Share

Bab6# Permintaan

"Maaf, Nyonya, Tuan Alexander sudah menunggu Tuan Max," ucap Christian saat melihat keduanya bertikai.

Grace terbeliak meski dua tangannya masih dicekal Max. "Papi ada di sini?"

"Ya, Nyonya, Tuan—" Christ menghentikan ucapan karena Max menoleh tajam ke arahnya.

"Pergilah!" usir Max melepas cengkraman wanita itu.

Grace mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri, kemudian berdiri tegap. "Tidak! Aku ikut bersama kalian! Ayo Christ, tunjukkan dimana kamar papi?"

Wanita itu bukannya pergi, tapi justru bersikeras ingin melihat ayah mertuanya. Grace meyakini jika ayah mertuanya sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Ia melangkah lebih dulu, sementara Christ bertatapan dengan Max meminta jawaban.

Max menghela nafas sembari menggeleng lirih, "Apa boleh buat ..."

Kedua pria itu mengikuti langkah Grace yang berada di depan. Sesekali Grace menoleh ke belakang memastikan keduanya tidak mengelabuinya.

"Ayo, cepatlah!" Grace berseru.

Max merasa gemas dengan tingkah Grace seolah dialah yang berkuasa atas dirinya. Sang asisten pun hanya tersenyum simpul menahan tawa melihat pasangan suami istri tersebut.

Ketiganya tiba di satu ruang VVIP, berdiri di depan kamar ruang inap. Christ langsung membuka pintu menyilahkan keduanya masuk., "Silakan, Tuan, Nyonya."

Langkah tegap Max masuk lebih dulu yang kemudian diikuti Grace. Semua orang yang ada di dalam ruang inap itu sangat terkejut dengan kedatangan wanita itu.

"Max, Di—dia ..." tunjuk Alexander pada Grace, tergagap dengan tangan lemah.

Begitu pula dengan Fellycia—ibu Max, wanita yang tetap cantik di usia yang hampir senja itu bangkit dari duduknya. "Grace?!"

Keduanya menatap tidak percaya! Mungkinkah mereka salah melihat?

"Ya, Pi. Dia Grace," balas Max menggapai tangan Alex yang menggantung di udara.

"Ini Grace, Pi." Wanita itu langsung berlari kecil, menghampiri Alex—ayah mertuanya yang terbaring di atas brankar. Grace membungkukkan badan di sisi Alex, memeluknya.

Pria paruh baya itu merasa terharu karena bertahun lamanya, ia dan Felly menunggu kembalinya Grace. Alex mengusap rambut anak menantunya, "Kemana saja kau, Grace? Mengapa kau pergi?"

Dengan suara parau dan lemah, Alex menyapa hangat sang menantu. Tidak ada jawaban khusus dari Grace, tapi justru ia mengalihkan pembicaraan.

"Grace tidak akan pergi lagi, Pi. Papi sakit apa?"

Meski sedikit kesulitan karena salah satu tangannya terdapat jarum infus. Pria itu kemudian menegakkan Grace, mengabaikan pertanyaan wanita itu. "Duduk di sini, Grace. Kami sudah lama menunggumu."

Felly bergantian memeluk Grace. "Apa yang membuatmu pergi, Sayang?" Wanita itu menangkup wajah Grace, kemudian memasukkan anak rambut Grace ke belakang telinga. Felly menatap hangat. "Kami sangat merindukanmu, Grace. Apa kau tidak menyukai kami, sampai menjauhi mami dan papi?" sambungnya.

Grace sangat menyesal karena menyakiti hati dua paruh baya itu. Padahal dua mertuanya sangat menyayangi dirinya selayaknya anak sendiri. Namun, entah apa yang ada dalam pikiran Grace delapan tahun silam?

"Maafkan, Grace, Mi. Tidak ada alasan Grace selain maaf ..." tunduk Grace tidak mampu menatap bola mata teduh sang ibu. Bahkan, sudut matanya hampir tergenang butiran bening.

Felly mengangguk. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Grace. Mami dan papi sudah bahagia kamu akhirnya kembali."

Suasana inap itu cukup haru, hingga membuat Max merasa bersyukur bisa melihat kebahagiaan pada dua orang tuanya. Meskipun dalam hati ia masih kesal dengan Grace.

Menurut Max, Grace termasuk wanita yang berhati lembut. Tapi, dia terkadang berubah keras dan kuat saat ego-nya sedang tinggi. Pria itu menipiskan bibir, tidak ingin siapapun tahu jika dirinya sedang memuja wanita itu.

"Perbaiki rumah tangga kalian, Max. Jangan buat Grace kecewa," ucap Alexander tiba-tiba. "Dan ... buatkan kami cucu. Kami sangat menantikannya," imbuhnya.

"A-apa?! Cucu?" Grace dan Felly mengucap bersamaan. Semua langsung menoleh pada Alex.

Suhu ruangan itu menjadi dingin saat Alex meminta cucu pada anak dan menantunya. Max langsung menjadi beku, diam seketika. Tidak dapat dipungkiri Felly pun menginginkan hal yang sama. Namun, mengingat wanita itu juga tahu kondisi Max sebenarnya, kini menjadi ragu.

"Papi ... tidak sebaiknya jangan membahas hal itu," kata Felly sangat hati-hati. Dia tidak ingin melukai hati dua pria kesayangannya.

"Kenapa tidak boleh dibahas, Mi? Justru ini waktu yang tepat membicarakan tentang anak. Mau sampai kapan papi menunggu bisa menggendong cucu papi!" Alexander meski lemah, tapi tenaganya cukup bersisa untuk memenangkan keinginannya.

Sementara Grace saling bersitatap dengan Max. Sejenak kemudian Max membuang pandangannya, ada rasa yang sulit diungkapkan pria itu. Melihat kedua mertuanya saling adu argumen, Grace kemudian menengahi.

"Sudah, sudah. Papi dan Mami jangan saling ribut. Oke, Grace akan berikan papi dan mami cucu." Grace bangkit kemudian menggandeng lengan Max. Ia berpikir inilah saat yang tepat untuk mengambil hati suaminya. Kemudian Grace melihat ke arah Max, seolah meminta pendapat. "Ya, kan, Sayang?"

Alex dan Felly merasa bahagia karena Grace pun ternyata setuju dengan ide mereka. Akan tetapi berbeda dengan Max, pria itu melihat ke samping, menyipitkan mata tajam.

"Apa yang kau pikirkan, Max?" bisik Grace pada telinga pria itu. "Ayo, mengangguk."

***

Comments (35)
goodnovel comment avatar
Liana 95
baik syekali mertua mu Grace, setelah kamu pergi tanpa kabar berita mereka tetap welcome sama Grace, bahkan sampai minta cucu hmm patut di pertahankan mertua seperti itu, udh jrg Grace,,,
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
Nah loh diminta buat ngasih cucu gimana tuh kan posisinya max mandul.. Grace apa nggak sebaiknya kamu jujur bilang kepada kedua mertuamu kalau kamu sudah memberikan mereka cucu. cerita semuanya kalau max gak percaya kan bisa tinggal tes DNA.. daripada max tahu dari orang lain kan bahaya
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
kayaknya emang 8 tahun yang lalu itu menjadi kesalahan buat grace yang mendadak kabur meninggalkan max. jelas-jelas orang tuanya max sangat menyayangimu lho Grace kok bisa kamu kayak bocil yang tiba-tiba kabur.. giliran ada perlu aja datang.. kan seolah-olah memanfaatkan max doang buat kepentingan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status