Share

Bab 6

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-04 11:18:53

Beberapa saat sebelumnya...

Di dalam sebuah mobil hitam yang melaju tenang di jalan utama Torin, Dastan Adiwangsa duduk bersandar dengan mata terpejam. Wajahnya tanpa ekspresi, namun ujung jari telunjuknya mengetuk-ngetuk sandaran tangan, menunjukkan pikirannya yang tengah bekerja.

“Apa sebenarnya tujuan pesta malam ini?" tanya Dastan setengah menggeram rendah. “Aku memiliki banyak pekerjaan, tapi Ayah begitu keras kepala memaksaku hadir.”

Charly, tangan kanan Dastan yang duduk di kursi penumpang depan, melirik sekilas sang atasan melalui kaca spion seraya menjawab, “Pesta malam ini bertujuan untuk merayakan ulang tahun Tuan Darren sekaligus penyambutan kepulangan Anda ke dalam negeri, Tuan."

Dastan mendengus, nada sinis terdengar jelas. "Konyol. Apa yang perlu dirayakan dari seseorang yang bertambah tua? Tidakkah mereka tahu itu berarti waktu hidup orang tersebut semakin berkurang di dunia?” Ia menyandarkan kepala ke kursi dan menatap langit-langit mobil. "Dan lagi, siapa yang benar-benar senang dengan kehadiranku sampai kepulanganku saja perlu dirayakan?"

Charly menelan ludah, memilih kata-kata dengan hati-hati sebelum menjawab, "Tuan Besar sangat menyayangi Anda, dan tentunya kepulangan Anda adalah sebuah berkah baginya, terutama karena sudah cukup lama sejak beliau melihat Anda terakhir kali."

Dastan tersenyum tipis, namun dingin. "Dia senang, tapi bagaimana dengan yang lain?” Pandangan matanya terarah ke kaca spion, menatap sang bawahan dengan senyum sinis. “Kau tahu bagaimana Leona selalu menganggap keberadaanku ancaman bagi putranya yang ingin dijadikan pewaris itu."

Ucapan itu membuat atmosfer di dalam mobil sedikit mencekam.

Dastan membiarkan keheningan menggantung sejenak sebelum menambahkan, "Memang hanya ayahku yang terlalu polos itu yang tidak bisa menyadarinya.” Pria itu tertawa rendah dan dingin, sebelum kemudian menutup matanya kembali.

Charly menoleh sedikit, menatap Dastan dengan cemas. Ia tahu betul bahwa sejak dulu, hubungan Dastan dengan keluarga Adiwangsa lainnya tak pernah benar-benar baik. 

Seperti yang Dastan katakan, Leona, ibu Darren, selalu menganggap Dastan sebagai duri dalam daging, ancaman bagi posisi calon pewaris yang dimiliki putranya. 

Sementara Darren... anak itu terlalu terbiasa dimanja dan dibuai panggilan ‘calon pewaris’ oleh banyak orang, sehingga ketika bertemu Dastan yang tidak ‘terkekang aturan’, Darren menganggapnya sebagai saingan mengerikan.

"Bagaimana soal gadis itu?" Dastan tiba-tiba bertanya, membuyarkan lamunan Charly dengan perubahan topik.

“Belum ada kabar, Tuan. Kami masih mencarinya."

Dastan menyipitkan mata, rahangnya mengeras. 

“Hanya seorang gadis muda tidak berpengalaman yang baru pernah menginjakkan kaki ke dunia orang dewasa. Kenapa begitu sulit untuk mencarinya di satu kota ini!?” gerutu Dastan dengan kesal, membuat Charly serba salah.

Namun, tak diduga, saat Dastan tiba di kediaman Adiwangsa dan tengah bersiap memberikan sambutan singkat untuk memulai pesta, manik hitamnya malah bertemu dengan satu sosok yang sangat dia cari.

Ya, gadis dengan mata bulat mempesona dan bibir ranum yang begitu manis saat dikecup itu … muncul sebagai salah satu tamu pesta keluarganya!

"Sebuah kehormatan besar bertemu anda, Tuan Dastan." ucap wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai ibu dari gadis itu.

Kemudian, Daniel–ayah Darren dan kakak Dastan–lanjut memperkenalkan nama sang gadis, “dan ini putrinya, Lyra, tunangan Darren.”

Seketika, aura Dastan menjadi dingin.

Tunangan? Gadis yang sudah dia tetapkan sebagai wanitanya … ternyata adalah tunangan keponakannya!?

Kekonyolan macam apa ini!?

Kesal, kecewa, marah. Tiga emosi itu menggebu dalam diri Dastan, tapi … bisa melihat bagaimana malam ini begitu membahagiakan untuk sang ayah, membuat Dastan memilih menahan diri hingga waktu yang tepat untuk membereskan wanita kurang ajar ini!

Namun, tak disangka, di tengah pesta, Dastan melihat Lyra ditarik oleh Darren secara kasar ke tempat yang sepi. 

Dan sebuah tontonan menarik pun terkuak di hadapannya.

“Bagaimana kau tahu aku tidak bersama Livia? Apa itu karena kau sedang bersamanya?"

Kemarahan yang terpancar saat Lyra mengatakannya membuat Dastan langsung tahu, Darren pasti telah mengkhianati wanita itu. Dan sebagai gantinya, Lyra membalaskan dendam dengan cara yang paling gila, yakni memberikan pengalaman pertamanya kepada sembarang pria!

Gila dan tidak masuk akal, tapi Dastan menyukainya!

"Kutanya sekali lagi, ke mana kau pergi? Bersama siapa, hah?!" teriak Darren penuh amarah seraya mencengkeram dagu Lyra kasar.

Hal itu membuat Lyra kesulitan mengeluarkan suara. 

"A—aku... aku pergi ke bar dengan teman."

“Siapa? Teman yang mana? Apa buktinya?”

Melihat suasana semakin menegang dan cengkeraman Darren semakin menguat, Dastan pun memutuskan bahwa ini waktunya dia keluar.

“Kau sungguh butuh bukti?” 

Perhatian pasangan yang sedang bertengkar itu pun beralih padanya, membuatnya tersenyum dan bersandar santai di ambang pintu balkon. 

"Jika kau ingin penjelasan lebih detail tentang semalam, tanyakan saja padaku."

Kemudian, pandangannya beralih pada Lyra dengan sudut bibir yang sedikit terangkat. 

“Bukan begitu, Lyra?”

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 7

    Lyra merasa seluruh tubuhnya menjadi dingin. Dia tak bisa berkata apapun sekarang. Rupanya, sejak tadi, Dastan hanya berpura-pura tidak mengenalinya. Mengapa dia begitu naif, berharap Dastan tidak akan mengingat wajahnya setelah malam panas mereka yang panjang?Darren yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksud Paman? Bagaimana bisa Paman tahu detailnya?"Gawat!Lyra menggigit bibir. Apa Dastan akan membocorkan kejadian semalam pada Darren? Tentang bagaimana Lyra mendatangi lalu memintanya tidur bersama?Lyra menggeleng pelan tanpa sadar. Darren tidak boleh tahu jika Lyra telah menggoda pamannya. Bukan hanya ini akan menghancurkan reputasi Lyra, tapi Talia tidak akan melepaskannya dan membuat Lyra membayar kesalahannya dengan cara yang paling menyakitkan!Lyra harus–"Aku juga ada di bar yang sama semalam. Aku melihatnya." Dastan menjawab, membuat Lyra terdiam dan menatap pria itu dengan wajah kaget.Dia … tidak membocorkannya?Melihat reaksi Lyra, sudut bibir Dastan agak terangkat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 8

    Lyra menatap Talia dengan gugup."Lyra?" Panggilan itu membuatnya melirik ke arah lantai dansa, ke arah Darren dan Livia yang tengah berangkulan dengan mesra.Talia ikut menoleh. Seketika itu pula raut wajahnya berubah gusar."Kau membiarkan tunanganmu berdansa dengan temanmu? Lyra, kau ini bodoh atau apa?" hardik Talia dengan nada tajam. "Cepat panggil Darren ke sini!"Lyra menelan ludah. Ia melangkah pelan ke arah lantai dansa, namun hatinya terasa berat. Darren dan Livia tampak begitu menikmati momen mereka, seolah tidak menyadari keberadaannya.Setiba di sana, Lyra berdiri diam sejenak sebelum akhirnya berkata dengan suara tenang, "Darren, kita harus kembali."Darren menoleh dengan tatapan tidak senang. Tak suka kebersamaan mereka diganggu."Astaga Lyra, apa kau tidak bisa menunggu sebentar saja? Aku tidak akan membawanya lari," canda Livia sambil tertawa.Tapi Lyra tidak tersenyum. Dia menoleh ke arah ibunya yang masih menunggu. "Bukan aku yang butuh kehadirannya."Darren langsu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 9

    SRAAAKKK!Beberapa bungkus alat kontrasepsi jatuh berserakan di atas meja, membuat semua orang terdiam dalam keterkejutan.Talia membelalakkan mata. "Astaga! Apa ini?"David terbatuk keras, hampir tersedak minumannya. "Darren..."Leona juga tertegun beberapa detik sebelum wajahnya memucat. Ia menoleh pada Darren dengan pandangan penuh tuntutan. "Katakan ini hanya kesalahpahaman, Darren."Darren menggeleng cepat. "Ini... ini tidak seperti yang kalian pikirkan!""Oh, ya? Lalu seperti apa, hem?" David menggeram keras. Masih menanti alasan masuk akal yang bisa cucunya berikan meski kelihatan mustahil.Dastan menatap Darren dengan tajam, menikmati bagaimana keponakannya tampak semakin gelisah."Jika kau sulit untuk bicara, biar kupanggilkan seseorang untuk membantumu menjelaskan semuanya," ujar Dastan dengan nada santai tapi mengandung ancaman.Selesai mengucapkan itu, dia mengangkat tangan dan menjentikkan jari. Dalam sekejap, dua anak buahnya muncul dari sisi ruangan, menggiring paksa se

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 10

    Hening, semua orang terbelalak dan merasa malam ini menjadi semakin gila!Sementara itu, Lyra membeku di tempat, wajahnya memucat seperti mayat. Lalu, hampir bersamaan, beberapa pekikan memenuhi ruangan."Kau gila?!" suara Leona, Talia, bahkan Daniel bertumpuk jadi satu.Daniel membanting tangannya ke meja dan langsung berdiri, wajahnya memerah oleh amarah. "Kau sudah keterlaluan, Dastan!"Dastan tidak terganggu. "Keterlaluan? Bukankah tujuan kalian hanya untuk menyelamatkan nama baik keluarga? Aku bagian dari keluarga ini, dan dibanding putramu yang pengecut itu, aku lebih dari mampu menjaga kehormatan Adiwangsa, bukan begitu?"Talia menatap Lyra dengan tatapan penuh ancaman, sementara Leona tampak berusaha mengendalikan emosinya.Lyra melirik Dastan dengan campuran keterkejutan serta ketakutan.Apa yang baru saja Dastan lakukan?Apakah pria itu serius?Atau ini hanya taktik untuk semakin mempermainkan semuanya?Semua orang bergantian memandang Dastan dengan keheranan yang sama. Seol

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 11

    Leona dan Talia memekik mewakili keterkejutan yang lain. Bahkan Dastan, yang walau mengharapkan itu terjadi, terkejut melihat Lyra menampar sosok Darren dengan begitu keras.Seketika tubuh Lyra menegang, matanya menyala marah. Peduli setan dengan nama baik keluarga. Tak ada lagi perasaan yang harus dia jaga. Dia sudah cukup dipermainkan oleh tunangannya ini.Seisi ruangan didera kesunyian, hanya tersisa napas terengah Darren yang terkejut dengan perlakuan Lyra."Lyra,” geram Darren. “Kau menamparku?!" Pria itu menatap sang tunangan dengan wajah syok. Tangannya masih meraba pipi yang terasa perih oleh hantaman tangan Lyra. Gadis itu menegakkan tubuh, dadanya naik turun dengan napas yang berat. "Aku sudah cukup dengan semua ini! Kau mengkhianatiku dengan mudahnya, lalu sekarang kau ingin bersikap seolah-olah kau masih berhak menyentuhku?" suara Lyra bergetar, tetapi tetap terdengar jelas dan lantang.Darren menggeram, Rasa marah dan malu membuatnya meledak. “Beraninya kau, wanita jalan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 12

    Leona benar-benar merasa ditusuk dari belakang. “Kau serius dengan ucapanmu tadi?”Selama ini, Talia yang paling antusias dengan perjodohan anak-anak mereka. Dia telah mengupayakan segala cara untuk menarik hati Leona dan Daniel.Namun sekarang? “Kau ternyata sangat munafik, Talia,” geramnya tak percaya.Talia menoleh enggan padanya. “Apa maksudmu? Apa kau ingin aku membantah keputusan tuan David? Kau sudah gila?”Seketika, riuh kembali pecah. Namun di antara kekacauan itu, hanya ada satu orang yang tampak paling tenang. Dastan.Pria itu bangkit mengangkat gelasnya santai. Tak peduli perdebatan konyol di belakangnya. Mata Dastan tertuju langsung pada Lyra yang masih membeku di tempat. Lalu dengan senyum tipis penuh arti, dia berjalan mendekat, menundukkan kepalanya hingga napas hangatnya hampir menyentuh telinga Lyra. Suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi cukup jelas untuk menusuk relung ketakutan gadis itu. "Kita punya banyak hal untuk dibicarakan, Lyra," bisiknya, sengaja meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 13

    David Adiwangsa meninggalkan aula pesta lebih cepat. Sorot matanya tajam, memperhatikan sekeliling seolah menghafalkan setiap wajah yang menunjukkan keterkejutan atas keputusannya. Keheningan malam di luar aula terasa lebih menenangkan dibandingkan kebisingan pesta yang baru saja dia tinggalkan."Tuan, keputusan Anda tadi cukup mengejutkan," ujar ajudannya hati-hati. "Apakah Anda yakin ini langkah yang tepat? Tentunya ini akan memicu konflik keluarga."David menyeringai tipis, menoleh sedikit ke arah pria yang telah bekerja dengannya selama puluhan tahun. "Keluarga ini sudah berkonflik sejak lama, kau juga tahu itu. Mereka hanya menungguku mati sebelum saling mengibarkan bendera perang. Aku hanya mempercepat apa yang akan terjadi."Ajudannya terdiam, tetapi sorot matanya menunjukkan bahwa dia memahami maksud David. Pria tua itu bukan orang yang akan bertindak tanpa perhitungan matang."Lagi pula, aku sudah terlalu lama melihat kemunafikan mereka," lanjut David. "Darren terlalu rakus,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 14

    Pagi itu, Lyra berdiri di halaman rumah sakit, menatap kosong ke kejauhan. Semuanya terasa begitu cepat. Keputusan tentang pernikahannya bukan lagi berada di tangannya, seakan takdirnya dikendalikan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ponsel Lyra bergetar. Nama "Mama" tertera di layar. Dengan berat hati, ia mengangkatnya."Di mana kau?" suara tajam Talia langsung menusuk telinga."Di luar rumah sakit," jawab Lyra pelan."Cepat ke rumah keluarga Adiwangsa. Kakek David ingin membicarakan persiapan pernikahanmu! Jangan buat kami menunggu, Lyra."Telepon terputus begitu saja. Lyra menggigit bibir sejenak lalu menghela napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian sebelum melangkah menuju mobil.Tidak ada pilihan. Seperti biasa, dia hanya bisa menurut.Saat tiba di kediaman keluarga Adiwangsa, Lyra disambut wajah masam ibunya. Mereka masuk ke dalam ruangan besar tempat pertemuan berlangsung. Di sana, Leona sudah lebih dulu duduk dengan ekspresi angkuh, sementara Daniel berdiri di belakang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04

Bab terbaru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 25

    “Kau tidak terlihat buruk. Pakaian ini cocok untukmu,” jelas Dastan melihat ekspresi kebingungan Lyra. "Oooh… iya, Kau juga terlihat 'kawaii'," jawab Lyra spontan. Dastan menahan senyum.Lyra lalu pura-pura merapikan obi. Wajahnya sudah merona sempurna karena malu. “Ini... seperti sesi kedua foto prewedding. Tapi versi drama Jepang abad pertengahan,” lirihnya berusaha menetralisir perasaan gugup.Dastan terkekeh pelan. Dia pun tak menyangka Lyra mau-mau saja mengikuti semua proses itu. Melihat mereka telah siap, seorang pelayan wanita mendekat sambil tersenyum. “Jika Anda berkenan, kami bisa mengabadikan momen Anda berdua. Ini tradisi kami bagi tamu yang mengenakan pakaian tradisional.”Lyra membuka mulut, ingin menolak, tapi Dastan sudah menjawab, “Ide bagus.”Pelayan itu pun mengambil posisi dan mengarahkan mereka untuk berdiri berdampingan. Awalnya, jarak di antara mereka cukup aman. Dastan berdiri tegap menaruh tangan di belakang, Lyra pun setengah berdiri kaku.“Sedikit lebih d

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 24

    “Darren, kau … membentakku?”Darren merasa serba salah, tapi dia tidak punya pilihan. Menyakiti hati Livia untuk sesaat lebih baik dibandingkan harus melawan pamannya yang berdiri di belakang Lyra.“Ayo kita keluar sebelum kau mempermalukan diri lebih jauh lagi.”“Tapi—”Kesal, Darren pun berseru, “Kalau kau tidak mau pergi, maka aku akan pergi sendiri!” Dia pun berbalik dan meninggalkan tempat itu, tidak sedikit pun melihat ke belakang untuk mengecek Livia.Melihat Darren pergi, Livia jadi serba salah. Akhirnya, dia melemparkan tatapan marah ke arah Lyra dan berkata, “Kau … jangan harap aku akan melupakan ini!” ancamnya lalu pergi mengejar Darren.Mendengar kalimat terakhir Livia, ekspresi Dastan menjadi sangat gelap—siap membunuh. “Haruskah aku menyingkirkan wanita tidak tahu malu itu selamanya?”Pertanyaan itu membuat Lyra kaget dan mengalihkan pandangan menatap Dastan.Melihat pria itu marah untuknya, Lyra tanpa sadar sedikit tersenyum. “Tidak perlu meladeni orang tidak penting.”

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 23

    Lyra menoleh, begitu pula dengan semua orang. Tapi kemudian ekspresi Lyra yang sempat berubah cerah—mengira yang datang adalah Dastan—langsung berubah gelap begitu melihat sosok yang muncul."Darren …," ucap Lyra lirih, sedikit jijik harus mengucapkan nama itu lagi. Dia lalu beralih pada Livia yang masih berada di lantai. "Tanyakan pada simpananmu, dia yang menyerbu masuk dan menamparku tanpa alasan jelas. Sekarang, dia pun merusak gaun yang akan kupakai."Livia cepat-cepat bersuara—dengan suara setengah bergetar, matanya mulai berair. "Darren… itu tidak benar, aku hanya... hanya ingin bicara. Dia terus-terusan menghinamu dan tidak terima aku menegurnya, dia malah…" Livia tidak melanjutkan ucapannya dan mulai menangis.Melihat hal itu, Lyra merasa ingin tertawa, tapi hanya senyuman sinis yang terlukis di wajahnya.Ini yang selalu terjadi, Livia berpura-pura lemah dan membuat Lyra menjadi penjahatnya. Dan setelah itu … pastinya semua orang akan menegur Lyra dan memaksanya untuk memint

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 22

    Lyra mengepalkan tangan. Pipinya perih, tapi hatinya lebih terbakar. “Apa maksudmu?”Livia mendengus, seakan mengejek Lyra yang menurutnya pura-pura tidak mengerti.“Masih berpura-pura? Tadi malam kau dan Darren berbicara di telepon, kan? Kau menggodanya di belakang calon suamimu, apa itu tidak menjadikanmu jalang?!”Suasana berubah tegang. Beberapa kru melangkah mundur pelan-pelan. Beberapa lainnya mengintip dari balik pintu, penasaran.Lyra menatap Livia dengan tatapan tajam yang penuh keanggunan dan wibawa, seolah-olah waktu berjalan lebih lambat. “Kau berani menyerangku dengan alasan sepicik itu?” suaranya tidak meninggi, tetap tenang dan penuh kendali.“Aku jelas-jelas mendengar kalian berbicara di telepon tadi malam. Apa yang kau katakan padanya? Menawarkan perjodohan kembali?”Lyra menyeringai tipis, masih dengan ketenangannya yang luar biasa. “Sebaiknya kau bertanya langsung pada Darren, Livia. Tanyakan dengan jelas, agar kau tahu siapa yang sebenarnya tak tahu malu.”Livia me

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 21

    "Paman, aku hanya—"Tanpa menunggu Darren menyelesaikan kalimat, Dastan memutus panggilan.Sejenak, ruangan diliputi keheningan. Dastan menatap Lyra—lama. Sorot matanya tajam, tapi sulit ditebak.Tatapan itu membuat jantung Lyra berdebar tak karuan. Ia menunduk perlahan, bingung dengan perasaannya sendiri.Apa pria itu marah? Apa maksud kalimat Dastan tadi? Apa dia benar-benar mengklaim dirinya seolah barang milik pribadi?Seharusnya Lyra marah. Seharusnya ia merasa keberatan. Tapi entah kenapa... yang muncul justru rasa malu yang asing. Hangat di pipi. Ganjil di dada.Seperti… senang karena ada yang membelanya.Meremas ujung roknya, Lyra berseru dalam hati: 'Apa yang kupikirkan? Pria ini… sama bajingannya dengan keponakannya. Bahkan mungkin lebih parah.’ Dia terus memperingatkan diri sendiri. ‘Aku harus lebih waspada.’Melihat ketidaknyamanan di wajah Lyra, Dastan mendengus kecil dan menyerahkan kembali ponsel gadis itu.“Kalau dia mengganggumu lagi, katakan padaku,” titah pria itu.

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 20

    Dastan tersenyum kecil lalu bangkit."Bersiaplah dan segera turun ke ruang makan, semua pelayan sudah menunggu."Mata Lyra terbuka dan mendapati sosok Dastan yang menjauh. Sebelum keluar dari kamar, Dastan berkata dengan suara lembut tapi memiliki makna mendalam, "Jangan lupa mengunci pintumu malam ini, Lyra. Aku tak selalu bisa menahan diri."Dia tersenyum sekilas dan pergi, meninggalkan Lyra dengan jantung yang masih berdebar kencang.Setelah pintu tertutup, tubuh Lyra jatuh melorot ke lantai. Pakaiannya berserakan. Dia hanya bisa mengutuk-ngutuk kesal."Gila... aku tinggal dengan pria seperti ini?! Mereka semua pasti sudah kehilangan akal sehat!"**Lyra berjalan keluar dari walk-in closet sambil mengikat rambutnya yang baru kering. Piyama satin berwarna pucat membalut tubuhnya dengan ringan, memberi rasa nyaman setelah mandi air hangat yang memanjakan.Langkahnya melambat ketika tiba-tiba teringat peringatan Dastan sebelum makan malam tadi."Jangan lupa mengunci pintumu malam ini,

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 19

    Lyra ingin sekali menutup mulut Nancy andai Dastan tak ada di sana. Sementara Nancy masih menatap Lyra dan Dastan dengan ekspresi terkejut yang sulit disembunyikan. Sahabat lugunya, yang sangat sopan dan terlihat naif, sudah tinggal bersama calon suaminya sebelum menikah? Sungguh sulit ia percaya."Aku baru tinggal hari ini, itu juga karena... karena kami harus mengurus banyak hal," jelas Lyra tergagap. Nancy mengangguk-angguk panjang. Bibirnya melengkung jahil. Dia bukan orang bodoh. Dia tahu telah terjadi sesuatu di antara mereka. Dan itu menjawab semua pertanyaan Nancy termasuk mengapa Dastan tampak sangat terikat dengan Lyra."Baiklah, Ly... aku paham." Nancy mencoba menenangkan Lyra meskipun senyum jahilnya belum hilang. Bahkan, hingga dia mengantar kepergian dua pelanggannya itu dengan penuh hormat. Nancy masih merasa geli.**Mobil menepi perlahan.Lyra merasa jantungnya tak berhenti berdebar. Kini dia harus memasuki tempat asing untuk pertama kalinya. Dia bergerak ragu merai

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 18

    Nancy menatap Lyra dengan ekspresi tidak percaya, lalu beralih pada Dastan dan terkekeh pelan. "Astaga, aku tak menyangka anda punya selera humor yang alami."Suasana hening. Tawa Nancy perlahan terhenti. Dia mulai merasa semakin aneh. Maka cepat-cepat dia menarik Lyra menjauh bersamanya. "Ini lelucon, kan? Ly, kau—bukan calon istri Dastan Adiwangsa, kan?" bisiknya dengan nada geli.Lyra tersenyum kaku. "Aku juga masih sulit percaya."Nancy memiringkan kepala mengintip Dastan. "Bagaimana bisa kau dekat dengan pria itu?" tanyanya meneliti pria matang yang duduk dengan santai tak jauh dari mereka. Lalu, dia menyipit curiga. "Tunggu... Adiwangsa? Jangan bilang dia masih ada hubungan dengan Darren?"Lyra meneguk ludah. "Nanti aku jelaskan. Tapi tidak di sini."Nancy kembali melirik ke arah Dastan, yang tampaknya juga tengah mengamati mereka."Sepertinya aku butuh penjelasan sekarang," gumam Nancy."Apa kalian sudah selesai berbisik-bisik?" Suara berat Dastan menyela. "Lyra, kita ke sini

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 17

    “Kau... akan membiarkanku merencanakan pernikahan ini?”Suara Lyra nyaris tak terdengar. Ia menatap Dastan—yang sibuk memerintahkan sekretarisnya untuk membuat janji dengan butik ternama—dengan ekspresi tak percaya.Dastan melirik ke arahnya. “Kenapa? Kau begitu tidak menyukai pernikahan ini sampai enggan mengaturnya?”“B-bukan begitu… Aku bersedia, hanya saja…” Lyra menunduk, jarinya saling menggenggam gelisah. “Bagaimana kalau keputusanku tidak sesuai dengan keinginanmu?”Dastan tak langsung menjawab. Ia terdiam sesaat, mempelajari ekspresi Lyra, sebelum kemudian berkata dengan tegas, “Aku calon suamimu, bukan majikanmu.”Balasan pria itu membuat Lyra mendongak terkejut namun akhirnya kembali menyembunyikan wajah.Dastan melanjutkan, “Berhenti menunduk, takut, dan juga ragu saat bersamaku. Kau bukan pelayan yang harus melakukan segala sesuatu sesuai yang kumau.” Pria itu mengalihkan pandangan ke ponsel, konfirmasi dari sekretaris perihal pemesanan butik terlihat.“Ini pernikahan ki

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status