"Aku hanya sebentar saja, Kanaya. Aku ingin mengambil tanaman tersebut untuk dijadikan obat," ujar Hakya memohon kepada Kanaya."Kamu tega meninggalkan aku sendiri di sini hanya demi obat tersebut? Kamu tidak tahu betapa takutnya aku seorang diri di sini, Hakya. Lebih baik aku turun saja ke bawah," ucap Kanaya pelan.Kanaya bener-bener merasa kesal mendengar Hakya yang ingin mengambil sebuah pohon yang hanya tumbuh di perbukitan di sebelah utara. Dan meskipun membawa bibitnya ke bukit mereka, tanaman itu tidak akan tumbuh. Makanya, Hakya harus kesana untuk mengambil tanaman itu."Obat ini begitu penting untuk kelangsungan hidup kita, Kanaya, dan juga untuk kelangsungan bumi. Jadi, aku harus segera mendapatkan obat tersebut," jawab Hakya masih memohon agar Kanaya terbuka hatinya untuk mengizinkan Hakya pergi ke bukit sebelah.Kanaya tampak memandang tajam ke arah Hakya. dia penasaran sebenarnya obat itu adalah obat apa. Kenapa begitu berpengaruh terhadap mereka dan juga kehidupan merek
"Kamu jangan bercanda, Hakya," ujar Kanya kepada sang suami, Kanaya tidak tahu apa maksud dari Hakya mengatakan hal demikian.Apakah ini sebagai taktik Hakya yang ingin dia diizinkan pergi, sehingga berbagai cara Hakya lakukan agar Kanaya mengizinkannya pergi ke bukit utara.Hakay memegang tangan Kanaya dengan erat dan menarik nafas berat, Hakya mencoba untuk menjelaskan kepada Kanaya mengenai apa yang memang seharusnya dia lakukan."Aku tidak pernah bercanda, Kanaya. Memang seperti itu keadaannya, keadaan bumi ini tergantung dengan kita saat ini. Bagaimana cara kita untuk membuat bumi ini segera pulih kembali.""Dewa kehidupan akan menarik kemarahannya jika kamu sudah hamil," jawab Hakya kepada Kanaya.Dia mencoba memberikan penjelasan kepada sang istri mengenai keadaan bumi saat ini, Hakya tidak pernah berbohong keadaan bumi memang tergantung dari mereka berdua saat ini. Apakah mereka akan segera mengakhiri penderitaan bumi ataukah mereka akan membiarkan bumi dalam keadaan menderit
"Itulah yang sedang aku usahakan sekarang, Kanaya. Aku ingin mengobati rahim kamu yang meminum obat penggugur kandungan dan juga pengering rahim yang diberikan oleh ibu.""Aku ingin kamu bisa hamil dan kita bisa memperbaiki keadaan dunia," ujar Hakya sambil menatap mata Kanaya.Mendengar hal itu Kanaya tampak terbelalak, dia tidak menyangka ternyata Hakya tahu kalau yang memberikan ramuan tersebut kepadanya adalah ibunya sendiri, padahal selama ini Kanaya menutupi dari Hakya. Dia tidak ingin membuat Hakya marah kepada ibunya. Namun, ternyata semua hal yang ditutupi dari Hakya tidak akan bisa, karena ternyata Hakya memang adalah keturunan Dewa."Jadi kamu tahu siapa yang memberikan ramuan itu kepadaku?" tanya Kanaya dengan suara yang gugup bahkan matanya tidak berani menatap mata Hakya.Hakya hanya mengangguk dan tersenyum sembari mengelus kepala Kanaya."Aku tahu. Bahkan aku mendengar secara langsung dari mulut mereka dan aku mencari tahu ramuan apa yang diberikan.""Setelah aku mende
"Apa kamu serius, Kanaya?" tanya Hakya kepada Kanaya.Hakya merasa begitu surprise ketika Kanaya memintanya untuk pergi ke utara.Kanaya tampak mengangguk, kali ini dia akan menurunkan egonya dengan memberikan izin kepada Hakya untuk pergi ke utara.Kanaya yakin kalau Hakya tidak akan lama, karena Kanaya begitu yakin dari mata Hakya tidak akan berbohong, sangat terlihat kalau Hakya sedang mengkhawatirkan keadaan bumi ini.Dan Hakya sangat berharap Kanaya memahaminya dan bisa memberikan keturunan."Iya, aku serius. Pergilah ke utara dan segera ambil tanaman tersebut. Buatlah ramuan untukku, aku akan rutin meminum obat itu," ujar Kanaya pelan.Hakya segera bergegas, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Kanaya tersebut. Karena dia tahu kesempatan tidak akan datang dua kali, Kanaya sudah memberikan izin seperti itu."Aku titipkan kamu kepada dewa yang menjaga kamu di atas bukit ini sampai aku kembali. Aku hanya akan pergi sementara mencari tanaman tersebut," ujar
"Hei! Jangan menghalangi jalanku! Kau mau mati?!" teriak seseorang mendorong tubuh Hakya, ketika telah tiba di tempat kerumunan tersebut.Hakya hanya mengangguk dan memberikan jalan kepada pria berbadan besar tersebut untuk lebih maju, dan Hakya belum tahu apa yang terjadi pada kerumunan tersebut. Kenapa semua orang tampaknya berebutan. Bahkan mereka membayar beberapa jumlah uang.Lagi-lagi Hakya mencoba bertanya kepada orang-orang, namun mereka sibuk untuk menerobos kerumunan, agar mendapat urutan paling depan. Mereka tidak ada yang peduli dengan pertanyaan Hakya, mereka lebih mementingkan apa yang ada di depan sana.Setelah beberapa saat ngantri, baru Hakya tahu kalau di situ ada mata air yang mengalir. Namun, dengan aliran yang sangat kecil dan itu diperjualbelikan oleh anggota dari Ratu Ilmu Hitam.Mereka menjual dengan harga yang sangat mahal. Bahkan mereka bisa ditukarkan dengan benda-benda berharga lainnya untuk mendapatkan air tersebut, Hakya mundur beberapa langkah. Dia menge
"Kau tidak perlu bertanya siapa aku! Cukup turuti saja apa yang aku katakan tadi, karena kalian tahu jika dewa sudah murka karena ketamakan kalian seperti ini, dunia akan semakin hancur dan kalian juga yang akan merasakan akibatnya!" ujar Hakya kemudian."Hahaha….""Memangnya kau ini siapa, bisa tahu apa yang akan dewa lakukan kepada dunia ini? Dan apakah kau bukan manusia? Hanya kami saja yang merasakan akibatnya? Sudahlah kau itu hanyalah sampah yang tidak berguna, sebaiknya pergilah dari tempat ini! Jangan mengganggu apa yang sedang kami lakukan!" ujar salah seorang dari mereka yang tampak maju dan akan menghajar Hakya."Aku tidak akan diam saja melihat ketidakadilan yang ada di muka bumi ini! Kalian tahu kenapa dewa memberikan kalian kehidupan yang begitu keras seperti ini? Itu karena kalian terlalu tamak dan serakah hidup di dunia ini, sebaiknya kalian dewasalah dalam bertindak. Gunakan empati kalian.""Dewa memberikan mata air yang masih mengalir agar bisa dinikmati oleh seluruh
"Ciaaaat!"Mereka mulai menyerang Hakya, ternyata banyak sekali anak buah mereka yang tidak terlihat tiba-tiba muncul untuk menyerang Hakya seorang diri. Mereka benar-benar tidak bisa bertarung secara sendiri-sendiri, berkelompok dan menyerang secara bergerombol.Hakya menghadapi mereka hanya dengan sebuah senyuman.Kemudian Hakya mulai menghadapi mereka dengan kekuatan yang dimiliki, sehingga beberapa dari mereka jatuh terjengkang ke belakang ketika Hakya mulai menggunakan kekuatannya."Sudah aku katakan jangan bermain-main denganku, karena tangan aku begitu gatal jika ada yang mengajakku bermain," ujar Hakya sambil tersenyum.Bahkan para penduduk yang tadinya hanya melihat pertandingan tersebut perlahan-lahan mulai turun dan mulai mencoba untuk membantu Hakya, ketika melihat perjuangan Hakya seperti itu, mereka sadar kalau Hakya tidak main-main untuk menyelamatkan mereka.Hakya benar-benar sedang berjuang untuk rakyat yang kesusahan."Bersiap bersiaplah mati, anak muda! Sekali ini e
"Sudah berapa banyak nyawa yang telah berakhir di tangan kalian?" tanya Hakya santai dan menghentikan langkahnya melihat beberapa orang yang memang sudah siap untuk menyerang, bahkan kilatan pedang dan busur panah tepat berada di depan mata Hakya.Mungkin mereka berpikir pasti akan bisa membunuh Hakya dengan senjata yang cukup seperti itu. Sedangkan Hakya hanya memiliki sebuah pedang panjang yang dia bawa ketika dia pergi ke bukit utara."Tidak perlu tahu seberapa banyak nyawa orang yang sudah berakhir di ujung pedang dan panah kami yang kami. Yang penting sekarang adalah nyawa kamu untuk mengasah dan membuat pedang ini semakin berkilau," ujar salah satu dari mereka yang berdiri paling depan.Hakya hanya tersenyum ketika mendengar apa yang disampaikan oleh orang tersebut, dia bahkan tidak gentar sedikitpun dengan apa yang mereka ancam itu.Hakya bahkan tidak menarik pedang dari sarungnya, Hakya hanya menghentikan langkahnya dan memandang satu persatu orang yang berada di hadapannya te