Beranda / Pernikahan / MENCURI BENIH SUAMI MANDUL / Bab5# Mencari Informasi

Share

Bab5# Mencari Informasi

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 10:07:54

Mendengar namanya disebut, Grace seketika mendongak melihat siapa yang memanggilnya. Matanya terbelalak tidak percaya, jika dia akan secepat itu bertemu dengan sahabatnya.

"Kau?" Grace melihat sekeliling Agatha, mencari orang lain. "Kau dengan siapa? Kenapa kau ada di sini?"

Agatha justru terheran dengan pertanyaan Grace. "Nah, kau juga kenapa tiba-tiba muncul di sini? Bukannya kau menghilang selama ini? Aku saja bahkan tidak tau kau ada dimana? Aku jadi ragu dengan persahabatan kita?" cerocosnya.

Grace berdecak, lalu terkekeh mendengar celotehan Agatha. "Jawaban macam apa ini? Pertanyaan dibalas pertanyaan?"

Keduanya lantas terbahak bersama. "Kenapa kau ada di negara ini lagi? Aku kira kau sudah lupa ..." tawa Agatha.

Grace masih terkikik hingga harus menutup mulutnya, berusaha menahan tawa. "Aku tentu saja tidak melupakanmu!"

"Benarkah? Aku ingin tau apa yang membuatmu kembali, Grace? Jangan katakan kau ingin kembali pada Max!"

Tepat! Dugaan Agatha sangat tepat yang diangguki Grace, hingga membuat sahabatnya terbelalak.

"Serius?!"

"Tentu saja! Apa salahnya aku kembali pada suamiku?" Tentu saja Grace tidak mengatakan niat utamanya.

"Tapi ..." Agatha meragukan sesuatu.

"Apa?"

Agatha melihat sekeliling kemudian mencondongkan badan, tepat wajahnya berpapasan dengan Grace, dan berbisik. "Kau tidak tau sesuatu?"

Grace mengerutkan kening. "Ada apa?"

"Kau tidak tahu, gosip mengatakan jika Max sekarang mandul? Aku tidak mau kau menyesal sebelum tau hal ini, maka dari itu aku memberitahumu."

Pernyataan Agatha dengan cepat mendapat jawaban Grace. "Aku tau hal itu."

"Hah, serius?!"

"Iya, aku tau."

"Kau yakin, dia masih bisa menidurimu? Apa kau tidak meragukan miliknya ...?" tanya Agatha penasaran.

"Maksud kau miliknya, apa?"

"Ya ... maksudku itunya .... Apa masih bisa digunakan?" ucap Agatha ragu.

"Tentu saja bisa, Tha. Mandul bukan berarti milik Max tidak bisa tegak," cetus Grace terkekeh.

"Kau sudah menyentuhnya?"

"Hei, apa yang kau pikirkan dengan otak nakalmu ini!" celetuk Grace menyentil dahi sahabatnya.

"Sakit!" Agatha mengusap dahinya sekilas. "Tentu saja kau harus tau ini. Semenjak kecelakaan itu orang-orang menggosipkannya, pria yang tidak bisa meniduri wanita. Terbukti sejak kepergianmu, Max tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita siapapun. Meskipun beberapa wanita ingin mendekatinya, namun tidak beberapa lama media mengungkap hubungan mereka putus. Maka dari itu, banyak spekulasi mengatakan jika Max tidak normal," sambungnya.

"Benarkah?" Grace menjadi penasaran. Apakah yang dikatakan tentang Max, benar adanya? "Aku akan mencobanya."

"Gila kau?!"

Sesaat obrolan keduanya terhenti saat Grace mendengar suara yang tidak asing baginya. Wanita itu menoleh ke samping melihat siapa yang berbicara.

Grace terkesiap melihat Max dan Freya baru saja keluar dari lift, setelah acara makan siang selesai di ruang VIP.

"Max, bukankah setelah ini kau masih ada waktu ...?" rayu Freya dengan suara manja, menggandeng lengan Max. "Kau sudah janji 'kan mau temani aku belanja."

Max hanya diam tanpa merespon ajakan Freya, tentu saja Max sudah tau jika itu hanya alasan Freya yang ingin mengambil waktunya. Selain itu, Max juga melihat Grace berada di gedung yang sama dari dinding lift kaca, sebelum tadi keluar dari lift.

"Tidak bisa, Freya. Aku tidak punya waktu!" tolak Max tegas. "Apa kau tidak bisa pergi sendiri?"

"Aku tidak mau sendiri, Max!"

"Kalau begitu ajak saja sekretarismu," usul Max.

Langkah keduanya semakin dekat dengan meja yang ditempati Grace dan Agatha, hingga sudut mata Freya melihat tatapan Grace pada Max. Freya semakin melancarkan aksinya.

"Ayolah, Max ...!" rayu Freya lagi setengah merengek.

"Sudah kukatakan aku tidak ada waktu, Freya! Hentikan rengekanmu itu, aku muak mendengarnya!" Max melepaskan tangan wanita itu. "Aku tidak suka wanita lemah!"

Max langsung menuju mobil yang sudah menunggunya di lobi depan, meninggalkan wanita itu sendiri. Seketika itu juga Freya merubah wajahnya menjadi masam. Wanita itu berdecak kesal, seraya menjejakkan sepatunya.

"Dasar, pria sialan! Tunggu saja kau, Max. Aku pastikan kau akan jatuh dalam pelukanku!" tekad Freya mengepalkan tangan, penuh keyakinan.

Grace dan Agatha terkikik pelan melihat adegan Max menolak Freya. Hal itu semakin meyakinkan Agatha jika Max tidak normal.

"Tuh, kamu lihat sendiri kan?" tunjuk Agatha menggunakan dagu. "Dia tidak bisa berdekatan dengan wanita."

"Kalau begitu aku harus memastikannya," tekad Grace. "Omong-omong aku ingin tau penyebab dia mengalami mandul?"

Agatha menggendikkan bahu. "Aku tidak tahu penyebab dia mandul. Hanya saja berita itu tersebar setelah kejadian kecelakaan. Mungkin saja itu ada hubungannya."

"Ya, aku harus memastikannya lebih dulu. Aku harus ke dokter Andrologi."

Grace langsung menuju rumah sakit terbesar di kota Italia setelah berpisah dengan Agatha. Sepanjang perjalanan, berbagai spekulasi dan pertanyaan ada di kepala wanita itu. Rasa penasarannya ingin segera terjawab.

"Apa semua berkaitan dengan delapan tahun silam?" gumam Grace dengan tetap fokus mengemudi. "Apakah Max masih bisa memiliki anak lagi? Hah, tidak! Dia harus bisa. Aku yakin dia bisa membuatku hamil!"

Antara rasa cemas dan kecewa menyelimuti wanita itu. Seandainya Grace tidak bisa mendapatkan obat dalam jangka waktu yang sudah ditentukan Brian. Ia akan kehilangan putra semata wayangnya.

"Tidak! Itu tidak boleh terjadi!" Grace mengacak rambutnya.

Sementara di dalam mobil, Max duduk di belakang kemudi menatap jalanan melalui kaca jendela. Pria itu terus memainkan ponsel yang ada dalam genggamannya tampak ragu. Kemudian tidak lama ia menekan nomor seseorang.

"Hallo, bisakah aku ke sana sekarang?" tanyanya langsung pada inti.

Setelah mendapat jawaban dari ujung panggilan, Max menginstruksi sang asisten. "Kita putar balik, Christ!"

"Baik, Tuan."

*

Grace langsung masuk ke dalam ruang dokter Andrologi setelah sebelumnya ia membuat janji melalui telepon. Wanita itu sudah tidak sabar mendengar kepastian nasib Leon.

Wanita itu duduk di hadapan sang dokter, usai dipersilahkan satu perawat. Dokter tampan dengan id card nama Nicholas tergantung pada dadanya, kini tersenyum ramah.

"Selamat siang, Nyonya Grace. Saya Nicholas, lebih singkatnya Dokter Nick," kekeh sang dokter. "Ada yang bisa saya bantu?" sambungnya.

"Ada yang saya ingin tanyakan Dok," balas Grace seraya mendudukkan dirinya di hadapan Dokter Nick.

Nicholas mengangguk. "Silahkan."

"Uhm ..." Grace awalnya sangat canggung menanyakan hal itu. Namun, demi Leon, wanita itu memaksa bibirnya terbuka. "Apa pria yang mengalami kemandulan tidak bisa punya keturunan?" imbuhnya tampak ragu.

Nicholas menelisik wajah Grace yang sedikit kikuk. Sesaat sang dokter menarik napas dalam kemudian membuangnya panjang. Dia mencoba membuat suasana tampak tenang, agar Grace pun juga leluasa berbicara.

"Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi mengapa seorang pria bisa mengalami kemandulan," jawab Dokter Nick.

Sang dokter pun menjelaskan beberapa faktor tersebut. Pertama masalah produksi sperma, masalah ejakulasi, gangguan fungsi testis, infeksi karena sering berganti pasangan atau disebut IMS, serta kelainan genetik pengobatan, dan alkohol serta merokok. Hal itu merupakan pemicu utama penyebab pria mengalami kemandulan.

"Tapi sebelumnya pria itu tidak mandul, Dok?" terang Grace.

"Lalu?"

"Apakah pria bisa mandul karena kecelakaan? Apa masih ada kesempatan untuk memiliki anak, Dok?" tanya Grace lagi.

Menurut ilmu kedokteran, bisa dikatakan pria mengalami kemandulan jika pasangannya gagal hamil setelah melakukan hubungan seksual rutin tanpa alat kontrasepsi selama 12 bulan berturut turut. Namun, itu juga harus melalui pemeriksaan dari pihak wanita untuk mengetahui kesuburan reproduksi, sehingga dalam kasus ini tidak meragukan dari sisi pria.

"Apakah ini tentang kehamilan pertama atau kedua?" tanya Nick.

“Kehamilan kedua."

Dokter Nicholas pun menganggukkan kepala, dan menjelaskan, “Harus dipastikan dulu dengan pemeriksaan. Apakah memang pengaruh kecelakaan, atau hanya infertilitas sekunder.”

Infertilitas sekunder adalah kondisi di mana pasangan suami-istri telah memiliki anak sebelumnya, tetapi kesulitan untuk mendapatkan kehamilan kedua. Hal itu bisa dipengaruhi beberapa hal.

Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan permanen alat reproduksi dan fungsinya, tentu hal tersebut dapat berakibat pada kemandulan. Namun, untuk menegakkan diagnose tersebut, harus dilakukan beberapa tes. Seperti tes analisa sperma, ultrasonografi, pemeriksaan hormon, biopsi, tes genetik, dan lain lain.

"Jadi, jika sudah berhubungan rutin belum juga hamil, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan menyeluruh," terang Nicholas pada intinya.

Mendengar penuturan sang dokter, kepala Grace berdenyut seketika. Bagaimana cara dia bisa mengajak Max melakukan tes kesehatan, sementara dirinya harus mencuri benih pria itu sembunyi-sembunyi?

"Baik, Dok. Saya rasa saya cukup mengerti sekarang. Terima kasih atas informasi yang sudah Anda berikan. Sepertinya saya akan melakukan tahap awal sebelum melakukan tes," ujar Grace mengakhiri pertemuan, menyodorkan tangan. "Kalau begitu saya pamit."

"Jangan ragu untuk menghubungi saya jika ada pertanyaan, Nyonya. Saya siap membantu Anda," balas Nicholas seraya membalas jabat tangan.

Grace langsung keluar dari ruang sang dokter dengan langkah cepat. Kaki jenjangnya terus menyusuri lorong rumah sakit.

Tanpa dia sadari sorot mata seolah siap memangsa lawan sedang mengamatinya dari kejauhan. Max menatap tajam ke arah Grace.

"Max?!" lirih Grace mempercepat langkah.

Pertemuannya di lorong yang sama membuat Grace penasaran apa yang dilakukan Max di rumah sakit ini. Begitu pula dengan Max, pria itu juga ingin tau apa yang sedang direncanakan Grace. Max belum bisa tenang sebelum dia mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahu itu.

"Apa yang kau kerjakan di sini, Grace?!" Max mencekal lengan Grace hingga wanita itu terpelanting ke dinding. Max memojokkannya hingga Grace tidak bisa berkutik.

Keduanya saling menatap tajam. Bola mata keduanya penuh rasa penasaran. "Dan kau, apa yang kau lakukan di tempat ini. Ini tidak kantormu, bukan?" sarkas Grace.

Max semakin kuat mencekal pergelangan Grace, wanita itu meringis kesakitan.

"Lepas, Max! Sakit!"

"Tidak akan sebelum aku tau apa yang kau lakukan di tempat ini?"

Grace menarik sudut bibirnya. "Hei, ini rumah sakit. Ini tempat umum, Max, dan aku bebas ke mana pun aku inginkan."

Max sangat tidak percaya dengan ucapan Grace. Sekali dia dibohongi, pria itu tidak akan mudah percaya untuk kedua kali.

"Kau kira aku pria seperti dulu, yang mudah kau tipu!" ketus Max semakin mendekatkan wajah. "Tidak untuk sekarang, Grace! Cepat, katakan apa yang kau rencanakan!" desaknya.

Pria itu bahkan mengabaikan beberapa orang yang berlalu lalang dan melihat adegan keduanya. Mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur.

"Lepas! Kau membuat kita malu!" Grace mencoba melepas cekalan itu. Namun, tenaganya tidak cukup kuat.

Bentuk badan Max yang sangat proporsional dengan pahat garis wajah yang sempurna, siapa yang tidak terpesona dengan wajah tampan bak Dewa Yunani.

"A-aku ... Aku hanya periksa kesehatanku saja," ucap Grace membuat alibi, "dan apa yang kau lakukan di sini, Max?"

Max gelagapan saat Grace balik bertanya tentang tujuannya berada di rumah sakit itu.

***

Komen (77)
goodnovel comment avatar
Ugik Kph
duhhh Agatha, otak kamu nakal ya.
goodnovel comment avatar
Lidia Rahayu
semoga max dan f grace bisa pnya anak lagiii
goodnovel comment avatar
~•° Aishiteru °•~
tak ada yang tidak mungkin, dan semoga ada keajaiban untuk kesembuhan leon yaa grace. tapi sebelum itu, kamu harus meluluhkan kembali hatinya max
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab6# Permintaan

    "Maaf, Nyonya, Tuan Alexander sudah menunggu Tuan Max," ucap Christian saat melihat keduanya bertikai. Grace terbeliak meski dua tangannya masih dicekal Max. "Papi ada di sini?" "Ya, Nyonya, Tuan—" Christ menghentikan ucapan karena Max menoleh tajam ke arahnya. "Pergilah!" usir Max melepas cengkraman wanita itu. Grace mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri, kemudian berdiri tegap. "Tidak! Aku ikut bersama kalian! Ayo Christ, tunjukkan dimana kamar papi?" Wanita itu bukannya pergi, tapi justru bersikeras ingin melihat ayah mertuanya. Grace meyakini jika ayah mertuanya sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Ia melangkah lebih dulu, sementara Christ bertatapan dengan Max meminta jawaban. Max menghela nafas sembari menggeleng lirih, "Apa boleh buat ..." Kedua pria itu mengikuti langkah Grace yang berada di depan. Sesekali Grace menoleh ke belakang memastikan keduanya tidak mengelabuinya. "Ayo, cepatlah!" Grace berseru. Max merasa gemas dengan tingkah Grace seol

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab7# Menunggu Datang

    Max tidak mengangguk atau pun menggeleng, pria itu justru menarik tangan Grace melangkah keluar ruangan. Namun, sebelum sampai di pintu keluar, Grace mengibaskan tangan Max hingga terhempas. "Akh! Kau menyakitiku, Max!" Max tersentak kemudian berbalik, keduanya saling berhadapan. "Kalau kau tidak mau aku lebih menyakitimu, lebih baik segera pergi dan jauhi kehidupanku! Lakukan seperti saat kau meninggalkanku!" Tatapan pria itu begitu menusuk. Max maju beberapa langkah mengikis jarak keduanya. "Jangan berharap aku tunduk padamu, Grace! Sekalipun itu di depan mami dan papi!" desisnya penuh penekanan. Grace membenahi tatanan rambutnya, berdiri angkuh, lalu mengangkat dagunya. "Tidak. Sudah kukatakan, aku tidak akan pergi. Akan kubuat kau tergila-gila padaku!" Max semakin menatap bengis. Pria itu tidak ingin jatuh lagi di lubang yang sama. Dia tidak ingin terluka lagi, sama seperti Grace saat meninggalkannya. M

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab8# Pertahanan Max

    Kebingungan melanda Grace menjawab pertanyaan Leon. Mengapa wajahnya mirip dengan foto yang ada di dinding saat video call dengan sang ibu?Kepalang tanggung!Di tengah kebingungan Grace menjawab, di tempat Leon, Brian mengetuk pintu kamar anak itu. Seketika Leon menoleh, siapa yang masuk ke dalam kamarnya."Hai, Leon! Sedang apa?" Brian tersenyum, mengangkat tangannya, menyapa.Leon membalas dengan senyum lembut. "Leon sedang telepon mommy, Om," jawabnya.Grace yang ada di ujung panggilan pun ikut mendengarkan obrolan antara Brian dan sang anak. Dewi Fortuna masih membersamainya, keberuntungan bersama Grace, Leon melupakan pertanyaannya. "Siapa yang datang, Leon? Itu suara Om Brian, kan?" terka Grace, meskipun sebenarnya ia sudah tau pasti pemilik suara itu. "Benar, Mom, ini Om Brian." Leon merubah kamera ponselnya menghadap Brian. "Hai, Nyonya Grace. Apakah semua lancar?" tanya Brian klise.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab9# Memergoki

    Max sejenak ingin membangunkan Grace, namun ia melihat bagaimana paras cantik itu terlihat lelah, sepertinya Grace sudah tidur sangat lelap. "Apa perlu kubangunkan?" batin Max saling bertanya. "Tapi dia belum makan malam?"Batin Max beradu bimbang. Pria itu tidak tega membangunkan Grace, namun Max juga berpikir wanita itu juga belum makan malam. Hingga akhirnya Max putuskan membopong tubuh Grace dengan hati-hati. Jangan sampai wanita itu merasakan pergerakannya.Perlahan Max membuka pintu kamar Grace dan merebahkan wanita itu di atas ranjang, kemudian menyelimutinya. Sesaat terbesit rasa yang sulit ia ungkapkan. Rasa apa ini? Apakah ia masih mencintai wanita itu? "Tidak, aku tidak akan lemah." Max menyakinkan dirinya jika ia akan tetap teguh pendiriannya.Setelah itu Max segera keluar dari kamar Grace, saat melihat wanita yang pernah mengisi hatinya menggeliat kecil, merubah posisi tidur. Pria it

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab10# Kotak Makan

    Max melihat dua wanita masuk ke dalam ruangannya, yaitu Grace dan sekretarisnya.Freya terkesiap dengan tatapan nyalang Grace, terlebih Max. Pria itu tidak menduga jika istrinya akan datang ke kantor tiba-tiba. Grace selalu bertindak di luar dugaan!"Grace?!"Grace menatap murka pada Freya yang sedang duduk di atas meja, menghadap Max. Meeting apa yang mereka lakukan berduaan, hingga sekretaris Max bahkan berani menahannya masuk!"Apa yang kalian lakukan?!" bentak Grace dengan amarah, meletakkan kotak makan pada meja di dekatnya.Freya langsung berdiri di samping Max. Namun, bukan rasa takut atau merasa bersalah, melainkan membalasnya dengan tatapan sinis. Wanita itu justru lebih antusias membuat api cemburu tanpa berkomentar. Hanya dengan tindakannya tadi, sudah bisa membuat Grace menjadi binatang buas."Rapat?!" Grace berjalan cepat menghampiri keduanya. Seketika menarik, menyingkirkan Freya dari samping suaminya, lalu berkacak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab11# Keingintahuan

    Max menatap nanar pada kotak makan yang masih utuh di atas meja. Apa yang akan dilakukannya dengan makanan itu? Bukankah tadi dia yang melemparkan!"Biarkan saja!" ucap Max melarang Christ.Christ menggeleng bingung, tapi enggan mencampuri urusan sang CEO dengan kotak makan tersebut. Pria itu kemudian mengikuti petugas kebersihan keluar ruangan Max.Pria tampan itu termenung. Entah apa yang ia lakukan sekarang sangat bertolak belakang dengan isi hatinya. Terus mengamati makanan yang tampaknya lezat, Max meyakini makanan itu pasti sangat nikmat, terlebih tangan lembut Grace yang membuatkan untuknya."Kau selalu membuatku jatuh bangun, Grace ... Untuk apa kau membantuku bangun, jika nantinya kau akan menjatuhkanku lagi!"Sejak kepergian Grace, Max percaya jika wanita itu tidak sepenuhnya mencintainya. Maka itu, dari tindakan Grace sekarang, Max yakin semua tidak berdasarkan cinta.Tanpa ia sadari, jemarinya mengambil garpu dan meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab12# Getaran Yang Berbeda

    Setelah kejadian di kantor Max, Grace tidak akan menyerah hanya karena Max melemparkan kotak makan buatannya. Wanita itu sadar jika Max wajar melakukannya, karena pria itu pasti sangat kecewa saat dirinya ditinggalkan. Pagi ini Grace sudah berdandan cantik. Sebelum naik ke lantai atas, wanita itu melirik sekilas makanan di atas meja, piring dan gelas masih bersih. "Ternyata dia belum berangkat," lirih Grace terus meniti anak tangga. Tiba di depan pintu kamar Max, Grace menarik napas dalam menenangkan diri sebelum mengetuk pintu tersebut. Beberapa kali ketukan, ternyata tidak ada balasan apapun hingga membuat Grace masuk ke dalam kamar Max tanpa permisi. "Hm, sepi ...?" gumamnya terus melangkah, mengamati setiap sudut kamar Max. Wanita itu kemudian memindai walk in closed di ruang luas tersebut. Beberapa kemeja tergantung dengan rapi, begitu pula dengan setelan jas. Di meja tengah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab13# Diluar Dugaan

    Pria berwajah tampan sedang termanggu mengingat kejadian pagi ini. Reaksi Grace sangat di luar dugaan Max. Max mengira Grace akan marah secara brutal, jika Grace mendengar dirinya akan mendekati Freya. Semua salah! Grace sama sekali tidak bereaksi. "Bagaimana mungkin dia diam saja saat aku menggertaknya?!" Max merasa ada salah dengan Grace. "Apa aku kurang serius mengatakannya?" Max terus berpikir, bagaimana cara dia menyingkirkan Grace dari hidupnya. Sesungguhnya, itu hanyalah omong kosong Max untuk menakuti Grace, agar wanita itu menjauhinya. Namun, apa yang Max lihat? Mengapa wanita itu tidak bereaksi saat dia mengancamnya? Christ yang melihat Max termenung, merasa heran dengan sang CEO. "Ada masalah apa, Tuan? Nyonya berulah lagi?" tanyanya. "Tidak. Bukan dia," balas Max menyembunyikan kenyataan, ia segera m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23

Bab terbaru

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab108# Kemurkaan Wanita Ular

    Di negara Turki, Steve dan Agatha sedang berada di Cappadocia. Salah satu tempat yang menawarkan pemandangan menakjubkan berupa lanskap berbatu dengan balon udara yang menghiasi langit, menciptakan pemandangan yang spektakuler.Pasangan yang berbulan madu di sini bisa menikmati sensasi terbang dengan balon udara sambil melihat keindahan alam Cappadocia dari ketinggian. "Apa kamu menyukainya?" tanya Steve.Wanita yang kini menjadi istrinya itu, bersandar pada dada bidang Steve, lalu mendongak, "Hm, aku sangat menyukainya. Tempat ini sangat menakjubkan!""Aku pun juga begitu. Meskipun aku sudah mengunjungi banyak negara, tapi ini lebih berbeda .... Beda karena ada kamu di sisiku," balasnya kemudian mengecup bibir sang wanita. "Kamu percaya aku begitu mencintaimu?"Dengan cepat Agatha mengangguk, "Aku sangat percaya padamu. Untuk apa aku menerima lamaranmu kalau aku tidak yakin dengan suamiku?"Pria itu tersenyum lembut dan se

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab107# Kedatangan Freya Di Kantor Chelsea

    Mendengar ucapan Freya, Darren berdecih. Bagaimana ia harus mempercayai wanita itu? Sementara sebelumnya, dirinya dan Freya sedang membuat janji bertemu di resto itu."Apa kamu tidak terlalu licik, Miss Freya? Kamu pikir bisa membohongiku lagi?" sarkas Darren. "Kenapa kamu tadi tidak datang? Huh, dasar wanita penipu!"Keduanya memang hendak bertemu di resto itu. Namun, saat Freya hampir menginjakkan kaki ke dalam, ia melihat kekacauan akibat Darren yang membuat onar. "Apa kamu gila Tuan Darren?! Kamu mau menunjukkan pada Grace jika kita menjalin kerja sama?" Nada suara Freya meninggi satu oktaf.Darren terbeliak, "Jadi kamu melihatnya?"Terdengar gelak tawa membahana dari Freya, "Apa yang tidak kuketahui, Tuan Darren?" sindirnya.Sejenak Darren memupuk dirinya untuk mempercayai ucapan wanita itu lagi. Sulit baginya untuk percaya wanita seperti Freya. Darren pun juga banyak mengetahui tentang sepak terjang Freya di dunia bisnis.

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab106# Misi Freya

    Semua mata tertuju pada sosok pria yang berjalan cepat dengan membawa pecahan botol di tangannya. Kedua mata dengan api dendam, membutakan Darren membunuh wanita yang menjadi target utama, adalah mantan kakak ipar. Namun, sepertinya Darren sudah melupakan itu. Grace melihat semua itu serasa detak jantungnya berhenti sepersekian detik, ketika melihat Darren hendak membunuhnya. "AAAA ...!!" Namun, tiba-tiba saja sebuah tendangan tepat sasaran mengenai tangan Darren sebelum aksi pria itu berjalan lancar, hingga pecahan botol dalam genggamannya terlempar jauh. TRANK! PYAR! "ARGH!! SIALAN!!" umpat Darren membungkuk, memegang pergelangan tangan, "Brengsek! Siapa berani menghalangiku!" Grace langsung berdiri dan menjauhi Darren. Ia melihat sosok pria yang samar-samar ia kenal mendekatinya. "Apa Nyonya terluka?" tanya Kenan. "Ak-aku tidak apa-apa." Grace masih

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab105# Nyawa Di Ujung Tanduk

    Setelah menghabiskan malam bergairah, dan obrolan sesaat sebelum keduanya terlelap. Max mengatakan jika saat Grace pergi, Chelsea berada di rumahnya. Pria itu juga mengatakan bila Darren bukan lagi suami sang adik. Sesaat Grace terkejut mendengarnya, tapi apa boleh buat. Semua keputusan ada di tangan Chelsea dan Max. Hingga pagi ini, Grace dibuat sakit kepala entah karena apa ia sendiri juga tidak tahu. "Ada apa dengan kepalamu, Baby?" tanya Max menghentikan pergerakan tangan. Max yang sudah bersiap dengan setelan jas dan kemeja berdiri merapikan dasi, tatapannya sontak terarah pada sang wanita dari pantulan cermin yang duduk di atas ranjang dengan memegang kepala. "Uhm, tidak tau, Max. Kepalaku berdenyut sekali." "Apa tidurmu tidak nyenyak? Atau ... ada yang menganggu pikiranmu?" "Tidak ada, aku tidak pikirkan apapun. Tapi ... tidak apa, nanti aku minum obat saja," ujar Grace segera mengalihkan perhatian sang suami. "Ya sudah, kalau begitu tidak perlu ke kantor." "Hm,

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab104# Rindu

    Grace kini sedang bermanja-manja, menghabiskan waktu dengan sang suami. Pasalnya sejak kepulangannya dari Jerman, pria itu tidak sedetik pun melepaskan pelukannya.Keduanya kini sedang berada di atas ranjang dalam kamar luas dengan interior mewah. Grace berusaha melonggarkan kedua tangan sang pria yang berada di tubuhnya."Max, lepas! Sudah berapa lama kamu seperti ini, hm?" geram Grace tidak bisa berkutik."Sebentar lagi, aku masih rindu dengan aroma tubuh ini ..." Max tak hentinya menciumi ceruk leher sang istri dan mengendus aroma shampo pada rambut kepala Grace."Ya ... tapi ini sudah sangat lama, Max. Aku tidak bisa bergerak. Ayolah geser sedikit ..." Sang wanita berusaha mendorong dada bidang suaminya. Namun apa daya, tenaganya jelas kalah dari pria itu."Hanya sebentar, Sayang. Sebentar saja ..." Lagi-lagi Grace tidak bisa menolak permintaan sang pria. "Ya sudah, waktumu hanya sepuluh menit saja, Max! Ingat! Sepuluh menit!"Max terkekeh mendengar celotehan sang istri yang sema

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab103# Ide Licik Freya

    Freya segera menatap ke arah Darren, kemudian tersenyum tipis. "Sepertinya saya harus menerima panggilan telepon terlebih dahulu. Baru kita sambung pembicaraan ini." "Terserah. Karena sepertinya saya juga harus pergi dari sini!" sahut Darren dingin, "jadi saya tidak akan tertarik. Jika Anda berpikir saya akan menunggu Anda kembali." Ia bangkit berdiri, sambil merapikan kedua sisi jasnya dengan raut angkuh. Freya memandang pria yang kini berdiri di hadapannya. "Oleh karena itu, simpan saja pembicaraan omong kosong Anda atau pertanyaan konyol selanjutnya!" Darren berbalik. Lalu, pria itu melangkah tegap meninggalkan Freya yang ternganga lebar, tidak percaya dirinya ditinggalkan seperti sebuah benda tidak berharga. "What the—" Freya menggeram. Ia bahkan terlupa dengan ponselnya yang sedari tadi bergetar, hingga akhirnya berhenti dengan sendirinya. Saat baru tersadar, dirinya dengan cepat menoleh ke bawah, hanya untuk melihat layarnya berubah menjadi hitam. Freya berdeci

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab102# Pengusiran Darren

    Keduanya sama-sama tersentak kaget. Namun, segera mengubah ekspresi wajah masing-masing dengan kikuk menjadi datar dan angkuh, membuat kedua petugas itu curiga, jika mereka saling mengenal. Di tengah kecanggungan, salah seorang petugas justru bersiap membuat kejadian buruk di masa depan, bakal terjadi. "Hey, kalian tidak bisa mendorongku seenaknya seperti ini?!" maki pria itu sambil memutar tubuhnya dan menodongkan jari telunjuk sedikit kasar pada wajah salah seorang petugas, yang berusaha ditepis oleh petugas yang lain. "Jaga sikap Anda, Tuan!""Kalian yang seharusnya jaga sikap!" Darren balas berteriak. Napasnya sedikit tersengal. Ia pun mengatur napas terlebih dulu agar tenang,sebelum meneruskan ucapan, "Aku tidak mengundang kalian untuk datang. Tapi, karena kalian telah lebih dulu datang dan justru mencegat diriku masuk. Maka—""Jangan banyak bicara, Tuan! Lebih baik, Anda segera pergi. Karena kehadiran Anda, tidak diterima di sini!" sahut salah seorang petugas keamanan denga

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab101# Bye Mom!

    Grace tiba-tiba menghentikan langkah. Ia juga mengusap tengkuknya yang seketika meremang. Lalu, menoleh cepat ke belakang. Namun, tidak ada aktivitas mencurigakan di sana, membuatnya mengernyitkan dahi. "Sepertinya Aku terlalu berhalusinasi!" Kedua bahunya menggendik. Lalu, kembali berbalik dan meneruskan langkah.Grace mengangguk kecil pada Edward yang berdiri di depan pintu, saat lelaki itu mengangguk hormat padanya dan menyilakan masuk. "Di mana Stella?" "Ada di ruangannya, Nyonya. Mungkin sedang beristirahat. Apa perlu Saya panggilkan?""Tentu. Panggil dia, karena ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan, sebelum kepulangan nanti.""Baik, Nyonya!"Grace terus melangkah menuju sang putra, yang ternyata telah terlelap dalam buaian mimpi. Tuan Fufu bahkan tidak lepas dari pelukan, membuatnya sedikit tersenyum simpul, terlebih kala teringat pertanyaan anaknya itu beberapa waktu sebelumnya. Tentang alasan kenapa ia membelikan boneka, alih-alih robot ataupun mainan khas anak laki-lak

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab100# Waktu Yang Terbatas

    "Mommy!" panggil Leon, menghentikan gerakan Grace saat sedang melipat mantel bulu miliknya. Grace juga menoleh ke belakang, ke arah sang putra yang berbaring sambil memeluk sebuah boneka rusa, yang baru saja ia belikan beberapa saat yang lalu. Grace mendekat. Lalu, duduk di tepi brankar. "Yes, Honey. Ada apa?" Tangan kanannya terulur, mengusap lembut poni Leon. "Apa Mommy, mau pulang sekarang?" Mata Leon mengerjap lucu, membuat senyum lebar menghiasi wajah sang bunda. "Mommy mau ketemu sama Dokter Brian dulu, Sayang. Nanti Mommy pasti kembali. Lalu, sorenya Mommy akan pulang," ungkap Grace jujur. Lalu memberikan kecupan sayang di kening ang putra, yang segera memejamkan mata, menikmati kasih sayang tercurah dari ibunya. "Ok. Jangan lama-lama, ya!" pinta Leon, semakin mengeratkan pelukan pada bonekanya, yang baru saja ia nobatkan sebagai Tuan Fufu yang Lucu. "Iya. Jika sudah selesai, Mommy pasti akan kembali." Grace terenyuh melihat kedewasaan sang putra, di usianya yang terbila

DMCA.com Protection Status