“Tapi, anggota kita sepertinya butuh istirahat, Guru,” ujar Hofat memberikan masukannya.Hakya melihat ke arah para anggotanya yang tampaknya sangat kelelahan setelah bertarung dengan ribuan anggota ilmu hitam.Akhirnya Hakya hanya bisa menganggukkan kepalanya dan dia tidak akan menyiksa anggotanya seperti ini. Dia paham kalau dia memiliki anggota yang terbatas, untuk menambah anggota itu juga tidak memungkinkan. Mereka tidak bisa menunda dalam waktu yang terlalu lama menyerang istana.“Kita kembali ke kaki bukit dan beristirahat sebanyak waktu yang dibutuhkan. Tapi, kita jangan terlalu lama. Dan minta tolong kepada orang-orang yang baru saja di bebaskan dari tambang itu untuk tidak menceritakan semuanya sampai kita menyerang istana ilmu hitam. Karena kita tidak mau rencana kita gagal hanya karena mereka yang tidak bisa menahan kebahagiaannya.”Hakya kembali memberikan perintah kepada para anggotanya itu, dan mereka kembali ke kaki bukit dengan semangat meskipun tubuh mereka sangat le
“Semua siap?” tanya Hakya saat semua anggota pelatihan berbaris dengan rapi untuk menerima ilmu yang terakhir yang akan diajarkan oleh Hakya.Mereka sudah memutuskan akan menyerang istana kekuasaan ilmu hitam dua hari lagi. Dan sambil berlatih tipis juga istirahat yang cukup untuk menjaga stamina mereka nantinya,Hakya dan yang lainnya paham, mereka akan bekerja lebih keras saat menyerang istana, karena pastinya penjaga istana ada ribuan bahkan tidak terhitung dan juga berbentuk berbagai macam, manusia ataupun iblis.Dan juga kekuatan sihir pastinya akan sangat kuat di istana. Apalagi saat ini rumor mengenai kemenangan mereka menutup pertambangan itu sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Bahkan menurut salah satu informan Hakya, kalau saat ini anak buah ilmu hitam semakin sering mondar mandir mereka sedang mencari beberapa orang yang menjadi tahanan Hakya dan timnya.Hakya tidak khawatir, karena mereka tidak akan bisa menemukan mereka. Di seluruh penjagaannya Hakya sudah meletakkan es
Ciaaat!Whust! Wuuuuuuussst!Angin itu bertiup semakin kencang, pohon-pohon di pinggir bukit itu tampak meliuk-liuk dengan kencang. Meskipun jauh dari tempat lapangan latihan, namun angin dan baunya sangat menyengat."Mereka mengepung bukit ini, tapi merek tidak bisa masuk karena sudah diperkuat penjagaannya. Mereka pastinya sengaja menyerang kita terlebih dahulu. Mereka ingin mempermainkan kita dan akan membuat kita kelelahan," ujar Hakya kepada seluruh anggotanya."Terus, apa yang bisa kita lakukan?" tanya Hofat."Terpaksa rencana kita majukan. Kita akan kalahkan mereka saat ini, dan setelah ini kita menyerang ke istana. Bagaimana, kalian siap?" tanya Hakya kepada semua muridnya itu.Hakya tahu saat ini mereka tidak memiliki waktu lagi. Mereka harus memajukan rencana awal karena pastinya kalau mereka menunggu besok, para iblis itu akan terus berdatangan. Dan kesempatan mereka menyerang istana ilmu hitam akan hilang. Akhirnya Ratu dan para pengikut yang lainnya memiliki kesempatan u
Bruuuk!!"Aaaarrght!"Tubuh iblis yang mengaku sebagai iblis terkuat itu ambruk ke tanah. Diiringi dengan lolongan panjang kesakitan, tubuh itu tiba-tiba terbakar. Dan abunya beterbangan tertiup angin.Melihat iblis terkuat itu kalah melawan Hakya, para pengikutnya yang lain ketakutan dan berusaha untuk kabur. Mereka tahu bakal kalah dan mati, sehingga berlarian mundur ke belakang untuk meninggalkan bukit tunggal itu."Mau kemana kalian? Tidak ada yang boleh pergi dalam keadaan hidup!" teriak Hakya sembari mengeluarkan tali cahaya dengan sangat cepat dan melemparkan ke arah mereka.Uwwwing!Buk! Buk!Satu persatu terjatuh karena tali yang mengikat kali mereka, sehingga mereka tidak bisa kabur.Anggota yang lainnya segera mengumpulkan mereka di sebuah lingkaran yang sudah dibuatkan Hakya.Namun, kali ini Hakya tidak akan membiarkan mereka hidup. Karena mereka adalah iblis yang jahat dan harus di musnahkan."Ada yang lolos?" tanya Hakya saat melihat sekumpulan iblis dengan berbagai ben
“Satu!”“Dua!”“Tiga!”“Seraang!”Hakya memberikan aba-aba kepada semua anggotanya saat mereka sudah tiba di depan istana ilmu hitam. Mereka akhirnya sudah tiba di istana itu dengan aman berkat bantuan pak Danto yang menunjukkan jalan yang aman kepada mereka.Dan sebelum meminta kepada para anggota untuk menyerang, Hakya juga sudah membatasi istana itu seperti dia membatasi area pertambangan. Agar tidak ada seorangpun yang bisa kabur dari tempat itu.“Semua sudah aman, mereka akan kita habisi dengan tuntas. Termasuk Ratu dan pangeran, jangan sampai mereka kabur dari istana!”“Dan pak Danto, tunjukkan kepada saya dimana kediaman Ratu, karena saya yang akan bertanggung jawab untuk melenyapkan Ratu,” ujar Hakya meminta kepada pak Danto agar membantunya menunjukkan dimana tempat tinggal Ratu.Hakya tidak akan membiarkan Ratu berhasil kabur dari tempat itu. Dan dia tidak akan membiarkan orang seperti Ratu untuk hidup dan menikmati kehidupannya dengan memanfaatkan manusia lainnya.“Kamu lew
"Apa yang kau lakukan?!"Terdengar suara menggema dari dalam ruangan itu dan terlihat seorang perempuan berjalan dengan anggun, kemudian mengeluarkan jurusnya dan menahan batu es itu agar tidak masuk ke dalam mulut naga.Hakya tersenyum, akhirnya dia berhasil membuat Ratu keluar dari sarangnya. Dan sepertinya dia didampingi oleh Pangeran yang berjalan di sisinya."Akhirnya keduanya langsung menunjukkan batang hidungnya," gumam Hakya dalam hatinya. Sementara itu Hakya terus mendorong batu es itu dengan sedikit santai, namun tampak Ratu cukup sibuk menepis batu es itu. Dan entah mengapa bisa Ratu begitu sayang dengan Naga itu.Ciaaat!Ratu mengeluarkan jurus api dan menyerang ke adah Hakya. Bola api yang begitu besar menggelinding dan membuat goncangan kembali terjadi di seluruh istana itu.Hakya mengumpulkan energinya dan menangkap bola api itu dengan kekuatan es nya dan menyimpannya dalam sebuah perangkap."Itu hanya permulaan!" ujar Ratu kesal saat melihat Hakya menangkap bola api t
"Jangan biarkan dia keluar dari tempat ini dengan hidup-hidup!" teriak Ratu lagi."Hahaha…, justru itu adalah kata-kata yang tepat buat Kalian! Karena saya tidak akan membiarkan satupun makhluk pengikutmu hidup!" jawab Hakya."Sombong sekali! Apa kalian tidak sadar dimana tempat kalian saat ini? Kalian berada di istana kami yani dipenuhi dengan sihir dan penjaga tak kasat mata!" Ratu tidak mau kalah dengan Hakya.Dan wajar kalau Ratu merasa sombong dan percaya diri. Karena memang dia yang paling tahu seluk beluk istananya, dia yakin dengan jumlah pasukan yang Hakya bawa, maka Hakya tidak akan bisa mengalahkan mereka. Apalagi kalau Ratu Ilmu Hitam melihat kalau semua anggota Hakya memiliki energi yang biasa saja, berbeda dengan semua anak buahnya yang memiliki energi yang kuat dan ilmu yang tiada tanding. Bahkan anak buahnya kebanyakan berasal dari bangsa iblis.Namun, satu hal yang mengganggu pikiran Ratu adalah Hakya. Karena Hakya memiliki energi yang sangat kuat dan berbahaya. Apala
Aaarggght!Naga besar itu berteriak kesakitan, dan kemudian meledak menjadi abu yang beterbangan di dalam istana itu dan membuat semua orang tampak terbatuk-batuk karena abu itu berbau yang sangat menyengat.Uhuk! Uhuk!Bahkan Ratu Ilmu Hitam juga terbatuk karena tidak bisa menahan bau dan abu yang beterbangan sebanyak itu.“Satu persatu anggota dan anak buahmu akan berakhir seperti naga yang kau katakan sangat kuat itu!” teriak Hakya kepada Ratu sambil tertawa.“Naga itu lemah, makanya kau bisa dengan mudahnya menghancurkannya. Dan aku sengaja tidak membantunya, karena aku sudah muak dengan naga yang sudah tua!” jawab Ratu dengan tertawa tergelak.“Jadi, jangan sombong. Karena masih banyak yang lain yang lebih kuat dari naga lemah itu!” teriak Ratu Ilmu Hitam dan bersiul. Kemudian keluar dari dalam istana beberapa harimau besar dengan mata menyala. Dan penuh dengan kekuatan sihir yang begitu kuat.Hakya hanya bisa menghela nafas berat melihat hal itu.“Ternyata memang benar rumor yan
"Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men
"Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem
“Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak
Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang
“Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?
“Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b
“Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai
“Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me
Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab