanku tidak sesuai dengan keinginanmu?”Dastan tak langsung menjawab. Ia terdiam sesaat, mempelajari ekspresi Lyra, sebelum kemudian berkata dengan tegas, “Aku calon suamimu, bukan majikanmu.”Balasan pria itu membuat Lyra mendongak terkejut namun akhirnya kembali menyembunyikan wajah.Dastan melanjutkan, “Berhenti menunduk, takut, dan juga ragu saat bersamaku. Kau bukan pelayan yang harus melakukan segala sesuatu sesuai yang kumau.” Pria itu mengalihkan pandangan ke ponsel, konfirmasi dari sekretaris perihal pemesanan butik terlihat.“Ini pernikahan ki

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status