Share

Senjata Makan Tuan

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dengan cekatan Hakya menghindari ayunan pedang dari Kafka.

“Sebaiknya menyerah dan bebaskan semua orang-orang yang kalian paksa bekerja, maka kami akan memberikan kalian kesempatan untuk hidup,” ujar Hakya menahan pedang Kafka dengan pedang panjang yang dimilikinya.

“Kata-kata itu kami kembalikan buat kalian, karena jangan salahkan kami kalau kalian tidak akan bisa pergi dari sini dengan selamat kalau tidak mau menyerah,” jawab Kafka.

Bruk!

Hakya mendorong pedang di tangannya dan membuat tubuh sang mertua terpental. Padahal Hakya hanya menggunakan sebagian energi dari tubuhnya. Namun, Kafka malah tampak tidak bisa menahannya.

Kafka sangat terkejut, pedangnya yang sudah berisi ilmu sihir yang paling ampuh tampak tidak bisa menahan dorongan Hakya.

Hakya tahu, pada pedang Kafka bukan hanya ilmu sihir jahat, tetapi juga pedang itu sudah dioleskan minyak yang beracun. Sehingga orang yang terkena sabetan pedang itu akan keracunan dan akan mati kalau tidak segera mendapatkan pertolongan. Nam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Es Beracun!

    “Berikan dia penawar racun! Aku akan mengikatnya!” teriak Hakya memberikan perintah kepada anggotanya yang bertanggung jawab dalam bidang medis.“Siap, Guru!” teriak anak buah yang segera memberikan penawar racun pada jari-jari Kafka yang luka. Dan Hakya mengikat kedua kaki Kafka dengan jurusnya sehingga Kafka tidak bisa bergerak.Braak!Dengan sekali tembakan jurus, pedang milik Kafka hancur terbakar dan menjadi abu. Semua orang tampak terpana, terutama anak buah ilmu hitam. Mereka merasa terancam, apalagi saat melihat Kafka yang sudah tertawan dengan tidak berdaya.“Lepaskan aku!” teriak Kafka yang mencoba untuk memberontak, namun dia tidak bisa karena ikatan pada kakinya terasa sangat kencang dan itu juga sangat menyakitkan. Berbagai ilmu yang dia gunakan untuk melepaskan ikatan itu, tetap tidak berhasil. Sehingga membuat Kafka semakin meradang. Karena dia tahu kalau dia dalam keadaan seperti ini para anak buahnya pasti tidak akan mampu melawan pasukan yang Hakya miliki.“Istirahat

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akan Jadi Pengikutmu!

    “Toooloong, mohon lepaskan kami….” Teriakan orang-orang yang terperangkap dalam lingkaran itu semakin lama semakin pilu, karena tubuh mereka semakin lemah akibat dingin yang terus menusuk mereka.Hakya sedikitpun tidak peduli, karena memang mereka ingin mengalahkan. Dan orang-orang yang mereka tangkap dan masih hidup saat nanti lingkaran dibuka, mereka akan tetap dipulangkan ke keluarganya dengan tidak akan bisa bergerak lagi agar tidak menjadi pengacau di kemudian hari.“Kalau masih mau bertemu dengan keluarga kalian, maka bertahanlah sampai semua yang masih tersisa di luar lingkaran itu mati. Atau kalau tidak mampu bertahan, kalian juga dipersilakan mati disana,” ujar Hakya lagi.Ternyata prajurit ilmu hitam yang berada di dalam pertambangan itu jumlahnya begitu banyak. Mereka mencapai ribuan orang, sedangkan para anggota Hakya hanya berjumlah ratusan dan itu dibagi lagi menjadi beberapa kelompok.Melihat para anggotanya mulai banyak yang kewalahan. Mereka bisa mengalahkan begitu b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Jadi Pengkhianat atau Tetap Setia?

    “Aaaauuuuw…, tolong!”“Tolong kami….”Mata Kafka terbelalak saat dia mendengar teriakan anak buahnya yang ikut dalam reruntuhan tanah pertambangan itu, dan seketika semua gelap diiringi asap tebal yang menghilang. Tanah di seputaran itu seperti mendidih, Kafka tahu kekuatan sihir dalam setiap celah itu sedang mencoba menahan dan melawan serangan Hakya.Brrrukk!Kemudian area tambang itu benar-benar hancur dan seketika bau terbakar yang menyengat, padahal tidak ada api yang membakar tempat itu. Dan ternyata Hakya membakar kekuatan sihir jahat itu dengan ilmunya. Dan tidak ada yang bisa melihat kebakaran itu, namun mereka semua bisa mencium baunya.“Siapa kamu sebenarnya, Hakya?” tanya Kafka dengan bibir yang bergetar, karena dia tidak menyangka kalau Hakya bisa mengalahkan kekuatan jahat itu. Dari semua anggota ilmu hitam, hanya Kafka yang paham asal bau terbakar itu. Dia tahu saat ini kekuatan sihir yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam sudah lenyap dan tidak bersisa. Sehingga mereka se

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kurung Mereka!

    "Antarkan mereka ke keluarganya!" ujar Hakya kemudian memerintahkan kepada anggotanya untuk mengantarkan beberapa orang yang masih hidup untuk kembali ke keluarganya."Pengikatnya?" tanya Hofat kemudian, karena mereka melihat kalau semua orang itu masih terikat oleh sihir Hakya. Dan pastinya tidak akan ada yang bisa melepaskannya kecuali Hakya."Kalau begitu tidak jadi, kita kurungkan saja mereka di suatu tempat. Kecuali mertua saya, tolong antarkan dia kembali ke rumahnya dan biarkan pengikatnya disana agar dia tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Hakya lagi.Kafka terbelalak mendengar apa yang dikatakan oleh Hakya. Kalau dia pulang dengan keadaan seperti ini, dia takut Ratu akan mendatanginya dan membunuhnya, sedangkan dia tidak bisa berbuat apa-apa."Lepaskan ikatan kakiku, Hakya!" teriak Kafka dan berusaha untuk memberontak sembari menahan dingin yang terus saja menggerogoti tulang-tulangnya sehingga persendiannya terasa sangat ngilu."Jangan di paksa, talinya sangat tajam. Lihatlah

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Berita Menyebar

    “Tidak ada seorangpun yang bisa membatalkan perjanjian dengan orang lain. Saya rasa ayah mertua paham akan hal itu,” jawab Hakya sambil tersenyum.“Jangan bertele-tele, saya banyak tahu mengenai istana ilmu hitam,” ujar Kafka lagi.Hakya hanya menggeleng mendengar apa yang dikatakan oleh Kafka. Dia sangat tahu akan bulus mertuanya itu, pastinya mertuanya akan mencari cara agar dia bisa dilepaskan oleh Hakya.“Apa yang bisa kami percaya dengan yang kalian ucapkan? Karena kami sudah sangat biasa dikhianati oleh anak buah ilmu hitam. Bahkan mereka mempengaruhi para pemuda yang ikut latihan bersama kami, dan menjadi pengkhianat. Sayangnya mereka masih kecil sehingga mereka tidak bisa memutuskan kapan waktu yang tepat buat menjalankan aksi,” ujar hakya kemudian.Kafka hanya menunduk, karena dia tahu ada beberapa anak yang katanya ikut berlatih di kaki bukit tunggal mereka jadikan umpan sebagai informan untuk Ratu Ilmu Hitam. Namun, Kafka tidak tahu kalau guru mereka adalah Hakya, menantuny

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kita Butuh Istirahat!

    “Tapi, anggota kita sepertinya butuh istirahat, Guru,” ujar Hofat memberikan masukannya.Hakya melihat ke arah para anggotanya yang tampaknya sangat kelelahan setelah bertarung dengan ribuan anggota ilmu hitam.Akhirnya Hakya hanya bisa menganggukkan kepalanya dan dia tidak akan menyiksa anggotanya seperti ini. Dia paham kalau dia memiliki anggota yang terbatas, untuk menambah anggota itu juga tidak memungkinkan. Mereka tidak bisa menunda dalam waktu yang terlalu lama menyerang istana.“Kita kembali ke kaki bukit dan beristirahat sebanyak waktu yang dibutuhkan. Tapi, kita jangan terlalu lama. Dan minta tolong kepada orang-orang yang baru saja di bebaskan dari tambang itu untuk tidak menceritakan semuanya sampai kita menyerang istana ilmu hitam. Karena kita tidak mau rencana kita gagal hanya karena mereka yang tidak bisa menahan kebahagiaannya.”Hakya kembali memberikan perintah kepada para anggotanya itu, dan mereka kembali ke kaki bukit dengan semangat meskipun tubuh mereka sangat le

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Ilmu Menyamarkan Tubuh

    “Semua siap?” tanya Hakya saat semua anggota pelatihan berbaris dengan rapi untuk menerima ilmu yang terakhir yang akan diajarkan oleh Hakya.Mereka sudah memutuskan akan menyerang istana kekuasaan ilmu hitam dua hari lagi. Dan sambil berlatih tipis juga istirahat yang cukup untuk menjaga stamina mereka nantinya,Hakya dan yang lainnya paham, mereka akan bekerja lebih keras saat menyerang istana, karena pastinya penjaga istana ada ribuan bahkan tidak terhitung dan juga berbentuk berbagai macam, manusia ataupun iblis.Dan juga kekuatan sihir pastinya akan sangat kuat di istana. Apalagi saat ini rumor mengenai kemenangan mereka menutup pertambangan itu sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Bahkan menurut salah satu informan Hakya, kalau saat ini anak buah ilmu hitam semakin sering mondar mandir mereka sedang mencari beberapa orang yang menjadi tahanan Hakya dan timnya.Hakya tidak khawatir, karena mereka tidak akan bisa menemukan mereka. Di seluruh penjagaannya Hakya sudah meletakkan es

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Iblis Terkuat!

    Ciaaat!Whust! Wuuuuuuussst!Angin itu bertiup semakin kencang, pohon-pohon di pinggir bukit itu tampak meliuk-liuk dengan kencang. Meskipun jauh dari tempat lapangan latihan, namun angin dan baunya sangat menyengat."Mereka mengepung bukit ini, tapi merek tidak bisa masuk karena sudah diperkuat penjagaannya. Mereka pastinya sengaja menyerang kita terlebih dahulu. Mereka ingin mempermainkan kita dan akan membuat kita kelelahan," ujar Hakya kepada seluruh anggotanya."Terus, apa yang bisa kita lakukan?" tanya Hofat."Terpaksa rencana kita majukan. Kita akan kalahkan mereka saat ini, dan setelah ini kita menyerang ke istana. Bagaimana, kalian siap?" tanya Hakya kepada semua muridnya itu.Hakya tahu saat ini mereka tidak memiliki waktu lagi. Mereka harus memajukan rencana awal karena pastinya kalau mereka menunggu besok, para iblis itu akan terus berdatangan. Dan kesempatan mereka menyerang istana ilmu hitam akan hilang. Akhirnya Ratu dan para pengikut yang lainnya memiliki kesempatan u

Bab terbaru

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

DMCA.com Protection Status