Home / Rumah Tangga / MENCURI BENIH SUAMI MANDUL / Bab5# Mencari Informasi

Share

Bab5# Mencari Informasi

last update Last Updated: 2024-09-27 10:07:54

Mendengar namanya disebut, Grace seketika mendongak melihat siapa yang memanggilnya. Matanya terbelalak tidak percaya, jika dia akan secepat itu bertemu dengan sahabatnya.

"Kau?" Grace melihat sekeliling Agatha, mencari orang lain. "Kau dengan siapa? Kenapa kau ada di sini?"

Agatha justru terheran dengan pertanyaan Grace. "Nah, kau juga kenapa tiba-tiba muncul di sini? Bukannya kau menghilang selama ini? Aku saja bahkan tidak tau kau ada dimana? Aku jadi ragu dengan persahabatan kita?" cerocosnya.

Grace berdecak, lalu terkekeh mendengar celotehan Agatha. "Jawaban macam apa ini? Pertanyaan dibalas pertanyaan?"

Keduanya lantas terbahak bersama. "Kenapa kau ada di negara ini lagi? Aku kira kau sudah lupa ..." tawa Agatha.

Grace masih terkikik hingga harus menutup mulutnya, berusaha menahan tawa. "Aku tentu saja tidak melupakanmu!"

"Benarkah? Aku ingin tau apa yang membuatmu kembali, Grace? Jangan katakan kau ingin kembali pada Max!"

Tepat! Dugaan Agatha sangat tepat yang diangguki Grace, hingga membuat sahabatnya terbelalak.

"Serius?!"

"Tentu saja! Apa salahnya aku kembali pada suamiku?" Tentu saja Grace tidak mengatakan niat utamanya.

"Tapi ..." Agatha meragukan sesuatu.

"Apa?"

Agatha melihat sekeliling kemudian mencondongkan badan, tepat wajahnya berpapasan dengan Grace, dan berbisik. "Kau tidak tau sesuatu?"

Grace mengerutkan kening. "Ada apa?"

"Kau tidak tahu, gosip mengatakan jika Max sekarang mandul? Aku tidak mau kau menyesal sebelum tau hal ini, maka dari itu aku memberitahumu."

Pernyataan Agatha dengan cepat mendapat jawaban Grace. "Aku tau hal itu."

"Hah, serius?!"

"Iya, aku tau."

"Kau yakin, dia masih bisa menidurimu? Apa kau tidak meragukan miliknya ...?" tanya Agatha penasaran.

"Maksud kau miliknya, apa?"

"Ya ... maksudku itunya .... Apa masih bisa digunakan?" ucap Agatha ragu.

"Tentu saja bisa, Tha. Mandul bukan berarti milik Max tidak bisa tegak," cetus Grace terkekeh.

"Kau sudah menyentuhnya?"

"Hei, apa yang kau pikirkan dengan otak nakalmu ini!" celetuk Grace menyentil dahi sahabatnya.

"Sakit!" Agatha mengusap dahinya sekilas. "Tentu saja kau harus tau ini. Semenjak kecelakaan itu orang-orang menggosipkannya, pria yang tidak bisa meniduri wanita. Terbukti sejak kepergianmu, Max tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita siapapun. Meskipun beberapa wanita ingin mendekatinya, namun tidak beberapa lama media mengungkap hubungan mereka putus. Maka dari itu, banyak spekulasi mengatakan jika Max tidak normal," sambungnya.

"Benarkah?" Grace menjadi penasaran. Apakah yang dikatakan tentang Max, benar adanya? "Aku akan mencobanya."

"Gila kau?!"

Sesaat obrolan keduanya terhenti saat Grace mendengar suara yang tidak asing baginya. Wanita itu menoleh ke samping melihat siapa yang berbicara.

Grace terkesiap melihat Max dan Freya baru saja keluar dari lift, setelah acara makan siang selesai di ruang VIP.

"Max, bukankah setelah ini kau masih ada waktu ...?" rayu Freya dengan suara manja, menggandeng lengan Max. "Kau sudah janji 'kan mau temani aku belanja."

Max hanya diam tanpa merespon ajakan Freya, tentu saja Max sudah tau jika itu hanya alasan Freya yang ingin mengambil waktunya. Selain itu, Max juga melihat Grace berada di gedung yang sama dari dinding lift kaca, sebelum tadi keluar dari lift.

"Tidak bisa, Freya. Aku tidak punya waktu!" tolak Max tegas. "Apa kau tidak bisa pergi sendiri?"

"Aku tidak mau sendiri, Max!"

"Kalau begitu ajak saja sekretarismu," usul Max.

Langkah keduanya semakin dekat dengan meja yang ditempati Grace dan Agatha, hingga sudut mata Freya melihat tatapan Grace pada Max. Freya semakin melancarkan aksinya.

"Ayolah, Max ...!" rayu Freya lagi setengah merengek.

"Sudah kukatakan aku tidak ada waktu, Freya! Hentikan rengekanmu itu, aku muak mendengarnya!" Max melepaskan tangan wanita itu. "Aku tidak suka wanita lemah!"

Max langsung menuju mobil yang sudah menunggunya di lobi depan, meninggalkan wanita itu sendiri. Seketika itu juga Freya merubah wajahnya menjadi masam. Wanita itu berdecak kesal, seraya menjejakkan sepatunya.

"Dasar, pria sialan! Tunggu saja kau, Max. Aku pastikan kau akan jatuh dalam pelukanku!" tekad Freya mengepalkan tangan, penuh keyakinan.

Grace dan Agatha terkikik pelan melihat adegan Max menolak Freya. Hal itu semakin meyakinkan Agatha jika Max tidak normal.

"Tuh, kamu lihat sendiri kan?" tunjuk Agatha menggunakan dagu. "Dia tidak bisa berdekatan dengan wanita."

"Kalau begitu aku harus memastikannya," tekad Grace. "Omong-omong aku ingin tau penyebab dia mengalami mandul?"

Agatha menggendikkan bahu. "Aku tidak tahu penyebab dia mandul. Hanya saja berita itu tersebar setelah kejadian kecelakaan. Mungkin saja itu ada hubungannya."

"Ya, aku harus memastikannya lebih dulu. Aku harus ke dokter Andrologi."

Grace langsung menuju rumah sakit terbesar di kota Italia setelah berpisah dengan Agatha. Sepanjang perjalanan, berbagai spekulasi dan pertanyaan ada di kepala wanita itu. Rasa penasarannya ingin segera terjawab.

"Apa semua berkaitan dengan delapan tahun silam?" gumam Grace dengan tetap fokus mengemudi. "Apakah Max masih bisa memiliki anak lagi? Hah, tidak! Dia harus bisa. Aku yakin dia bisa membuatku hamil!"

Antara rasa cemas dan kecewa menyelimuti wanita itu. Seandainya Grace tidak bisa mendapatkan obat dalam jangka waktu yang sudah ditentukan Brian. Ia akan kehilangan putra semata wayangnya.

"Tidak! Itu tidak boleh terjadi!" Grace mengacak rambutnya.

Sementara di dalam mobil, Max duduk di belakang kemudi menatap jalanan melalui kaca jendela. Pria itu terus memainkan ponsel yang ada dalam genggamannya tampak ragu. Kemudian tidak lama ia menekan nomor seseorang.

"Hallo, bisakah aku ke sana sekarang?" tanyanya langsung pada inti.

Setelah mendapat jawaban dari ujung panggilan, Max menginstruksi sang asisten. "Kita putar balik, Christ!"

"Baik, Tuan."

*

Grace langsung masuk ke dalam ruang dokter Andrologi setelah sebelumnya ia membuat janji melalui telepon. Wanita itu sudah tidak sabar mendengar kepastian nasib Leon.

Wanita itu duduk di hadapan sang dokter, usai dipersilahkan satu perawat. Dokter tampan dengan id card nama Nicholas tergantung pada dadanya, kini tersenyum ramah.

"Selamat siang, Nyonya Grace. Saya Nicholas, lebih singkatnya Dokter Nick," kekeh sang dokter. "Ada yang bisa saya bantu?" sambungnya.

"Ada yang saya ingin tanyakan Dok," balas Grace seraya mendudukkan dirinya di hadapan Dokter Nick.

Nicholas mengangguk. "Silahkan."

"Uhm ..." Grace awalnya sangat canggung menanyakan hal itu. Namun, demi Leon, wanita itu memaksa bibirnya terbuka. "Apa pria yang mengalami kemandulan tidak bisa punya keturunan?" imbuhnya tampak ragu.

Nicholas menelisik wajah Grace yang sedikit kikuk. Sesaat sang dokter menarik napas dalam kemudian membuangnya panjang. Dia mencoba membuat suasana tampak tenang, agar Grace pun juga leluasa berbicara.

"Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi mengapa seorang pria bisa mengalami kemandulan," jawab Dokter Nick.

Sang dokter pun menjelaskan beberapa faktor tersebut. Pertama masalah produksi sperma, masalah ejakulasi, gangguan fungsi testis, infeksi karena sering berganti pasangan atau disebut IMS, serta kelainan genetik pengobatan, dan alkohol serta merokok. Hal itu merupakan pemicu utama penyebab pria mengalami kemandulan.

"Tapi sebelumnya pria itu tidak mandul, Dok?" terang Grace.

"Lalu?"

"Apakah pria bisa mandul karena kecelakaan? Apa masih ada kesempatan untuk memiliki anak, Dok?" tanya Grace lagi.

Menurut ilmu kedokteran, bisa dikatakan pria mengalami kemandulan jika pasangannya gagal hamil setelah melakukan hubungan seksual rutin tanpa alat kontrasepsi selama 12 bulan berturut turut. Namun, itu juga harus melalui pemeriksaan dari pihak wanita untuk mengetahui kesuburan reproduksi, sehingga dalam kasus ini tidak meragukan dari sisi pria.

"Apakah ini tentang kehamilan pertama atau kedua?" tanya Nick.

“Kehamilan kedua."

Dokter Nicholas pun menganggukkan kepala, dan menjelaskan, “Harus dipastikan dulu dengan pemeriksaan. Apakah memang pengaruh kecelakaan, atau hanya infertilitas sekunder.”

Infertilitas sekunder adalah kondisi di mana pasangan suami-istri telah memiliki anak sebelumnya, tetapi kesulitan untuk mendapatkan kehamilan kedua. Hal itu bisa dipengaruhi beberapa hal.

Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan permanen alat reproduksi dan fungsinya, tentu hal tersebut dapat berakibat pada kemandulan. Namun, untuk menegakkan diagnose tersebut, harus dilakukan beberapa tes. Seperti tes analisa sperma, ultrasonografi, pemeriksaan hormon, biopsi, tes genetik, dan lain lain.

"Jadi, jika sudah berhubungan rutin belum juga hamil, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan menyeluruh," terang Nicholas pada intinya.

Mendengar penuturan sang dokter, kepala Grace berdenyut seketika. Bagaimana cara dia bisa mengajak Max melakukan tes kesehatan, sementara dirinya harus mencuri benih pria itu sembunyi-sembunyi?

"Baik, Dok. Saya rasa saya cukup mengerti sekarang. Terima kasih atas informasi yang sudah Anda berikan. Sepertinya saya akan melakukan tahap awal sebelum melakukan tes," ujar Grace mengakhiri pertemuan, menyodorkan tangan. "Kalau begitu saya pamit."

"Jangan ragu untuk menghubungi saya jika ada pertanyaan, Nyonya. Saya siap membantu Anda," balas Nicholas seraya membalas jabat tangan.

Grace langsung keluar dari ruang sang dokter dengan langkah cepat. Kaki jenjangnya terus menyusuri lorong rumah sakit.

Tanpa dia sadari sorot mata seolah siap memangsa lawan sedang mengamatinya dari kejauhan. Max menatap tajam ke arah Grace.

"Max?!" lirih Grace mempercepat langkah.

Pertemuannya di lorong yang sama membuat Grace penasaran apa yang dilakukan Max di rumah sakit ini. Begitu pula dengan Max, pria itu juga ingin tau apa yang sedang direncanakan Grace. Max belum bisa tenang sebelum dia mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahu itu.

"Apa yang kau kerjakan di sini, Grace?!" Max mencekal lengan Grace hingga wanita itu terpelanting ke dinding. Max memojokkannya hingga Grace tidak bisa berkutik.

Keduanya saling menatap tajam. Bola mata keduanya penuh rasa penasaran. "Dan kau, apa yang kau lakukan di tempat ini. Ini tidak kantormu, bukan?" sarkas Grace.

Max semakin kuat mencekal pergelangan Grace, wanita itu meringis kesakitan.

"Lepas, Max! Sakit!"

"Tidak akan sebelum aku tau apa yang kau lakukan di tempat ini?"

Grace menarik sudut bibirnya. "Hei, ini rumah sakit. Ini tempat umum, Max, dan aku bebas ke mana pun aku inginkan."

Max sangat tidak percaya dengan ucapan Grace. Sekali dia dibohongi, pria itu tidak akan mudah percaya untuk kedua kali.

"Kau kira aku pria seperti dulu, yang mudah kau tipu!" ketus Max semakin mendekatkan wajah. "Tidak untuk sekarang, Grace! Cepat, katakan apa yang kau rencanakan!" desaknya.

Pria itu bahkan mengabaikan beberapa orang yang berlalu lalang dan melihat adegan keduanya. Mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur.

"Lepas! Kau membuat kita malu!" Grace mencoba melepas cekalan itu. Namun, tenaganya tidak cukup kuat.

Bentuk badan Max yang sangat proporsional dengan pahat garis wajah yang sempurna, siapa yang tidak terpesona dengan wajah tampan bak Dewa Yunani.

"A-aku ... Aku hanya periksa kesehatanku saja," ucap Grace membuat alibi, "dan apa yang kau lakukan di sini, Max?"

Max gelagapan saat Grace balik bertanya tentang tujuannya berada di rumah sakit itu.

***

Comments (77)
goodnovel comment avatar
Ugik Kph
duhhh Agatha, otak kamu nakal ya.
goodnovel comment avatar
Lidia Rahayu
semoga max dan f grace bisa pnya anak lagiii
goodnovel comment avatar
~•° Aishiteru °•~
tak ada yang tidak mungkin, dan semoga ada keajaiban untuk kesembuhan leon yaa grace. tapi sebelum itu, kamu harus meluluhkan kembali hatinya max
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab6# Permintaan

    "Maaf, Nyonya, Tuan Alexander sudah menunggu Tuan Max," ucap Christian saat melihat keduanya bertikai. Grace terbeliak meski dua tangannya masih dicekal Max. "Papi ada di sini?" "Ya, Nyonya, Tuan—" Christ menghentikan ucapan karena Max menoleh tajam ke arahnya. "Pergilah!" usir Max melepas cengkraman wanita itu. Grace mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri, kemudian berdiri tegap. "Tidak! Aku ikut bersama kalian! Ayo Christ, tunjukkan dimana kamar papi?" Wanita itu bukannya pergi, tapi justru bersikeras ingin melihat ayah mertuanya. Grace meyakini jika ayah mertuanya sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Ia melangkah lebih dulu, sementara Christ bertatapan dengan Max meminta jawaban. Max menghela nafas sembari menggeleng lirih, "Apa boleh buat ..." Kedua pria itu mengikuti langkah Grace yang berada di depan. Sesekali Grace menoleh ke belakang memastikan keduanya tidak mengelabuinya. "Ayo, cepatlah!" Grace berseru. Max merasa gemas dengan tingkah Grace seol

    Last Updated : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab7# Menunggu Datang

    Max tidak mengangguk atau pun menggeleng, pria itu justru menarik tangan Grace melangkah keluar ruangan. Namun, sebelum sampai di pintu keluar, Grace mengibaskan tangan Max hingga terhempas. "Akh! Kau menyakitiku, Max!" Max tersentak kemudian berbalik, keduanya saling berhadapan. "Kalau kau tidak mau aku lebih menyakitimu, lebih baik segera pergi dan jauhi kehidupanku! Lakukan seperti saat kau meninggalkanku!" Tatapan pria itu begitu menusuk. Max maju beberapa langkah mengikis jarak keduanya. "Jangan berharap aku tunduk padamu, Grace! Sekalipun itu di depan mami dan papi!" desisnya penuh penekanan. Grace membenahi tatanan rambutnya, berdiri angkuh, lalu mengangkat dagunya. "Tidak. Sudah kukatakan, aku tidak akan pergi. Akan kubuat kau tergila-gila padaku!" Max semakin menatap bengis. Pria itu tidak ingin jatuh lagi di lubang yang sama. Dia tidak ingin terluka lagi, sama seperti Grace saat meninggalkannya. M

    Last Updated : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab8# Pertahanan Max

    Kebingungan melanda Grace menjawab pertanyaan Leon. Mengapa wajahnya mirip dengan foto yang ada di dinding saat video call dengan sang ibu?Kepalang tanggung!Di tengah kebingungan Grace menjawab, di tempat Leon, Brian mengetuk pintu kamar anak itu. Seketika Leon menoleh, siapa yang masuk ke dalam kamarnya."Hai, Leon! Sedang apa?" Brian tersenyum, mengangkat tangannya, menyapa.Leon membalas dengan senyum lembut. "Leon sedang telepon mommy, Om," jawabnya.Grace yang ada di ujung panggilan pun ikut mendengarkan obrolan antara Brian dan sang anak. Dewi Fortuna masih membersamainya, keberuntungan bersama Grace, Leon melupakan pertanyaannya. "Siapa yang datang, Leon? Itu suara Om Brian, kan?" terka Grace, meskipun sebenarnya ia sudah tau pasti pemilik suara itu. "Benar, Mom, ini Om Brian." Leon merubah kamera ponselnya menghadap Brian. "Hai, Nyonya Grace. Apakah semua lancar?" tanya Brian klise.

    Last Updated : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab9# Memergoki

    Max sejenak ingin membangunkan Grace, namun ia melihat bagaimana paras cantik itu terlihat lelah, sepertinya Grace sudah tidur sangat lelap. "Apa perlu kubangunkan?" batin Max saling bertanya. "Tapi dia belum makan malam?"Batin Max beradu bimbang. Pria itu tidak tega membangunkan Grace, namun Max juga berpikir wanita itu juga belum makan malam. Hingga akhirnya Max putuskan membopong tubuh Grace dengan hati-hati. Jangan sampai wanita itu merasakan pergerakannya.Perlahan Max membuka pintu kamar Grace dan merebahkan wanita itu di atas ranjang, kemudian menyelimutinya. Sesaat terbesit rasa yang sulit ia ungkapkan. Rasa apa ini? Apakah ia masih mencintai wanita itu? "Tidak, aku tidak akan lemah." Max menyakinkan dirinya jika ia akan tetap teguh pendiriannya.Setelah itu Max segera keluar dari kamar Grace, saat melihat wanita yang pernah mengisi hatinya menggeliat kecil, merubah posisi tidur. Pria it

    Last Updated : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab10# Kotak Makan

    Max melihat dua wanita masuk ke dalam ruangannya, yaitu Grace dan sekretarisnya.Freya terkesiap dengan tatapan nyalang Grace, terlebih Max. Pria itu tidak menduga jika istrinya akan datang ke kantor tiba-tiba. Grace selalu bertindak di luar dugaan!"Grace?!"Grace menatap murka pada Freya yang sedang duduk di atas meja, menghadap Max. Meeting apa yang mereka lakukan berduaan, hingga sekretaris Max bahkan berani menahannya masuk!"Apa yang kalian lakukan?!" bentak Grace dengan amarah, meletakkan kotak makan pada meja di dekatnya.Freya langsung berdiri di samping Max. Namun, bukan rasa takut atau merasa bersalah, melainkan membalasnya dengan tatapan sinis. Wanita itu justru lebih antusias membuat api cemburu tanpa berkomentar. Hanya dengan tindakannya tadi, sudah bisa membuat Grace menjadi binatang buas."Rapat?!" Grace berjalan cepat menghampiri keduanya. Seketika menarik, menyingkirkan Freya dari samping suaminya, lalu berkacak

    Last Updated : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab11# Keingintahuan

    Max menatap nanar pada kotak makan yang masih utuh di atas meja. Apa yang akan dilakukannya dengan makanan itu? Bukankah tadi dia yang melemparkan!"Biarkan saja!" ucap Max melarang Christ.Christ menggeleng bingung, tapi enggan mencampuri urusan sang CEO dengan kotak makan tersebut. Pria itu kemudian mengikuti petugas kebersihan keluar ruangan Max.Pria tampan itu termenung. Entah apa yang ia lakukan sekarang sangat bertolak belakang dengan isi hatinya. Terus mengamati makanan yang tampaknya lezat, Max meyakini makanan itu pasti sangat nikmat, terlebih tangan lembut Grace yang membuatkan untuknya."Kau selalu membuatku jatuh bangun, Grace ... Untuk apa kau membantuku bangun, jika nantinya kau akan menjatuhkanku lagi!"Sejak kepergian Grace, Max percaya jika wanita itu tidak sepenuhnya mencintainya. Maka itu, dari tindakan Grace sekarang, Max yakin semua tidak berdasarkan cinta.Tanpa ia sadari, jemarinya mengambil garpu dan meny

    Last Updated : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab12# Getaran Yang Berbeda

    Setelah kejadian di kantor Max, Grace tidak akan menyerah hanya karena Max melemparkan kotak makan buatannya. Wanita itu sadar jika Max wajar melakukannya, karena pria itu pasti sangat kecewa saat dirinya ditinggalkan. Pagi ini Grace sudah berdandan cantik. Sebelum naik ke lantai atas, wanita itu melirik sekilas makanan di atas meja, piring dan gelas masih bersih. "Ternyata dia belum berangkat," lirih Grace terus meniti anak tangga. Tiba di depan pintu kamar Max, Grace menarik napas dalam menenangkan diri sebelum mengetuk pintu tersebut. Beberapa kali ketukan, ternyata tidak ada balasan apapun hingga membuat Grace masuk ke dalam kamar Max tanpa permisi. "Hm, sepi ...?" gumamnya terus melangkah, mengamati setiap sudut kamar Max. Wanita itu kemudian memindai walk in closed di ruang luas tersebut. Beberapa kemeja tergantung dengan rapi, begitu pula dengan setelan jas. Di meja tengah

    Last Updated : 2024-10-23
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab13# Diluar Dugaan

    Pria berwajah tampan sedang termanggu mengingat kejadian pagi ini. Reaksi Grace sangat di luar dugaan Max. Max mengira Grace akan marah secara brutal, jika Grace mendengar dirinya akan mendekati Freya. Semua salah! Grace sama sekali tidak bereaksi. "Bagaimana mungkin dia diam saja saat aku menggertaknya?!" Max merasa ada salah dengan Grace. "Apa aku kurang serius mengatakannya?" Max terus berpikir, bagaimana cara dia menyingkirkan Grace dari hidupnya. Sesungguhnya, itu hanyalah omong kosong Max untuk menakuti Grace, agar wanita itu menjauhinya. Namun, apa yang Max lihat? Mengapa wanita itu tidak bereaksi saat dia mengancamnya? Christ yang melihat Max termenung, merasa heran dengan sang CEO. "Ada masalah apa, Tuan? Nyonya berulah lagi?" tanyanya. "Tidak. Bukan dia," balas Max menyembunyikan kenyataan, ia segera m

    Last Updated : 2024-10-23

Latest chapter

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab196# Aku di Tinggal Lagi?

    Akhirnya Anna memutuskan ikut bersama Chelsea ke kota. Meskipun terbesit keraguan sesaat Anna merepotkan, Chelsea adan Grace tidak henti merayu hingga gadis itu turut serta. Mereka pun bersiap kembali ke kota setelah memasukkan beberapa tas Anna ke bagasi belakang. Setelah Anna masuk ke dalam mobil, kini gantian Grace dan Chealsea yang masuk ke kursi tengah. "Hei, kenapa kamu duduk di situ?" tegur Max menaikkan dua alis, menatap bingung pada Chelsea. Chelsea justru hanya meringis tersenyum, mengabaikan larangan Max, "Hehehe ... Sementara, kamu duduk di depan bersama Kenan ya, Max ... Please ...!" pinta Chelsea mengatupkan kedua telapak tangan. Melihat wajah sang adik, Max hanya bisa menghela berat. Tidak merespon, namun wajahnya yang ditekuk terlihat sekali bila pria itu sedang kesal. Kenan melirik sekilas, dan memastikan ketiga wanita di kursi penumpang sudah aman. Perlahan roda ban mulai menggilas jalanan a

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab195# Anna ke Kota

    Setelah membuat minuman untuk para tamunya, Kenan dan Anna tidak mendapati mereka semua di ruang tamu. Kenan lalu pergi mencari keberadaan Chelsea. Pria itu samar-samar mendengar percakapan antara Chelsea dengan sang kakak. Hatinya terasa sakit, melihat keduanya terlibat percekcokan, dengan Chelsea yang terisak di sana. "Sampai kapanpun aku tidak akan merestui hubungan itu, Chelsea!" tegas Max menatap tajam.Sesaat Kenan menjauhi keduanya, tidak ingin terlihat menguping percakapan tersebut, lantas ia beralih mencari Anna yang justru sedang mengetuk pintu kamar mandi."Anda baik-baik saja, Nyonya?" Kenan justru lebih terkejut mendapati istri sang majikan sedang berada di dalam mandi dalam keadaan pucat.Padahal, beberapa jam yang lalu, Grace tampak ceria lebih dari siapapun di antaranya. Hal itu semakin membuat Kenan penasaran."Hm, aku baik-baik saja, Ken. Hanya ..." Grace tidak melanjutkan ucapannya, terdengar semakin lir

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab194# Dia Tidak Pantas Untukmu!

    Mendengar celotehan Max yang tidak jelas, membuat Chelsea hampir meradang. Wanita itu ingin rasanya membunuh sang kakak dengan mencekik lehernya.Kenan langsung berusaha mencairkan suasana, mengalihkan perhatian sang kekasih. "Ayo, kita ke rumahku dulu. Pasti adikku senang kalau kalian datang. Di sana banyak hal yang bisa kalian lihat."Mereka pun mulai berjalan kembali ke mobil, dan melanjutkan perjalanan menuju rumah adik Kenan, berharap suasana akan semakin hangat dan ceria seiring berjalannya waktu.Setelah mobil berjalan beberapa saat, mereka sampai di sebuah rumah sederhana namun sangat nyaman, dikelilingi oleh taman yang hijau dan asri."Sudah sampai!" seru Kenan menghentikan mobilnya di halaman depan.Di depan pintu, seorang gadis muda dengan senyum lebar menyambut mereka. Anna, adik Kenan, berdiri di sana dengan wajah ceria, mengenakan gaun sederhana yang tampak pas dengan suasana desa. Begitu melihat Kenan turun dari m

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab193# Kampungan!

    Keesokan pagi, di langit cerah dan angin sepoi-sepoi berhembus, membuat suasana sangat nyaman. Chelsea, Kenan, Grace, dan Max sedang dalam perjalanan menuju kampung halaman Kenan. Mobil yang mereka tumpangi melaju di jalanan bebas hambatan, lalu menuju pedesaan yang tenang. Namun, meskipun perjalanan ini seharusnya menyenangkan, Max tampak tidak terpengaruh oleh suasana ceria di sekitarnya. "Wah, aku tidak sabar nih, tiba di sana. Kampung halaman Kenan pasti indah banget, kan?" seru Chelsea tersenyum lebar, menoleh ke belakang. Grace yang duduk di samping Max pun tak kalah melebarkan senyuman. Ia mengangguk dengan semangat, "Ya, pasti sangat seru! Kenan, kapan terakhir kali kamu ke sana?" Di samping Kenan, Chelsea berbicara riang, sementara Kenan tersenyum kecil menatap jalanan, sesekali mencuri pandang ke Max yang duduk di kursi penumpang dengan wajah datar dan terkesan acuh tak acuh. Kenan tersenyum hangat, "Sudah lama sekali, sih. Tapi saya yakin, Anda pasti suka, Nyonya

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab192# Si Perayu

    Permintaan Chelsea ingin berkenalan dengan adiknya pun langsung dikabulkan oleh Kenan. Sejak pagi, Chelsea sengaja menelpon Grace agar ikut ke kampung halaman Kenan.Awalnya Kenan menolak dengan berasalan canggung terhadap kakak iparnya, terlebih Max. Bukan ia marah karena perlakuan Max kemarin, namun Kenan masih belum terbiasa dengan pria dingin itu. Akan tetapi, Chelsea mengikis keraguan Kenan, jika sang kakak dan istrinya sangatlah baik. "Aku yakin nanti kamu akan terbiasa dengan kehadiran mereka, Ken. Bila kamu tidak mulai dari sekarang, aku rasa akan semakin sulit," bujuk Chelsea meyakinkan.Dengan sedikit keyakinan, Kenan mengangguk lalu tersenyum lirih, "Baiklah, bila itu maumu."Mendengar persetujuan Kenan, Chelsea duduk di sofa sambil memandangi ponselnya. Setelah beberapa saat, dia memutuskan untuk menghubungi Grace, langsung menggapai ponsel dan menelpon kakak iparnya. Dia tahu, mengajak Grace ke kampung halaman Kenan bi

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab191# Segenap Jiwa

    Setelah beberapa hari lalu mendapat restu dari sang ayah dan ibu. Kini, Chelsea duduk di kursi dekat jendela, senyum manis terpancar dari wajahnya. Kenan, duduk di hadapan wanita itu, menatapnya penuh perhatian. Hari itu, Chelsea merasa bahagia sekali, karena ada sesuatu yang penting yang ingin ia sampaikan. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya wanita itu membuka mulut. Suara lembut, nan penuh dengan kebahagiaan pun mulai terdengar. "Ken ... ada hal yang aku ingin bilang. Papi dan mami, mereka merestui hubungan kita," ucap Chelsea dengan binar bahagia. Kenan menoleh terkejut, saat pria itu sedang mengaduk minumannya di dapur, "Benarkah? Wah ... semudah itu Tuan Alex dan Nyonya Felly merestui?" Mendengar ucapan Kenan, Chelsea seketika mencebik. Ia tidak suka mendengar penggilan untuk ayah dan ibunya, seolah ada jurang di antara Kenan dan orang tuanya. "Apa maksud sebutan Tuan dan Nyonya, Ken? Dia calon mertuamu, jadi ... Kamu juga harus mulai terbiasa menyebutnya sama d

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab190# Welcome to Jerman!

    Freya dan Jack berdiri di depan gerbang keberangkatan di bandara Internasional. Keduanya menunggu penerbangan mereka menuju Jerman. Wanita itu tampak tenang, meski suasana dalam hatinya penuh dengan tekad dan amarah. Jack, yang berdiri di sampingnya, lebih banyak diam, memahami bahwa situasi ini sangat serius. Ia tahu bahwa begitu sampai di Jerman, waktu akan sangat terbatas, dan misi mereka harus segera dimulai. Wanita itu melihat jam tangannya. Seolah menghitung detik-detik yang berlalu, lalu menatap Jack dengan tatapan tajam. "Alfonso dan Carlos akan menjemput kita di bandara, bukan? Setelah itu, kita langsung ke rumah sakit. Pokoknya aku tidak mau ada penundaan lagi," ucap Freya dengan tegas. Jack mengangguk memastikan, "Paham, Bos. Mereka pasti sudah siap. Tapi kau yakin untuk bertindak cepat seperti ini?" "Leon harus segera kita lenyapkan lebih dulu, Jack. Aku tidak bisa menunggu lagi, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi rencana ini! Anak buahmu sudah cu

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab189# Hinaan Freya untuk Jack

    Alfonso dan Carlos harus mengawasi Leon dari jauh, memastikan tidak ada yang melihat. Langkah yang diambil keduanya juga sangat terukur dan hati-hati. Meski pun dalam hati mereka, ada rasa was-was bila tertangkap penjaga."Kita harus hati-hati Carlos, kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan sampai ada yang curiga," bisik Alfonso mengendap-endap."Hm, kamu benar."Alfonso menajamkan penglihatannya, dengan mata menyipit, "Dan sepertinya ... itu kamar inap Leon, tapi mengapa dia pakai kursi roda?" "Entahlah. Apa mungkin dia sakit?" balas Carlos dengan suara lirih, "Tapi, dia tampak ceria dan lebih tenang. Aku rasa ada sesuatu yang tidak beres ..." sambungnya."Benar katamu. Kita harus cari info lebih banyak," balas Alfonso sembari menunjuk, "Lihat di sana, ada seorang perawat! Ayo, kita mendekat ke ruang itu! Apa ada informasi yang bisa kita dapatkan?"Carlos mengangguk pelan, "Baik. Tapi kita harus cepat, sebelum

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab188# Menyusup ke Rumah Sakit

    Di dalam rumah luas, namun terasa sepi, Freya duduk di ruang kerjanya. Wanita itu menggenggam ponselnya di tangan, kedua fokus pada layar komputer yang menampilkan berbagai data. Namun, entah mengapa pikiran wanita itu bukan pada data yang ia lihat, melainkan isi kepalanya tertuju pada Leon."Argh ...!" Freya tampak frustasi mengacak rambutnya.Ia lantas menekan nomor Jack, seseorang yang ia percayai untuk menyingkirkan Grace dan anaknya. Saat telepon tersambung, suara Jack terdengar dari ujung sana."Jack, ada yang perlu kau lakukan. Aku ingin semua informasi tentang Leon yang ada di rumah sakit Chartie. Alfonso dan Carlos harus mengirimkan data lengkapnya secepatnya!" kata Freya penuh tekad.Jack tersenyum tipis, menarik sudut bibir, "Tentu, Bos Freya, itu sangat mudah. Akan kupastikan mereka mengumpulkan semua yang kamu perlukan.""Bagus. Aku ingin setiap detail, termasuk catatan medis, siapa saja yang mengunjunginya, dan seg

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status