Share

Bab6# Permintaan

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-21 08:01:00

"Maaf, Nyonya, Tuan Alexander sudah menunggu Tuan Max," ucap Christian saat melihat keduanya bertikai.

Grace terbeliak meski dua tangannya masih dicekal Max. "Papi ada di sini?"

"Ya, Nyonya, Tuan—" Christ menghentikan ucapan karena Max menoleh tajam ke arahnya.

"Pergilah!" usir Max melepas cengkraman wanita itu.

Grace mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri, kemudian berdiri tegap. "Tidak! Aku ikut bersama kalian! Ayo Christ, tunjukkan dimana kamar papi?"

Wanita itu bukannya pergi, tapi justru bersikeras ingin melihat ayah mertuanya. Grace meyakini jika ayah mertuanya sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Ia melangkah lebih dulu, sementara Christ bertatapan dengan Max meminta jawaban.

Max menghela nafas sembari menggeleng lirih, "Apa boleh buat ..."

Kedua pria itu mengikuti langkah Grace yang berada di depan. Sesekali Grace menoleh ke belakang memastikan keduanya tidak mengelabuinya.

"Ayo, cepatlah!" Grace berseru.

Max merasa gemas dengan tingkah Grace seolah dialah yang berkuasa atas dirinya. Sang asisten pun hanya tersenyum simpul menahan tawa melihat pasangan suami istri tersebut.

Ketiganya tiba di satu ruang VVIP, berdiri di depan kamar ruang inap. Christ langsung membuka pintu menyilahkan keduanya masuk., "Silakan, Tuan, Nyonya."

Langkah tegap Max masuk lebih dulu yang kemudian diikuti Grace. Semua orang yang ada di dalam ruang inap itu sangat terkejut dengan kedatangan wanita itu.

"Max, Di—dia ..." tunjuk Alexander pada Grace, tergagap dengan tangan lemah.

Begitu pula dengan Fellycia—ibu Max, wanita yang tetap cantik di usia yang hampir senja itu bangkit dari duduknya. "Grace?!"

Keduanya menatap tidak percaya! Mungkinkah mereka salah melihat?

"Ya, Pi. Dia Grace," balas Max menggapai tangan Alex yang menggantung di udara.

"Ini Grace, Pi." Wanita itu langsung berlari kecil, menghampiri Alex—ayah mertuanya yang terbaring di atas brankar. Grace membungkukkan badan di sisi Alex, memeluknya.

Pria paruh baya itu merasa terharu karena bertahun lamanya, ia dan Felly menunggu kembalinya Grace. Alex mengusap rambut anak menantunya, "Kemana saja kau, Grace? Mengapa kau pergi?"

Dengan suara parau dan lemah, Alex menyapa hangat sang menantu. Tidak ada jawaban khusus dari Grace, tapi justru ia mengalihkan pembicaraan.

"Grace tidak akan pergi lagi, Pi. Papi sakit apa?"

Meski sedikit kesulitan karena salah satu tangannya terdapat jarum infus. Pria itu kemudian menegakkan Grace, mengabaikan pertanyaan wanita itu. "Duduk di sini, Grace. Kami sudah lama menunggumu."

Felly bergantian memeluk Grace. "Apa yang membuatmu pergi, Sayang?" Wanita itu menangkup wajah Grace, kemudian memasukkan anak rambut Grace ke belakang telinga. Felly menatap hangat. "Kami sangat merindukanmu, Grace. Apa kau tidak menyukai kami, sampai menjauhi mami dan papi?" sambungnya.

Grace sangat menyesal karena menyakiti hati dua paruh baya itu. Padahal dua mertuanya sangat menyayangi dirinya selayaknya anak sendiri. Namun, entah apa yang ada dalam pikiran Grace delapan tahun silam?

"Maafkan, Grace, Mi. Tidak ada alasan Grace selain maaf ..." tunduk Grace tidak mampu menatap bola mata teduh sang ibu. Bahkan, sudut matanya hampir tergenang butiran bening.

Felly mengangguk. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Grace. Mami dan papi sudah bahagia kamu akhirnya kembali."

Suasana inap itu cukup haru, hingga membuat Max merasa bersyukur bisa melihat kebahagiaan pada dua orang tuanya. Meskipun dalam hati ia masih kesal dengan Grace.

Menurut Max, Grace termasuk wanita yang berhati lembut. Tapi, dia terkadang berubah keras dan kuat saat ego-nya sedang tinggi. Pria itu menipiskan bibir, tidak ingin siapapun tahu jika dirinya sedang memuja wanita itu.

"Perbaiki rumah tangga kalian, Max. Jangan buat Grace kecewa," ucap Alexander tiba-tiba. "Dan ... buatkan kami cucu. Kami sangat menantikannya," imbuhnya.

"A-apa?! Cucu?" Grace dan Felly mengucap bersamaan. Semua langsung menoleh pada Alex.

Suhu ruangan itu menjadi dingin saat Alex meminta cucu pada anak dan menantunya. Max langsung menjadi beku, diam seketika. Tidak dapat dipungkiri Felly pun menginginkan hal yang sama. Namun, mengingat wanita itu juga tahu kondisi Max sebenarnya, kini menjadi ragu.

"Papi ... tidak sebaiknya jangan membahas hal itu," kata Felly sangat hati-hati. Dia tidak ingin melukai hati dua pria kesayangannya.

"Kenapa tidak boleh dibahas, Mi? Justru ini waktu yang tepat membicarakan tentang anak. Mau sampai kapan papi menunggu bisa menggendong cucu papi!" Alexander meski lemah, tapi tenaganya cukup bersisa untuk memenangkan keinginannya.

Sementara Grace saling bersitatap dengan Max. Sejenak kemudian Max membuang pandangannya, ada rasa yang sulit diungkapkan pria itu. Melihat kedua mertuanya saling adu argumen, Grace kemudian menengahi.

"Sudah, sudah. Papi dan Mami jangan saling ribut. Oke, Grace akan berikan papi dan mami cucu." Grace bangkit kemudian menggandeng lengan Max. Ia berpikir inilah saat yang tepat untuk mengambil hati suaminya. Kemudian Grace melihat ke arah Max, seolah meminta pendapat. "Ya, kan, Sayang?"

Alex dan Felly merasa bahagia karena Grace pun ternyata setuju dengan ide mereka. Akan tetapi berbeda dengan Max, pria itu melihat ke samping, menyipitkan mata tajam.

"Apa yang kau pikirkan, Max?" bisik Grace pada telinga pria itu. "Ayo, mengangguk."

***

Komen (74)
goodnovel comment avatar
Ugik Kph
kenapa tuan Alex membicarakan soal cucu, apakah tuan Alex tidak tau tentang kondisi Max
goodnovel comment avatar
Serly Wijayanti
cucunya udah ada Pi, ...
goodnovel comment avatar
Lidia Rahayu
semakin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab7# Menunggu Datang

    Max tidak mengangguk atau pun menggeleng, pria itu justru menarik tangan Grace melangkah keluar ruangan. Namun, sebelum sampai di pintu keluar, Grace mengibaskan tangan Max hingga terhempas. "Akh! Kau menyakitiku, Max!" Max tersentak kemudian berbalik, keduanya saling berhadapan. "Kalau kau tidak mau aku lebih menyakitimu, lebih baik segera pergi dan jauhi kehidupanku! Lakukan seperti saat kau meninggalkanku!" Tatapan pria itu begitu menusuk. Max maju beberapa langkah mengikis jarak keduanya. "Jangan berharap aku tunduk padamu, Grace! Sekalipun itu di depan mami dan papi!" desisnya penuh penekanan. Grace membenahi tatanan rambutnya, berdiri angkuh, lalu mengangkat dagunya. "Tidak. Sudah kukatakan, aku tidak akan pergi. Akan kubuat kau tergila-gila padaku!" Max semakin menatap bengis. Pria itu tidak ingin jatuh lagi di lubang yang sama. Dia tidak ingin terluka lagi, sama seperti Grace saat meninggalkannya. M

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab8# Pertahanan Max

    Kebingungan melanda Grace menjawab pertanyaan Leon. Mengapa wajahnya mirip dengan foto yang ada di dinding saat video call dengan sang ibu?Kepalang tanggung!Di tengah kebingungan Grace menjawab, di tempat Leon, Brian mengetuk pintu kamar anak itu. Seketika Leon menoleh, siapa yang masuk ke dalam kamarnya."Hai, Leon! Sedang apa?" Brian tersenyum, mengangkat tangannya, menyapa.Leon membalas dengan senyum lembut. "Leon sedang telepon mommy, Om," jawabnya.Grace yang ada di ujung panggilan pun ikut mendengarkan obrolan antara Brian dan sang anak. Dewi Fortuna masih membersamainya, keberuntungan bersama Grace, Leon melupakan pertanyaannya. "Siapa yang datang, Leon? Itu suara Om Brian, kan?" terka Grace, meskipun sebenarnya ia sudah tau pasti pemilik suara itu. "Benar, Mom, ini Om Brian." Leon merubah kamera ponselnya menghadap Brian. "Hai, Nyonya Grace. Apakah semua lancar?" tanya Brian klise.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab9# Memergoki

    Max sejenak ingin membangunkan Grace, namun ia melihat bagaimana paras cantik itu terlihat lelah, sepertinya Grace sudah tidur sangat lelap. "Apa perlu kubangunkan?" batin Max saling bertanya. "Tapi dia belum makan malam?"Batin Max beradu bimbang. Pria itu tidak tega membangunkan Grace, namun Max juga berpikir wanita itu juga belum makan malam. Hingga akhirnya Max putuskan membopong tubuh Grace dengan hati-hati. Jangan sampai wanita itu merasakan pergerakannya.Perlahan Max membuka pintu kamar Grace dan merebahkan wanita itu di atas ranjang, kemudian menyelimutinya. Sesaat terbesit rasa yang sulit ia ungkapkan. Rasa apa ini? Apakah ia masih mencintai wanita itu? "Tidak, aku tidak akan lemah." Max menyakinkan dirinya jika ia akan tetap teguh pendiriannya.Setelah itu Max segera keluar dari kamar Grace, saat melihat wanita yang pernah mengisi hatinya menggeliat kecil, merubah posisi tidur. Pria it

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab10# Kotak Makan

    Max melihat dua wanita masuk ke dalam ruangannya, yaitu Grace dan sekretarisnya.Freya terkesiap dengan tatapan nyalang Grace, terlebih Max. Pria itu tidak menduga jika istrinya akan datang ke kantor tiba-tiba. Grace selalu bertindak di luar dugaan!"Grace?!"Grace menatap murka pada Freya yang sedang duduk di atas meja, menghadap Max. Meeting apa yang mereka lakukan berduaan, hingga sekretaris Max bahkan berani menahannya masuk!"Apa yang kalian lakukan?!" bentak Grace dengan amarah, meletakkan kotak makan pada meja di dekatnya.Freya langsung berdiri di samping Max. Namun, bukan rasa takut atau merasa bersalah, melainkan membalasnya dengan tatapan sinis. Wanita itu justru lebih antusias membuat api cemburu tanpa berkomentar. Hanya dengan tindakannya tadi, sudah bisa membuat Grace menjadi binatang buas."Rapat?!" Grace berjalan cepat menghampiri keduanya. Seketika menarik, menyingkirkan Freya dari samping suaminya, lalu berkacak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab11# Keingintahuan

    Max menatap nanar pada kotak makan yang masih utuh di atas meja. Apa yang akan dilakukannya dengan makanan itu? Bukankah tadi dia yang melemparkan!"Biarkan saja!" ucap Max melarang Christ.Christ menggeleng bingung, tapi enggan mencampuri urusan sang CEO dengan kotak makan tersebut. Pria itu kemudian mengikuti petugas kebersihan keluar ruangan Max.Pria tampan itu termenung. Entah apa yang ia lakukan sekarang sangat bertolak belakang dengan isi hatinya. Terus mengamati makanan yang tampaknya lezat, Max meyakini makanan itu pasti sangat nikmat, terlebih tangan lembut Grace yang membuatkan untuknya."Kau selalu membuatku jatuh bangun, Grace ... Untuk apa kau membantuku bangun, jika nantinya kau akan menjatuhkanku lagi!"Sejak kepergian Grace, Max percaya jika wanita itu tidak sepenuhnya mencintainya. Maka itu, dari tindakan Grace sekarang, Max yakin semua tidak berdasarkan cinta.Tanpa ia sadari, jemarinya mengambil garpu dan meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab12# Getaran Yang Berbeda

    Setelah kejadian di kantor Max, Grace tidak akan menyerah hanya karena Max melemparkan kotak makan buatannya. Wanita itu sadar jika Max wajar melakukannya, karena pria itu pasti sangat kecewa saat dirinya ditinggalkan. Pagi ini Grace sudah berdandan cantik. Sebelum naik ke lantai atas, wanita itu melirik sekilas makanan di atas meja, piring dan gelas masih bersih. "Ternyata dia belum berangkat," lirih Grace terus meniti anak tangga. Tiba di depan pintu kamar Max, Grace menarik napas dalam menenangkan diri sebelum mengetuk pintu tersebut. Beberapa kali ketukan, ternyata tidak ada balasan apapun hingga membuat Grace masuk ke dalam kamar Max tanpa permisi. "Hm, sepi ...?" gumamnya terus melangkah, mengamati setiap sudut kamar Max. Wanita itu kemudian memindai walk in closed di ruang luas tersebut. Beberapa kemeja tergantung dengan rapi, begitu pula dengan setelan jas. Di meja tengah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab13# Diluar Dugaan

    Pria berwajah tampan sedang termanggu mengingat kejadian pagi ini. Reaksi Grace sangat di luar dugaan Max. Max mengira Grace akan marah secara brutal, jika Grace mendengar dirinya akan mendekati Freya. Semua salah! Grace sama sekali tidak bereaksi. "Bagaimana mungkin dia diam saja saat aku menggertaknya?!" Max merasa ada salah dengan Grace. "Apa aku kurang serius mengatakannya?" Max terus berpikir, bagaimana cara dia menyingkirkan Grace dari hidupnya. Sesungguhnya, itu hanyalah omong kosong Max untuk menakuti Grace, agar wanita itu menjauhinya. Namun, apa yang Max lihat? Mengapa wanita itu tidak bereaksi saat dia mengancamnya? Christ yang melihat Max termenung, merasa heran dengan sang CEO. "Ada masalah apa, Tuan? Nyonya berulah lagi?" tanyanya. "Tidak. Bukan dia," balas Max menyembunyikan kenyataan, ia segera m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab14# Rasa Cemburu

    Kecemburuan seketika merasuki diri Max. Akan tetapi, pria itu tetap mengingkari rasa yang entah sulit dia ungkapkan. Apakah benar Max cemburu dengan pria yang bersama Grace sekarang? Mata elang itu bak siap memangsa lawan. "Apa yang dia kerjakan di sini?" desisnya. Namun, masih bisa terdengar Christ. "Siapa, Tuan?" tanyanya kemudian mengikuti arah pandangan sang CEO. "Oh... setahu saya pria itu adalah pemilik Golden Brilliance, namanya Tuan Steve. Anda punya kepentingan dengannya?" Christ bahkan tidak paham mengenai pertanyaan Max. Max bukan membahas soal Steve. Tapi, tentang Grace yang berada di tempat yang sama dengan dirinya, terlebih bertemu pria lain. "Cari tahu tentang kerja sama Phoenix dengan Golden Brilliance!" titah Max akhirnya, kemudian membawa langkahnya meninggalkan tempat tersebut. Grace dan Steve setelah itu menghabiskan waktu dengan obrolan santai. Wanita itu kini fokus pada inti yang direncanakannya. Ia tidak ingin semua orang tahu rencananya di balik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23

Bab terbaru

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab250# Perbaiki Rumah Tangga Kita

    Bab250#Setibanya di basecamp yang tersembunyi, Chelsea merasa ada sesuatu yang sangat salah. Tempat itu sangat kacau dan suasana mencekam memenuhi udara. "Apa ini tempatnya, Arthur?" tanya Chelsea penuh keraguan."Hm, benar ini tempatnya."Belum juga kedua mata Chelsea memindai tempat itu, tiba-tiba ...Brak!Freya dan Kenan keluar dari bangunan sepi dengan pencahayaan minim. Meski demikian, sorot mata Chelsea mampu menangkap siluet bayangan sang suami."Kenan ...?!" Chelsea hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seruan Chelsea ternyata mampu mengalihkan perhatian kedua orang itu, terutama Kenan. Ia lebih terkejut saat melihat Chelsea juga berada di sekitar tempat itu. Area yang tidak sebaiknya dituju.Namun, di balik semua rasa takut dan kecemasan Chelsea, hatinya semakin teriris saat kenyataan yang lebih pahit terbuka di hadapannya. Di sana, di tengah kekacauan, dia melihat Kenan—dengan jel

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab249# Bertahanlah

    Grace dengan suara penuh amarah, "Kenan! Kau datang kemari hanya untuk jadi pengkhianat! Tidak tahu malu!" Berdiri tegak, Kenan menatap Grace dengan dingin, "Aku memilih sisi yang benar, Grace. Ini bukan tentang kamu atau aku lagi, ini tentang apa yang seharusnya terjadi." Grace tertawa sinis, "Cih! Sisi yang benar? Kau menjual dirimu kepada Freya, itu yang kamu sebut benar? Jangan lebih rendah dari itu, Ken!" "Aku tidak membutuhkan pembenaran darimu, Grace. Semua ini sudah berjalan terlalu jauh. Tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang." Freya, yang sejak tadi diam dan menyaksikan percakapan itu, akhirnya berbicara dengan suara penuh kebencian. Grace tertawa remeh pada Freya, seolah mengejek wanita ular itu. "Apapun yang kau lakukan, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku. Karena kau tidak pernah dicintai sampai mati! Kau tak akan pernah tau apa itu cinta!" ucapnya penuh penekanan, "kasihan sekali!" Suasana di antara kedua wanita itu semakin mencekam. Freya ingin seka

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab248# Lokasi Ditemukan

    Max tampak berjalan mondar-mandir di ruang kantor yang gelap, ekspresinya tegang dan penuh amarah. Matanya yang tajam menatap beberapa anak buah Christ yang berdiri cemas di hadapannya."Bagaimana bisa kalian belum menemukan lokasi Freya?!" bentaknya, suaranya keras dan penuh amarah. "Kalian cuma membuang-buang waktu! Ini sudah terlalu lama, aku ingin jawaban sekarang!"Anak buah Christ, yang satu bernama Markus dan yang satunya lagi disebut Simon saling pandang, tampak bingung dan tertekan."Ma-Maaf, Tuan ... kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kami belum menemukan petunjuk pasti," jawab Markus, suaranya terbata-bata.Max menggeram, berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan mereka. "Berusaha? Itu bukan jawaban yang aku cari! Jika kalian tidak bisa melaksanakan perintah sederhana ini, lebih baik aku cari orang lain yang bisa!"Simon mencoba menenangkan situasi. "Kami benar-benar sudah berusaha, Tuan. Kami akan terus menca

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab247# Menjadi Sekutu

    Kenan terlihat tegang, tapi mencoba menurunkan egonya. "Freya, aku tahu aku salah. Aku tidak mencari pembenaran. Aku hanya ingin tahu di mana basecamp-mu. Aku punya rencana ... rencana untuk melancarkan keinginanmu." Namun, diam-diam, tanpa melibatkan siapa pun. Kenan akan pastikan akan membebaskan Grace. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menebus semua kesalahan." Mendengar ketulusan Kenan, dan betapa pria itu juga memenuhi keinginannya mendapatkan lokasi Grace, Freya terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-katanya. "Kau tidak akan menjadi pengkhianat di dalam basecamp-ku, kan?" "Kau bisa percaya padaku, Freya. Aku akan lakukan apa saja untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Kau akan dapatkan semua yang kau inginkan." Dalam hati Freya melewati banyak perdebatan. Kemudian suara Freya berubah, sedikit lebih lembut. "Baiklah, aku beri kau satu kesempatan lagi. Basecamp-ku ada di kawasan Charlottenburg, dekat Stasiun Zoologischer Garten. Tapi ingat, Kenan. Satu langkah s

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab246# Penebus Kesalahan

    Kenan berdiri di tengah kota. Kebingungan jelas tergambar di wajahnya. Ia melirik kiri-kanan, mencari-cari tanda yang bisa mengarahkannya pada basecamp Freya.Gedung-gedung tinggi dan hiruk-pikuk suara kendaraan membuatnya merasa semakin terasing. Tidak ada petunjuk yang jelas, dan dia semakin merasa hilang."Bagaimana kalau aku meneleponnya?" ragu Kenan dalam kebimbangan.Setelah beberapa menit, Kenan mengeluarkan ponsel. Tatapannya tersentak saat melihat banyaknya panggilan tak terjawab dan deretan pesan dari sang istri."Maafkan, aku sayang ..." gumamannya terhenti dengan kedua bola mata berkaca-kaca, terharu, "Benarkah Chelsea hamil? Dia hamil ..."Rasanya Kenan benar-benar dilema. Di saat ia sudah menghancurkan semua, mahkluk kecil kini sedang bersemayam di rahim sang istri."Apa yang harus aku lakukan?" Kenan mengusap wajah kasar, "Argh!!"Namun, dengan cepat Kenan mengontrol emosinya. Ia harus secepatnya meny

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab245# Caraku Mencintaimu

    Setelah berhasil membebaskan Anna, Kenan langsung menuju ke bandara dengan mengambil penerbangan tercepat. Semua benar-benar sudah ia persiapkan, pasport dan visa pun sudah dia kantongi di balik jaket."Maafkan aku, Chelsea," ucap Kenan lirih, "Tanpa pesan, tanpa panggilan, tanpa berkomunikasi. Lihatlah, sehening itu caraku mencintaimu sekarang ..."Dengan berat hati ia memandang sendu negara talia dengan lampu-lampu yang menghiasi setiap kota. Ada hati yang sudah ia lukai. Padahal, hati yang selalu membuat dunianya menjadi berisik.**Dengan gemetaran Grace berusaha memasukkan kunci yang justru membuat kunci itu terjatuh ke bawah kakinya."Ah, sial!"Wajah Leon pun tampak jelas ketakutan dan penuh ketegangan. "Ayo, Mom!"Grace mencoba meraih kunci dibawah kakinya, namun Jack terlebih dulu memecahkan kaca mobil dengan ujung senapan.PYAR!"Aaaww ...!" Grace menutup kedua telinga

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab244# Mukjizat Tuhan

    Di negara Italia. Chelsea duduk termenung di sofa dalam kamarnya. Pagi ini, tubuhnya terasa lelah dan pusing, seolah-olah ada sesuatu yang salah. Rasanya seperti ada beban berat yang menekan dadanya. Namun jauh di dalam hati, ada kecemasan yang lebih besar lagi. Kenan, suaminya, tidak pulang sejak kemarin. Ponselnya pun tidak bisa dihubungi, pesan-pesan yang dikirimkan tak kunjung dibalas. Sejak tadi malam, Chelsea sudah berusaha mencari tahu di mana Kenan berada, tapi tetap tak ada kabar. Rasa cemasnya menjadi semakin memuncak."Memangnya di mana sih dia sekarang," gerutu Chelsea memandang layar ponselnya yang perlahan berubah gelap.Ia bangkit dan berjalan pelan menuju meja, mengambil segelas air. Keringat dingin mengucur di dahinya. Rasanya seperti ada yang aneh dengan tubuhnya, dan perasaan cemas tentang Kenan hanya memperburuk keadaan.Tanpa berpikir panjang, Chelsea memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Ia ingin memastikan semuanya baik-ba

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab243# Tangkap Mereka!!

    Melihat Stella datang dengan membawa kantong belanjaan, Grace keluar dari rumah, menghampiri sang perawat. "Apa semua sudah kamu beli, Stella?" tanya Grace. "Sudah semua, Nyonya. Perbekalan ini cukup untuk satu minggu ke depan." "Hm, baguslah." Ketiga pasang mata tiga pria dalam mobil seketika berbinar senang, saat melihat Grace dengan mata kepala sendiri. "Itu dia!" tunjuk Nick dengan yakin. "Benar, tepat sekali!" "Keberuntungan kita, dia keluar dengan sendirinya ...!" seru Jack sudah tidak sabar. "Selesaikan dengan cepat, dan jangan meninggalkan jejak!" "Siap, Bos!" Nick, Willy dan Jack langsung merapatkan langkah menuju rumah itu. Baru saja Stella dan Grace masuk ke dalam rumah, tak lama kemudian pintu rumah mereka terbuka dengan sangat keras. BRAK!! Suara dentuman pintu yang ditendang sangat keras membuat Grace dan Leon terkejut setengah mati. Jack, Nick, dan Willy sudah ada di depan pintu. "Hohoho ... Lihatlah siapa yang kita temui ...!" Jack menyeringai si

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab242# Hanya Sementara

    Di sana, ia menemukan Anna, terikat di kursi dengan air mata yang membasahi pipinya. Hati Kenan terasa sesak, melihat kondisi Anna yang tak berdaya.Kenan melangkah maju dengan cepat, suaranya bergetar meskipun ia berusaha untuk tetap tenang. “Anna…,” katanya pelan, meraih bahunya dengan lembut. “Kamu baik-baik saja?”Anna menggeleng lemah.Pria itu berusaha membuka lakban dari bibir sang adik kemudian membuka ikatan tali pada tubuhnya. "Apa mereka menyakitimu?" Belum ada jawaban dari gadis yang masih terus terisak.Anna menatapnya dengan tatapan kosong, matanya merah dan bibirnya bergetar. “Kak …” bisiknya, terisak. “A-aku takut ...”"Tenanglah, semua baik-baik saja." Kenan memeluk Anna erat dan mengusap kepalanya.Menarik napas panjang, Kenan berusaha mengendalikan emosinya. "Anna, dengarkan aku!" Ia berusaha menyadarkan sang adik. "Aku akan membawamu keluar dari sini, tapi ada sesuatu yang lebih penting yang har

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status