Share

Bab5# Mencari Informasi

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 10:07:54

Mendengar namanya disebut, Grace seketika mendongak melihat siapa yang memanggilnya. Matanya terbelalak tidak percaya, jika dia akan secepat itu bertemu dengan sahabatnya.

"Kau?" Grace melihat sekeliling Agatha, mencari orang lain. "Kau dengan siapa? Kenapa kau ada di sini?"

Agatha justru terheran dengan pertanyaan Grace. "Nah, kau juga kenapa tiba-tiba muncul di sini? Bukannya kau menghilang selama ini? Aku saja bahkan tidak tau kau ada dimana? Aku jadi ragu dengan persahabatan kita?" cerocosnya.

Grace berdecak, lalu terkekeh mendengar celotehan Agatha. "Jawaban macam apa ini? Pertanyaan dibalas pertanyaan?"

Keduanya lantas terbahak bersama. "Kenapa kau ada di negara ini lagi? Aku kira kau sudah lupa ..." tawa Agatha.

Grace masih terkikik hingga harus menutup mulutnya, berusaha menahan tawa. "Aku tentu saja tidak melupakanmu!"

"Benarkah? Aku ingin tau apa yang membuatmu kembali, Grace? Jangan katakan kau ingin kembali pada Max!"

Tepat! Dugaan Agatha sangat tepat yang diangguki Grace, hingga membuat sahabatnya terbelalak.

"Serius?!"

"Tentu saja! Apa salahnya aku kembali pada suamiku?" Tentu saja Grace tidak mengatakan niat utamanya.

"Tapi ..." Agatha meragukan sesuatu.

"Apa?"

Agatha melihat sekeliling kemudian mencondongkan badan, tepat wajahnya berpapasan dengan Grace, dan berbisik. "Kau tidak tau sesuatu?"

Grace mengerutkan kening. "Ada apa?"

"Kau tidak tahu, gosip mengatakan jika Max sekarang mandul? Aku tidak mau kau menyesal sebelum tau hal ini, maka dari itu aku memberitahumu."

Pernyataan Agatha dengan cepat mendapat jawaban Grace. "Aku tau hal itu."

"Hah, serius?!"

"Iya, aku tau."

"Kau yakin, dia masih bisa menidurimu? Apa kau tidak meragukan miliknya ...?" tanya Agatha penasaran.

"Maksud kau miliknya, apa?"

"Ya ... maksudku itunya .... Apa masih bisa digunakan?" ucap Agatha ragu.

"Tentu saja bisa, Tha. Mandul bukan berarti milik Max tidak bisa tegak," cetus Grace terkekeh.

"Kau sudah menyentuhnya?"

"Hei, apa yang kau pikirkan dengan otak nakalmu ini!" celetuk Grace menyentil dahi sahabatnya.

"Sakit!" Agatha mengusap dahinya sekilas. "Tentu saja kau harus tau ini. Semenjak kecelakaan itu orang-orang menggosipkannya, pria yang tidak bisa meniduri wanita. Terbukti sejak kepergianmu, Max tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita siapapun. Meskipun beberapa wanita ingin mendekatinya, namun tidak beberapa lama media mengungkap hubungan mereka putus. Maka dari itu, banyak spekulasi mengatakan jika Max tidak normal," sambungnya.

"Benarkah?" Grace menjadi penasaran. Apakah yang dikatakan tentang Max, benar adanya? "Aku akan mencobanya."

"Gila kau?!"

Sesaat obrolan keduanya terhenti saat Grace mendengar suara yang tidak asing baginya. Wanita itu menoleh ke samping melihat siapa yang berbicara.

Grace terkesiap melihat Max dan Freya baru saja keluar dari lift, setelah acara makan siang selesai di ruang VIP.

"Max, bukankah setelah ini kau masih ada waktu ...?" rayu Freya dengan suara manja, menggandeng lengan Max. "Kau sudah janji 'kan mau temani aku belanja."

Max hanya diam tanpa merespon ajakan Freya, tentu saja Max sudah tau jika itu hanya alasan Freya yang ingin mengambil waktunya. Selain itu, Max juga melihat Grace berada di gedung yang sama dari dinding lift kaca, sebelum tadi keluar dari lift.

"Tidak bisa, Freya. Aku tidak punya waktu!" tolak Max tegas. "Apa kau tidak bisa pergi sendiri?"

"Aku tidak mau sendiri, Max!"

"Kalau begitu ajak saja sekretarismu," usul Max.

Langkah keduanya semakin dekat dengan meja yang ditempati Grace dan Agatha, hingga sudut mata Freya melihat tatapan Grace pada Max. Freya semakin melancarkan aksinya.

"Ayolah, Max ...!" rayu Freya lagi setengah merengek.

"Sudah kukatakan aku tidak ada waktu, Freya! Hentikan rengekanmu itu, aku muak mendengarnya!" Max melepaskan tangan wanita itu. "Aku tidak suka wanita lemah!"

Max langsung menuju mobil yang sudah menunggunya di lobi depan, meninggalkan wanita itu sendiri. Seketika itu juga Freya merubah wajahnya menjadi masam. Wanita itu berdecak kesal, seraya menjejakkan sepatunya.

"Dasar, pria sialan! Tunggu saja kau, Max. Aku pastikan kau akan jatuh dalam pelukanku!" tekad Freya mengepalkan tangan, penuh keyakinan.

Grace dan Agatha terkikik pelan melihat adegan Max menolak Freya. Hal itu semakin meyakinkan Agatha jika Max tidak normal.

"Tuh, kamu lihat sendiri kan?" tunjuk Agatha menggunakan dagu. "Dia tidak bisa berdekatan dengan wanita."

"Kalau begitu aku harus memastikannya," tekad Grace. "Omong-omong aku ingin tau penyebab dia mengalami mandul?"

Agatha menggendikkan bahu. "Aku tidak tahu penyebab dia mandul. Hanya saja berita itu tersebar setelah kejadian kecelakaan. Mungkin saja itu ada hubungannya."

"Ya, aku harus memastikannya lebih dulu. Aku harus ke dokter Andrologi."

Grace langsung menuju rumah sakit terbesar di kota Italia setelah berpisah dengan Agatha. Sepanjang perjalanan, berbagai spekulasi dan pertanyaan ada di kepala wanita itu. Rasa penasarannya ingin segera terjawab.

"Apa semua berkaitan dengan delapan tahun silam?" gumam Grace dengan tetap fokus mengemudi. "Apakah Max masih bisa memiliki anak lagi? Hah, tidak! Dia harus bisa. Aku yakin dia bisa membuatku hamil!"

Antara rasa cemas dan kecewa menyelimuti wanita itu. Seandainya Grace tidak bisa mendapatkan obat dalam jangka waktu yang sudah ditentukan Brian. Ia akan kehilangan putra semata wayangnya.

"Tidak! Itu tidak boleh terjadi!" Grace mengacak rambutnya.

Sementara di dalam mobil, Max duduk di belakang kemudi menatap jalanan melalui kaca jendela. Pria itu terus memainkan ponsel yang ada dalam genggamannya tampak ragu. Kemudian tidak lama ia menekan nomor seseorang.

"Hallo, bisakah aku ke sana sekarang?" tanyanya langsung pada inti.

Setelah mendapat jawaban dari ujung panggilan, Max menginstruksi sang asisten. "Kita putar balik, Christ!"

"Baik, Tuan."

*

Grace langsung masuk ke dalam ruang dokter Andrologi setelah sebelumnya ia membuat janji melalui telepon. Wanita itu sudah tidak sabar mendengar kepastian nasib Leon.

Wanita itu duduk di hadapan sang dokter, usai dipersilahkan satu perawat. Dokter tampan dengan id card nama Nicholas tergantung pada dadanya, kini tersenyum ramah.

"Selamat siang, Nyonya Grace. Saya Nicholas, lebih singkatnya Dokter Nick," kekeh sang dokter. "Ada yang bisa saya bantu?" sambungnya.

"Ada yang saya ingin tanyakan Dok," balas Grace seraya mendudukkan dirinya di hadapan Dokter Nick.

Nicholas mengangguk. "Silahkan."

"Uhm ..." Grace awalnya sangat canggung menanyakan hal itu. Namun, demi Leon, wanita itu memaksa bibirnya terbuka. "Apa pria yang mengalami kemandulan tidak bisa punya keturunan?" imbuhnya tampak ragu.

Nicholas menelisik wajah Grace yang sedikit kikuk. Sesaat sang dokter menarik napas dalam kemudian membuangnya panjang. Dia mencoba membuat suasana tampak tenang, agar Grace pun juga leluasa berbicara.

"Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi mengapa seorang pria bisa mengalami kemandulan," jawab Dokter Nick.

Sang dokter pun menjelaskan beberapa faktor tersebut. Pertama masalah produksi sperma, masalah ejakulasi, gangguan fungsi testis, infeksi karena sering berganti pasangan atau disebut IMS, serta kelainan genetik pengobatan, dan alkohol serta merokok. Hal itu merupakan pemicu utama penyebab pria mengalami kemandulan.

"Tapi sebelumnya pria itu tidak mandul, Dok?" terang Grace.

"Lalu?"

"Apakah pria bisa mandul karena kecelakaan? Apa masih ada kesempatan untuk memiliki anak, Dok?" tanya Grace lagi.

Menurut ilmu kedokteran, bisa dikatakan pria mengalami kemandulan jika pasangannya gagal hamil setelah melakukan hubungan seksual rutin tanpa alat kontrasepsi selama 12 bulan berturut turut. Namun, itu juga harus melalui pemeriksaan dari pihak wanita untuk mengetahui kesuburan reproduksi, sehingga dalam kasus ini tidak meragukan dari sisi pria.

"Apakah ini tentang kehamilan pertama atau kedua?" tanya Nick.

“Kehamilan kedua."

Dokter Nicholas pun menganggukkan kepala, dan menjelaskan, “Harus dipastikan dulu dengan pemeriksaan. Apakah memang pengaruh kecelakaan, atau hanya infertilitas sekunder.”

Infertilitas sekunder adalah kondisi di mana pasangan suami-istri telah memiliki anak sebelumnya, tetapi kesulitan untuk mendapatkan kehamilan kedua. Hal itu bisa dipengaruhi beberapa hal.

Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan permanen alat reproduksi dan fungsinya, tentu hal tersebut dapat berakibat pada kemandulan. Namun, untuk menegakkan diagnose tersebut, harus dilakukan beberapa tes. Seperti tes analisa sperma, ultrasonografi, pemeriksaan hormon, biopsi, tes genetik, dan lain lain.

"Jadi, jika sudah berhubungan rutin belum juga hamil, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan menyeluruh," terang Nicholas pada intinya.

Mendengar penuturan sang dokter, kepala Grace berdenyut seketika. Bagaimana cara dia bisa mengajak Max melakukan tes kesehatan, sementara dirinya harus mencuri benih pria itu sembunyi-sembunyi?

"Baik, Dok. Saya rasa saya cukup mengerti sekarang. Terima kasih atas informasi yang sudah Anda berikan. Sepertinya saya akan melakukan tahap awal sebelum melakukan tes," ujar Grace mengakhiri pertemuan, menyodorkan tangan. "Kalau begitu saya pamit."

"Jangan ragu untuk menghubungi saya jika ada pertanyaan, Nyonya. Saya siap membantu Anda," balas Nicholas seraya membalas jabat tangan.

Grace langsung keluar dari ruang sang dokter dengan langkah cepat. Kaki jenjangnya terus menyusuri lorong rumah sakit.

Tanpa dia sadari sorot mata seolah siap memangsa lawan sedang mengamatinya dari kejauhan. Max menatap tajam ke arah Grace.

"Max?!" lirih Grace mempercepat langkah.

Pertemuannya di lorong yang sama membuat Grace penasaran apa yang dilakukan Max di rumah sakit ini. Begitu pula dengan Max, pria itu juga ingin tau apa yang sedang direncanakan Grace. Max belum bisa tenang sebelum dia mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahu itu.

"Apa yang kau kerjakan di sini, Grace?!" Max mencekal lengan Grace hingga wanita itu terpelanting ke dinding. Max memojokkannya hingga Grace tidak bisa berkutik.

Keduanya saling menatap tajam. Bola mata keduanya penuh rasa penasaran. "Dan kau, apa yang kau lakukan di tempat ini. Ini tidak kantormu, bukan?" sarkas Grace.

Max semakin kuat mencekal pergelangan Grace, wanita itu meringis kesakitan.

"Lepas, Max! Sakit!"

"Tidak akan sebelum aku tau apa yang kau lakukan di tempat ini?"

Grace menarik sudut bibirnya. "Hei, ini rumah sakit. Ini tempat umum, Max, dan aku bebas ke mana pun aku inginkan."

Max sangat tidak percaya dengan ucapan Grace. Sekali dia dibohongi, pria itu tidak akan mudah percaya untuk kedua kali.

"Kau kira aku pria seperti dulu, yang mudah kau tipu!" ketus Max semakin mendekatkan wajah. "Tidak untuk sekarang, Grace! Cepat, katakan apa yang kau rencanakan!" desaknya.

Pria itu bahkan mengabaikan beberapa orang yang berlalu lalang dan melihat adegan keduanya. Mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur.

"Lepas! Kau membuat kita malu!" Grace mencoba melepas cekalan itu. Namun, tenaganya tidak cukup kuat.

Bentuk badan Max yang sangat proporsional dengan pahat garis wajah yang sempurna, siapa yang tidak terpesona dengan wajah tampan bak Dewa Yunani.

"A-aku ... Aku hanya periksa kesehatanku saja," ucap Grace membuat alibi, "dan apa yang kau lakukan di sini, Max?"

Max gelagapan saat Grace balik bertanya tentang tujuannya berada di rumah sakit itu.

***

Komen (77)
goodnovel comment avatar
Ugik Kph
duhhh Agatha, otak kamu nakal ya.
goodnovel comment avatar
Lidia Rahayu
semoga max dan f grace bisa pnya anak lagiii
goodnovel comment avatar
~•° Aishiteru °•~
tak ada yang tidak mungkin, dan semoga ada keajaiban untuk kesembuhan leon yaa grace. tapi sebelum itu, kamu harus meluluhkan kembali hatinya max
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab6# Permintaan

    "Maaf, Nyonya, Tuan Alexander sudah menunggu Tuan Max," ucap Christian saat melihat keduanya bertikai. Grace terbeliak meski dua tangannya masih dicekal Max. "Papi ada di sini?" "Ya, Nyonya, Tuan—" Christ menghentikan ucapan karena Max menoleh tajam ke arahnya. "Pergilah!" usir Max melepas cengkraman wanita itu. Grace mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri, kemudian berdiri tegap. "Tidak! Aku ikut bersama kalian! Ayo Christ, tunjukkan dimana kamar papi?" Wanita itu bukannya pergi, tapi justru bersikeras ingin melihat ayah mertuanya. Grace meyakini jika ayah mertuanya sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Ia melangkah lebih dulu, sementara Christ bertatapan dengan Max meminta jawaban. Max menghela nafas sembari menggeleng lirih, "Apa boleh buat ..." Kedua pria itu mengikuti langkah Grace yang berada di depan. Sesekali Grace menoleh ke belakang memastikan keduanya tidak mengelabuinya. "Ayo, cepatlah!" Grace berseru. Max merasa gemas dengan tingkah Grace seol

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab7# Menunggu Datang

    Max tidak mengangguk atau pun menggeleng, pria itu justru menarik tangan Grace melangkah keluar ruangan. Namun, sebelum sampai di pintu keluar, Grace mengibaskan tangan Max hingga terhempas. "Akh! Kau menyakitiku, Max!" Max tersentak kemudian berbalik, keduanya saling berhadapan. "Kalau kau tidak mau aku lebih menyakitimu, lebih baik segera pergi dan jauhi kehidupanku! Lakukan seperti saat kau meninggalkanku!" Tatapan pria itu begitu menusuk. Max maju beberapa langkah mengikis jarak keduanya. "Jangan berharap aku tunduk padamu, Grace! Sekalipun itu di depan mami dan papi!" desisnya penuh penekanan. Grace membenahi tatanan rambutnya, berdiri angkuh, lalu mengangkat dagunya. "Tidak. Sudah kukatakan, aku tidak akan pergi. Akan kubuat kau tergila-gila padaku!" Max semakin menatap bengis. Pria itu tidak ingin jatuh lagi di lubang yang sama. Dia tidak ingin terluka lagi, sama seperti Grace saat meninggalkannya. M

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab8# Pertahanan Max

    Kebingungan melanda Grace menjawab pertanyaan Leon. Mengapa wajahnya mirip dengan foto yang ada di dinding saat video call dengan sang ibu?Kepalang tanggung!Di tengah kebingungan Grace menjawab, di tempat Leon, Brian mengetuk pintu kamar anak itu. Seketika Leon menoleh, siapa yang masuk ke dalam kamarnya."Hai, Leon! Sedang apa?" Brian tersenyum, mengangkat tangannya, menyapa.Leon membalas dengan senyum lembut. "Leon sedang telepon mommy, Om," jawabnya.Grace yang ada di ujung panggilan pun ikut mendengarkan obrolan antara Brian dan sang anak. Dewi Fortuna masih membersamainya, keberuntungan bersama Grace, Leon melupakan pertanyaannya. "Siapa yang datang, Leon? Itu suara Om Brian, kan?" terka Grace, meskipun sebenarnya ia sudah tau pasti pemilik suara itu. "Benar, Mom, ini Om Brian." Leon merubah kamera ponselnya menghadap Brian. "Hai, Nyonya Grace. Apakah semua lancar?" tanya Brian klise.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab9# Memergoki

    Max sejenak ingin membangunkan Grace, namun ia melihat bagaimana paras cantik itu terlihat lelah, sepertinya Grace sudah tidur sangat lelap. "Apa perlu kubangunkan?" batin Max saling bertanya. "Tapi dia belum makan malam?"Batin Max beradu bimbang. Pria itu tidak tega membangunkan Grace, namun Max juga berpikir wanita itu juga belum makan malam. Hingga akhirnya Max putuskan membopong tubuh Grace dengan hati-hati. Jangan sampai wanita itu merasakan pergerakannya.Perlahan Max membuka pintu kamar Grace dan merebahkan wanita itu di atas ranjang, kemudian menyelimutinya. Sesaat terbesit rasa yang sulit ia ungkapkan. Rasa apa ini? Apakah ia masih mencintai wanita itu? "Tidak, aku tidak akan lemah." Max menyakinkan dirinya jika ia akan tetap teguh pendiriannya.Setelah itu Max segera keluar dari kamar Grace, saat melihat wanita yang pernah mengisi hatinya menggeliat kecil, merubah posisi tidur. Pria it

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab10# Kotak Makan

    Max melihat dua wanita masuk ke dalam ruangannya, yaitu Grace dan sekretarisnya.Freya terkesiap dengan tatapan nyalang Grace, terlebih Max. Pria itu tidak menduga jika istrinya akan datang ke kantor tiba-tiba. Grace selalu bertindak di luar dugaan!"Grace?!"Grace menatap murka pada Freya yang sedang duduk di atas meja, menghadap Max. Meeting apa yang mereka lakukan berduaan, hingga sekretaris Max bahkan berani menahannya masuk!"Apa yang kalian lakukan?!" bentak Grace dengan amarah, meletakkan kotak makan pada meja di dekatnya.Freya langsung berdiri di samping Max. Namun, bukan rasa takut atau merasa bersalah, melainkan membalasnya dengan tatapan sinis. Wanita itu justru lebih antusias membuat api cemburu tanpa berkomentar. Hanya dengan tindakannya tadi, sudah bisa membuat Grace menjadi binatang buas."Rapat?!" Grace berjalan cepat menghampiri keduanya. Seketika menarik, menyingkirkan Freya dari samping suaminya, lalu berkacak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab11# Keingintahuan

    Max menatap nanar pada kotak makan yang masih utuh di atas meja. Apa yang akan dilakukannya dengan makanan itu? Bukankah tadi dia yang melemparkan!"Biarkan saja!" ucap Max melarang Christ.Christ menggeleng bingung, tapi enggan mencampuri urusan sang CEO dengan kotak makan tersebut. Pria itu kemudian mengikuti petugas kebersihan keluar ruangan Max.Pria tampan itu termenung. Entah apa yang ia lakukan sekarang sangat bertolak belakang dengan isi hatinya. Terus mengamati makanan yang tampaknya lezat, Max meyakini makanan itu pasti sangat nikmat, terlebih tangan lembut Grace yang membuatkan untuknya."Kau selalu membuatku jatuh bangun, Grace ... Untuk apa kau membantuku bangun, jika nantinya kau akan menjatuhkanku lagi!"Sejak kepergian Grace, Max percaya jika wanita itu tidak sepenuhnya mencintainya. Maka itu, dari tindakan Grace sekarang, Max yakin semua tidak berdasarkan cinta.Tanpa ia sadari, jemarinya mengambil garpu dan meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab12# Getaran Yang Berbeda

    Setelah kejadian di kantor Max, Grace tidak akan menyerah hanya karena Max melemparkan kotak makan buatannya. Wanita itu sadar jika Max wajar melakukannya, karena pria itu pasti sangat kecewa saat dirinya ditinggalkan. Pagi ini Grace sudah berdandan cantik. Sebelum naik ke lantai atas, wanita itu melirik sekilas makanan di atas meja, piring dan gelas masih bersih. "Ternyata dia belum berangkat," lirih Grace terus meniti anak tangga. Tiba di depan pintu kamar Max, Grace menarik napas dalam menenangkan diri sebelum mengetuk pintu tersebut. Beberapa kali ketukan, ternyata tidak ada balasan apapun hingga membuat Grace masuk ke dalam kamar Max tanpa permisi. "Hm, sepi ...?" gumamnya terus melangkah, mengamati setiap sudut kamar Max. Wanita itu kemudian memindai walk in closed di ruang luas tersebut. Beberapa kemeja tergantung dengan rapi, begitu pula dengan setelan jas. Di meja tengah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab13# Diluar Dugaan

    Pria berwajah tampan sedang termanggu mengingat kejadian pagi ini. Reaksi Grace sangat di luar dugaan Max. Max mengira Grace akan marah secara brutal, jika Grace mendengar dirinya akan mendekati Freya. Semua salah! Grace sama sekali tidak bereaksi. "Bagaimana mungkin dia diam saja saat aku menggertaknya?!" Max merasa ada salah dengan Grace. "Apa aku kurang serius mengatakannya?" Max terus berpikir, bagaimana cara dia menyingkirkan Grace dari hidupnya. Sesungguhnya, itu hanyalah omong kosong Max untuk menakuti Grace, agar wanita itu menjauhinya. Namun, apa yang Max lihat? Mengapa wanita itu tidak bereaksi saat dia mengancamnya? Christ yang melihat Max termenung, merasa heran dengan sang CEO. "Ada masalah apa, Tuan? Nyonya berulah lagi?" tanyanya. "Tidak. Bukan dia," balas Max menyembunyikan kenyataan, ia segera m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23

Bab terbaru

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab250# Perbaiki Rumah Tangga Kita

    Bab250#Setibanya di basecamp yang tersembunyi, Chelsea merasa ada sesuatu yang sangat salah. Tempat itu sangat kacau dan suasana mencekam memenuhi udara. "Apa ini tempatnya, Arthur?" tanya Chelsea penuh keraguan."Hm, benar ini tempatnya."Belum juga kedua mata Chelsea memindai tempat itu, tiba-tiba ...Brak!Freya dan Kenan keluar dari bangunan sepi dengan pencahayaan minim. Meski demikian, sorot mata Chelsea mampu menangkap siluet bayangan sang suami."Kenan ...?!" Chelsea hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seruan Chelsea ternyata mampu mengalihkan perhatian kedua orang itu, terutama Kenan. Ia lebih terkejut saat melihat Chelsea juga berada di sekitar tempat itu. Area yang tidak sebaiknya dituju.Namun, di balik semua rasa takut dan kecemasan Chelsea, hatinya semakin teriris saat kenyataan yang lebih pahit terbuka di hadapannya. Di sana, di tengah kekacauan, dia melihat Kenan—dengan jel

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab249# Bertahanlah

    Grace dengan suara penuh amarah, "Kenan! Kau datang kemari hanya untuk jadi pengkhianat! Tidak tahu malu!" Berdiri tegak, Kenan menatap Grace dengan dingin, "Aku memilih sisi yang benar, Grace. Ini bukan tentang kamu atau aku lagi, ini tentang apa yang seharusnya terjadi." Grace tertawa sinis, "Cih! Sisi yang benar? Kau menjual dirimu kepada Freya, itu yang kamu sebut benar? Jangan lebih rendah dari itu, Ken!" "Aku tidak membutuhkan pembenaran darimu, Grace. Semua ini sudah berjalan terlalu jauh. Tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang." Freya, yang sejak tadi diam dan menyaksikan percakapan itu, akhirnya berbicara dengan suara penuh kebencian. Grace tertawa remeh pada Freya, seolah mengejek wanita ular itu. "Apapun yang kau lakukan, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku. Karena kau tidak pernah dicintai sampai mati! Kau tak akan pernah tau apa itu cinta!" ucapnya penuh penekanan, "kasihan sekali!" Suasana di antara kedua wanita itu semakin mencekam. Freya ingin seka

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab248# Lokasi Ditemukan

    Max tampak berjalan mondar-mandir di ruang kantor yang gelap, ekspresinya tegang dan penuh amarah. Matanya yang tajam menatap beberapa anak buah Christ yang berdiri cemas di hadapannya."Bagaimana bisa kalian belum menemukan lokasi Freya?!" bentaknya, suaranya keras dan penuh amarah. "Kalian cuma membuang-buang waktu! Ini sudah terlalu lama, aku ingin jawaban sekarang!"Anak buah Christ, yang satu bernama Markus dan yang satunya lagi disebut Simon saling pandang, tampak bingung dan tertekan."Ma-Maaf, Tuan ... kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kami belum menemukan petunjuk pasti," jawab Markus, suaranya terbata-bata.Max menggeram, berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan mereka. "Berusaha? Itu bukan jawaban yang aku cari! Jika kalian tidak bisa melaksanakan perintah sederhana ini, lebih baik aku cari orang lain yang bisa!"Simon mencoba menenangkan situasi. "Kami benar-benar sudah berusaha, Tuan. Kami akan terus menca

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab247# Menjadi Sekutu

    Kenan terlihat tegang, tapi mencoba menurunkan egonya. "Freya, aku tahu aku salah. Aku tidak mencari pembenaran. Aku hanya ingin tahu di mana basecamp-mu. Aku punya rencana ... rencana untuk melancarkan keinginanmu." Namun, diam-diam, tanpa melibatkan siapa pun. Kenan akan pastikan akan membebaskan Grace. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menebus semua kesalahan." Mendengar ketulusan Kenan, dan betapa pria itu juga memenuhi keinginannya mendapatkan lokasi Grace, Freya terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-katanya. "Kau tidak akan menjadi pengkhianat di dalam basecamp-ku, kan?" "Kau bisa percaya padaku, Freya. Aku akan lakukan apa saja untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Kau akan dapatkan semua yang kau inginkan." Dalam hati Freya melewati banyak perdebatan. Kemudian suara Freya berubah, sedikit lebih lembut. "Baiklah, aku beri kau satu kesempatan lagi. Basecamp-ku ada di kawasan Charlottenburg, dekat Stasiun Zoologischer Garten. Tapi ingat, Kenan. Satu langkah s

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab246# Penebus Kesalahan

    Kenan berdiri di tengah kota. Kebingungan jelas tergambar di wajahnya. Ia melirik kiri-kanan, mencari-cari tanda yang bisa mengarahkannya pada basecamp Freya.Gedung-gedung tinggi dan hiruk-pikuk suara kendaraan membuatnya merasa semakin terasing. Tidak ada petunjuk yang jelas, dan dia semakin merasa hilang."Bagaimana kalau aku meneleponnya?" ragu Kenan dalam kebimbangan.Setelah beberapa menit, Kenan mengeluarkan ponsel. Tatapannya tersentak saat melihat banyaknya panggilan tak terjawab dan deretan pesan dari sang istri."Maafkan, aku sayang ..." gumamannya terhenti dengan kedua bola mata berkaca-kaca, terharu, "Benarkah Chelsea hamil? Dia hamil ..."Rasanya Kenan benar-benar dilema. Di saat ia sudah menghancurkan semua, mahkluk kecil kini sedang bersemayam di rahim sang istri."Apa yang harus aku lakukan?" Kenan mengusap wajah kasar, "Argh!!"Namun, dengan cepat Kenan mengontrol emosinya. Ia harus secepatnya meny

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab245# Caraku Mencintaimu

    Setelah berhasil membebaskan Anna, Kenan langsung menuju ke bandara dengan mengambil penerbangan tercepat. Semua benar-benar sudah ia persiapkan, pasport dan visa pun sudah dia kantongi di balik jaket."Maafkan aku, Chelsea," ucap Kenan lirih, "Tanpa pesan, tanpa panggilan, tanpa berkomunikasi. Lihatlah, sehening itu caraku mencintaimu sekarang ..."Dengan berat hati ia memandang sendu negara talia dengan lampu-lampu yang menghiasi setiap kota. Ada hati yang sudah ia lukai. Padahal, hati yang selalu membuat dunianya menjadi berisik.**Dengan gemetaran Grace berusaha memasukkan kunci yang justru membuat kunci itu terjatuh ke bawah kakinya."Ah, sial!"Wajah Leon pun tampak jelas ketakutan dan penuh ketegangan. "Ayo, Mom!"Grace mencoba meraih kunci dibawah kakinya, namun Jack terlebih dulu memecahkan kaca mobil dengan ujung senapan.PYAR!"Aaaww ...!" Grace menutup kedua telinga

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab244# Mukjizat Tuhan

    Di negara Italia. Chelsea duduk termenung di sofa dalam kamarnya. Pagi ini, tubuhnya terasa lelah dan pusing, seolah-olah ada sesuatu yang salah. Rasanya seperti ada beban berat yang menekan dadanya. Namun jauh di dalam hati, ada kecemasan yang lebih besar lagi. Kenan, suaminya, tidak pulang sejak kemarin. Ponselnya pun tidak bisa dihubungi, pesan-pesan yang dikirimkan tak kunjung dibalas. Sejak tadi malam, Chelsea sudah berusaha mencari tahu di mana Kenan berada, tapi tetap tak ada kabar. Rasa cemasnya menjadi semakin memuncak."Memangnya di mana sih dia sekarang," gerutu Chelsea memandang layar ponselnya yang perlahan berubah gelap.Ia bangkit dan berjalan pelan menuju meja, mengambil segelas air. Keringat dingin mengucur di dahinya. Rasanya seperti ada yang aneh dengan tubuhnya, dan perasaan cemas tentang Kenan hanya memperburuk keadaan.Tanpa berpikir panjang, Chelsea memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Ia ingin memastikan semuanya baik-ba

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab243# Tangkap Mereka!!

    Melihat Stella datang dengan membawa kantong belanjaan, Grace keluar dari rumah, menghampiri sang perawat. "Apa semua sudah kamu beli, Stella?" tanya Grace. "Sudah semua, Nyonya. Perbekalan ini cukup untuk satu minggu ke depan." "Hm, baguslah." Ketiga pasang mata tiga pria dalam mobil seketika berbinar senang, saat melihat Grace dengan mata kepala sendiri. "Itu dia!" tunjuk Nick dengan yakin. "Benar, tepat sekali!" "Keberuntungan kita, dia keluar dengan sendirinya ...!" seru Jack sudah tidak sabar. "Selesaikan dengan cepat, dan jangan meninggalkan jejak!" "Siap, Bos!" Nick, Willy dan Jack langsung merapatkan langkah menuju rumah itu. Baru saja Stella dan Grace masuk ke dalam rumah, tak lama kemudian pintu rumah mereka terbuka dengan sangat keras. BRAK!! Suara dentuman pintu yang ditendang sangat keras membuat Grace dan Leon terkejut setengah mati. Jack, Nick, dan Willy sudah ada di depan pintu. "Hohoho ... Lihatlah siapa yang kita temui ...!" Jack menyeringai si

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab242# Hanya Sementara

    Di sana, ia menemukan Anna, terikat di kursi dengan air mata yang membasahi pipinya. Hati Kenan terasa sesak, melihat kondisi Anna yang tak berdaya.Kenan melangkah maju dengan cepat, suaranya bergetar meskipun ia berusaha untuk tetap tenang. “Anna…,” katanya pelan, meraih bahunya dengan lembut. “Kamu baik-baik saja?”Anna menggeleng lemah.Pria itu berusaha membuka lakban dari bibir sang adik kemudian membuka ikatan tali pada tubuhnya. "Apa mereka menyakitimu?" Belum ada jawaban dari gadis yang masih terus terisak.Anna menatapnya dengan tatapan kosong, matanya merah dan bibirnya bergetar. “Kak …” bisiknya, terisak. “A-aku takut ...”"Tenanglah, semua baik-baik saja." Kenan memeluk Anna erat dan mengusap kepalanya.Menarik napas panjang, Kenan berusaha mengendalikan emosinya. "Anna, dengarkan aku!" Ia berusaha menyadarkan sang adik. "Aku akan membawamu keluar dari sini, tapi ada sesuatu yang lebih penting yang har

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status