Share

Cahaya Kehidupan

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sudahlah Kanaya, jangan dipikirkan dan jangan terlalu berburuk sangka. Kan anak buah Ratu Ilmu Hitam bukan cuman Ayah, banyak anak buahnya yang lainnya kemungkinan ini anak buah Ratu yang lainnya. Kita berdoa saja ini bukanlah anak buah ayah," ujar Hakya menenangkan hati sang istri.

Walaupun sebenarnya Hakya tahu, siapa lagi yang melakukan itu kalau bukan anak buah dari ayah mertuanya itu.

Kanaya hanya diam dan tampak menerawang. Dia sedang berpikir itu pastilah anak buah ayahnya, karena sungguh hal yang aneh ayahnya memiliki begitu banyak harta sedangkan selama ini Kanaya tidak tahu sebenarnya apa pekerjaan ayahnya, selain memiliki toko yang dikelola mereka di rumah.

"Aku tidak habis pikir kenapa ayah bisa melakukan hal-hal seperti ini. Bukannya Ayah menolong orang lain yang kesusahan, malah Ayah yang berbuat seperti itu kepada orang lain, membuat orang lain kesusahan," ucap Kanaya kemudian.

Hakya mengelus kepala Kanaya dan kembali menenangkan hati sang istri dengan mengatakan itu b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Perintah Dewa

    "Tidak ada cara lain selain kalian harus berusaha," jawab Dewa dengan suara yang menggema di gendang telinga Hakya.Hakya mendengar suara Dewa tersebut tanpa mengenyitkan keningnya, dia masih belum mengerti apa maksudnya berusaha yang disampaikan oleh Dewa tersebut."Maaf, Dewa. Apa maksud dari kami harus berusaha," ganya Hakya kepada dewa."Kanaya harus melahirkanlah kembali satu orang anak untuk memulihkan keadaan bumi, dan jagalah jangan sampai anak tersebut kenapa-napa," ujar Dewa yang kemudian menghilang setelah mengatakan demikian.Hakya membuka matanya setelah merasakan hawa di dalam kamar tersebut sudah seperti biasanya, itu artinya Dewa sudah pergi.Dewa menatap keluar jendela dan melihat langit yang gelap."kami harus berusaha," gumam Hakya mengulang kembali apa yang disampaikan oleh Dewa tersebut.Hakya tahu permintaan Dewa tidaklah susah ataupun tidaklah aneh, semua itu biasa saja dan mungkin itu adalah hal yang lumrah mengingat Hakya dan Kanaya juga merupakan sepasang sua

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Apa Hubungan dengan Anak Kita?

    "Aku hanya sebentar saja, Kanaya. Aku ingin mengambil tanaman tersebut untuk dijadikan obat," ujar Hakya memohon kepada Kanaya."Kamu tega meninggalkan aku sendiri di sini hanya demi obat tersebut? Kamu tidak tahu betapa takutnya aku seorang diri di sini, Hakya. Lebih baik aku turun saja ke bawah," ucap Kanaya pelan.Kanaya bener-bener merasa kesal mendengar Hakya yang ingin mengambil sebuah pohon yang hanya tumbuh di perbukitan di sebelah utara. Dan meskipun membawa bibitnya ke bukit mereka, tanaman itu tidak akan tumbuh. Makanya, Hakya harus kesana untuk mengambil tanaman itu."Obat ini begitu penting untuk kelangsungan hidup kita, Kanaya, dan juga untuk kelangsungan bumi. Jadi, aku harus segera mendapatkan obat tersebut," jawab Hakya masih memohon agar Kanaya terbuka hatinya untuk mengizinkan Hakya pergi ke bukit sebelah.Kanaya tampak memandang tajam ke arah Hakya. dia penasaran sebenarnya obat itu adalah obat apa. Kenapa begitu berpengaruh terhadap mereka dan juga kehidupan merek

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Aku adalah Keturunan Dewa!

    "Kamu jangan bercanda, Hakya," ujar Kanya kepada sang suami, Kanaya tidak tahu apa maksud dari Hakya mengatakan hal demikian.Apakah ini sebagai taktik Hakya yang ingin dia diizinkan pergi, sehingga berbagai cara Hakya lakukan agar Kanaya mengizinkannya pergi ke bukit utara.Hakay memegang tangan Kanaya dengan erat dan menarik nafas berat, Hakya mencoba untuk menjelaskan kepada Kanaya mengenai apa yang memang seharusnya dia lakukan."Aku tidak pernah bercanda, Kanaya. Memang seperti itu keadaannya, keadaan bumi ini tergantung dengan kita saat ini. Bagaimana cara kita untuk membuat bumi ini segera pulih kembali.""Dewa kehidupan akan menarik kemarahannya jika kamu sudah hamil," jawab Hakya kepada Kanaya.Dia mencoba memberikan penjelasan kepada sang istri mengenai keadaan bumi saat ini, Hakya tidak pernah berbohong keadaan bumi memang tergantung dari mereka berdua saat ini. Apakah mereka akan segera mengakhiri penderitaan bumi ataukah mereka akan membiarkan bumi dalam keadaan menderit

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Pergilah ke Utara

    "Itulah yang sedang aku usahakan sekarang, Kanaya. Aku ingin mengobati rahim kamu yang meminum obat penggugur kandungan dan juga pengering rahim yang diberikan oleh ibu.""Aku ingin kamu bisa hamil dan kita bisa memperbaiki keadaan dunia," ujar Hakya sambil menatap mata Kanaya.Mendengar hal itu Kanaya tampak terbelalak, dia tidak menyangka ternyata Hakya tahu kalau yang memberikan ramuan tersebut kepadanya adalah ibunya sendiri, padahal selama ini Kanaya menutupi dari Hakya. Dia tidak ingin membuat Hakya marah kepada ibunya. Namun, ternyata semua hal yang ditutupi dari Hakya tidak akan bisa, karena ternyata Hakya memang adalah keturunan Dewa."Jadi kamu tahu siapa yang memberikan ramuan itu kepadaku?" tanya Kanaya dengan suara yang gugup bahkan matanya tidak berani menatap mata Hakya.Hakya hanya mengangguk dan tersenyum sembari mengelus kepala Kanaya."Aku tahu. Bahkan aku mendengar secara langsung dari mulut mereka dan aku mencari tahu ramuan apa yang diberikan.""Setelah aku mende

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Semua Orang Seperti Hantu

    "Apa kamu serius, Kanaya?" tanya Hakya kepada Kanaya.Hakya merasa begitu surprise ketika Kanaya memintanya untuk pergi ke utara.Kanaya tampak mengangguk, kali ini dia akan menurunkan egonya dengan memberikan izin kepada Hakya untuk pergi ke utara.Kanaya yakin kalau Hakya tidak akan lama, karena Kanaya begitu yakin dari mata Hakya tidak akan berbohong, sangat terlihat kalau Hakya sedang mengkhawatirkan keadaan bumi ini.Dan Hakya sangat berharap Kanaya memahaminya dan bisa memberikan keturunan."Iya, aku serius. Pergilah ke utara dan segera ambil tanaman tersebut. Buatlah ramuan untukku, aku akan rutin meminum obat itu," ujar Kanaya pelan.Hakya segera bergegas, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Kanaya tersebut. Karena dia tahu kesempatan tidak akan datang dua kali, Kanaya sudah memberikan izin seperti itu."Aku titipkan kamu kepada dewa yang menjaga kamu di atas bukit ini sampai aku kembali. Aku hanya akan pergi sementara mencari tanaman tersebut," ujar

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kalian, Bubar!

    "Hei! Jangan menghalangi jalanku! Kau mau mati?!" teriak seseorang mendorong tubuh Hakya, ketika telah tiba di tempat kerumunan tersebut.Hakya hanya mengangguk dan memberikan jalan kepada pria berbadan besar tersebut untuk lebih maju, dan Hakya belum tahu apa yang terjadi pada kerumunan tersebut. Kenapa semua orang tampaknya berebutan. Bahkan mereka membayar beberapa jumlah uang.Lagi-lagi Hakya mencoba bertanya kepada orang-orang, namun mereka sibuk untuk menerobos kerumunan, agar mendapat urutan paling depan. Mereka tidak ada yang peduli dengan pertanyaan Hakya, mereka lebih mementingkan apa yang ada di depan sana.Setelah beberapa saat ngantri, baru Hakya tahu kalau di situ ada mata air yang mengalir. Namun, dengan aliran yang sangat kecil dan itu diperjualbelikan oleh anggota dari Ratu Ilmu Hitam.Mereka menjual dengan harga yang sangat mahal. Bahkan mereka bisa ditukarkan dengan benda-benda berharga lainnya untuk mendapatkan air tersebut, Hakya mundur beberapa langkah. Dia menge

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Aku Tidak Takut!

    "Kau tidak perlu bertanya siapa aku! Cukup turuti saja apa yang aku katakan tadi, karena kalian tahu jika dewa sudah murka karena ketamakan kalian seperti ini, dunia akan semakin hancur dan kalian juga yang akan merasakan akibatnya!" ujar Hakya kemudian."Hahaha….""Memangnya kau ini siapa, bisa tahu apa yang akan dewa lakukan kepada dunia ini? Dan apakah kau bukan manusia? Hanya kami saja yang merasakan akibatnya? Sudahlah kau itu hanyalah sampah yang tidak berguna, sebaiknya pergilah dari tempat ini! Jangan mengganggu apa yang sedang kami lakukan!" ujar salah seorang dari mereka yang tampak maju dan akan menghajar Hakya."Aku tidak akan diam saja melihat ketidakadilan yang ada di muka bumi ini! Kalian tahu kenapa dewa memberikan kalian kehidupan yang begitu keras seperti ini? Itu karena kalian terlalu tamak dan serakah hidup di dunia ini, sebaiknya kalian dewasalah dalam bertindak. Gunakan empati kalian.""Dewa memberikan mata air yang masih mengalir agar bisa dinikmati oleh seluruh

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Dia Adalah Pahlawan!

    "Ciaaaat!"Mereka mulai menyerang Hakya, ternyata banyak sekali anak buah mereka yang tidak terlihat tiba-tiba muncul untuk menyerang Hakya seorang diri. Mereka benar-benar tidak bisa bertarung secara sendiri-sendiri, berkelompok dan menyerang secara bergerombol.Hakya menghadapi mereka hanya dengan sebuah senyuman.Kemudian Hakya mulai menghadapi mereka dengan kekuatan yang dimiliki, sehingga beberapa dari mereka jatuh terjengkang ke belakang ketika Hakya mulai menggunakan kekuatannya."Sudah aku katakan jangan bermain-main denganku, karena tangan aku begitu gatal jika ada yang mengajakku bermain," ujar Hakya sambil tersenyum.Bahkan para penduduk yang tadinya hanya melihat pertandingan tersebut perlahan-lahan mulai turun dan mulai mencoba untuk membantu Hakya, ketika melihat perjuangan Hakya seperti itu, mereka sadar kalau Hakya tidak main-main untuk menyelamatkan mereka.Hakya benar-benar sedang berjuang untuk rakyat yang kesusahan."Bersiap bersiaplah mati, anak muda! Sekali ini e

Bab terbaru

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

DMCA.com Protection Status