Share

Kalian, Bubar!

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Hei! Jangan menghalangi jalanku! Kau mau mati?!" teriak seseorang mendorong tubuh Hakya, ketika telah tiba di tempat kerumunan tersebut.

Hakya hanya mengangguk dan memberikan jalan kepada pria berbadan besar tersebut untuk lebih maju, dan Hakya belum tahu apa yang terjadi pada kerumunan tersebut. Kenapa semua orang tampaknya berebutan. Bahkan mereka membayar beberapa jumlah uang.

Lagi-lagi Hakya mencoba bertanya kepada orang-orang, namun mereka sibuk untuk menerobos kerumunan, agar mendapat urutan paling depan. Mereka tidak ada yang peduli dengan pertanyaan Hakya, mereka lebih mementingkan apa yang ada di depan sana.

Setelah beberapa saat ngantri, baru Hakya tahu kalau di situ ada mata air yang mengalir. Namun, dengan aliran yang sangat kecil dan itu diperjualbelikan oleh anggota dari Ratu Ilmu Hitam.

Mereka menjual dengan harga yang sangat mahal. Bahkan mereka bisa ditukarkan dengan benda-benda berharga lainnya untuk mendapatkan air tersebut, Hakya mundur beberapa langkah. Dia menge
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Aku Tidak Takut!

    "Kau tidak perlu bertanya siapa aku! Cukup turuti saja apa yang aku katakan tadi, karena kalian tahu jika dewa sudah murka karena ketamakan kalian seperti ini, dunia akan semakin hancur dan kalian juga yang akan merasakan akibatnya!" ujar Hakya kemudian."Hahaha….""Memangnya kau ini siapa, bisa tahu apa yang akan dewa lakukan kepada dunia ini? Dan apakah kau bukan manusia? Hanya kami saja yang merasakan akibatnya? Sudahlah kau itu hanyalah sampah yang tidak berguna, sebaiknya pergilah dari tempat ini! Jangan mengganggu apa yang sedang kami lakukan!" ujar salah seorang dari mereka yang tampak maju dan akan menghajar Hakya."Aku tidak akan diam saja melihat ketidakadilan yang ada di muka bumi ini! Kalian tahu kenapa dewa memberikan kalian kehidupan yang begitu keras seperti ini? Itu karena kalian terlalu tamak dan serakah hidup di dunia ini, sebaiknya kalian dewasalah dalam bertindak. Gunakan empati kalian.""Dewa memberikan mata air yang masih mengalir agar bisa dinikmati oleh seluruh

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Dia Adalah Pahlawan!

    "Ciaaaat!"Mereka mulai menyerang Hakya, ternyata banyak sekali anak buah mereka yang tidak terlihat tiba-tiba muncul untuk menyerang Hakya seorang diri. Mereka benar-benar tidak bisa bertarung secara sendiri-sendiri, berkelompok dan menyerang secara bergerombol.Hakya menghadapi mereka hanya dengan sebuah senyuman.Kemudian Hakya mulai menghadapi mereka dengan kekuatan yang dimiliki, sehingga beberapa dari mereka jatuh terjengkang ke belakang ketika Hakya mulai menggunakan kekuatannya."Sudah aku katakan jangan bermain-main denganku, karena tangan aku begitu gatal jika ada yang mengajakku bermain," ujar Hakya sambil tersenyum.Bahkan para penduduk yang tadinya hanya melihat pertandingan tersebut perlahan-lahan mulai turun dan mulai mencoba untuk membantu Hakya, ketika melihat perjuangan Hakya seperti itu, mereka sadar kalau Hakya tidak main-main untuk menyelamatkan mereka.Hakya benar-benar sedang berjuang untuk rakyat yang kesusahan."Bersiap bersiaplah mati, anak muda! Sekali ini e

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanya Membunuh Seekor Lalat

    "Sudah berapa banyak nyawa yang telah berakhir di tangan kalian?" tanya Hakya santai dan menghentikan langkahnya melihat beberapa orang yang memang sudah siap untuk menyerang, bahkan kilatan pedang dan busur panah tepat berada di depan mata Hakya.Mungkin mereka berpikir pasti akan bisa membunuh Hakya dengan senjata yang cukup seperti itu. Sedangkan Hakya hanya memiliki sebuah pedang panjang yang dia bawa ketika dia pergi ke bukit utara."Tidak perlu tahu seberapa banyak nyawa orang yang sudah berakhir di ujung pedang dan panah kami yang kami. Yang penting sekarang adalah nyawa kamu untuk mengasah dan membuat pedang ini semakin berkilau," ujar salah satu dari mereka yang berdiri paling depan.Hakya hanya tersenyum ketika mendengar apa yang disampaikan oleh orang tersebut, dia bahkan tidak gentar sedikitpun dengan apa yang mereka ancam itu.Hakya bahkan tidak menarik pedang dari sarungnya, Hakya hanya menghentikan langkahnya dan memandang satu persatu orang yang berada di hadapannya te

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hakya Terluka!

    "Stop!"Sontak mereka yang siap menyerang Hakya berhenti seketika."Aku memberikan kesempatan kepada kalian untuk mundur, sebelum kalian menyesal. Aku tidak akan menyerang kalian, jika kalian tidak menyerang lebih dulu!""Aku akan meminta kalian lebih baik mundur. Aku tidak ingin menyakiti orang yang tidak bersalah," ujar Hakya memberikan peringatan kepada mereka sebelum terjadi pertumpahan darah.Namun, mereka tidak mengindahkan peringatan yang diberikan Hakya, mereka bahkan mulai mengepung dari segala arah. Dan mulai menyerang.Bahkan anak panah yang dilancarkan oleh pemanah profesional tersebut beberapa kali berdesing tepat melewati telinga Hakya, sepertinya tujuan mereka kali ini benar-benar untuk membunuh. Dan dentingan pedang yang beradu seperti sebuah alunan musik.Akhirnya Hakya hanya bisa mengambil ancang-ancang dan dengan terpaksa Hakya mengeluarkan jurusnya. Padahal dia tidak ingin membuat orang-orang ini terluka, namun Hakya tahu orang-orang ini adalah kiriman dari Ratu Il

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tolong, Jangan Bunuh Aku

    Wus! Wus! Wus!Angin berhembus begitu kencang ketika Hakya pingsan di kaki Bukit Utara tersebut. Mungkin harga sudah berjalan terlalu lemah dengan kondisi luka yang sangat parah. Beruntungnya sebelum pingsan Hakya sempat membalur lukanya dengan daun tersebut.Guk! Guk! Guk!Seekor anjing hutan yang melihat Hakya pingsan tersebut segera berlari mendekat, dia menyalak di samping Hakya, mungkin bermaksud memanggil Hakya atau mencari temannya yang lainnya untuk membantu Hakya.Entah mungkin anjing tersebut bisa merasakan kalau Hakya itu bukanlah orang sembarangan, dia adalah titisan dewa hingga memancarkan cahaya terang yang khusus. Anjing tersebut mengelilingi tubuh Hakya yang pingsan sambil terus menyalak.Tidak berapa lama beberapa hewan hutan tampak berkumpul di dekat anjing itu, ada ular dan juga monyet yang berkumpul di sana sementara anjing terus menyalak.Binatang-binatang tersebut seperti mengambil posisi untuk menjaga Hakya agar Hakya tidak diserang oleh binatang lainnya, sehing

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menatap Dengan Lapar

    "Tolong…, jangan pandangi aku seperti itu. Aku takut," gumam Hakya lagi dan terus mundur.Tiba-tiba para binatang yang sedang menghadap kepadanya serentak menundukkan kepalanya seperti memberikan penghormatan kepada Hakya, membuat Hakya hanya bisa membelalakkan matanya, dia masih tidak paham maksud dari para binatang-binatang tersebut yang seolah-olah memberikan dia hormat."Ada apa ini kenapa kalian menunduk?" tanya Hakya kepada mereka, namun mereka hanya menjawab dengan suara mereka khas suara binatang.Dan Hakya tidak memiliki kemampuan berbicara kepada binatang, sehingga membuat Hakya hanya mengangguk, dia merasa sepertinya para binatang yang berada di hadapannya ini ingin membantunya."Ah, terima kasih kepada kalian yang ternyata bukan ingin menyerangku. Aku begitu takut, dan ternyata saat ini matahari sudah tenggelam, ini sudah malam. Sepertinya aku harus beristirahat saja dan melanjutkan perjalanan ini keesokan harinya. Karena aku juga tidak bisa melihat tanaman yang ingin aku

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Sampai di Puncak!

    Hakya mundur beberapa langkah saat, melihat binatang tersebut semakin menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam."Kenapa dia sepertinya marah kepadaku? Apakah aku ada salah?" tanya Hakya pada dirinya sendiri.Binatang dengan mata merah itu semakin mendekat kepada Hakya, disaat yang lainnya sedang sibuk melawan binatang aneh yang datang dalam jumlah yang sangat besar itu."Braak…, aaummmm!"Harimau langsung menyerang binatang yang menatap Hakya dengan lapar tadi dari belakang, sehingga membuatnya tersungkur. Sebenarnya Hakya mau mengeluarkan ilmu jurus mataharinya, namun dia tidak mau menyakiti binatang-binatang yang sudah menjaganya itu.Hakya sedang memikirkan cara untuk membuat beberapa temannya itu menyingkir saat dia mengeluarkan jurusnya. Karena binatang aneh anak buah dari Ratu Ilmu Hitam itu mereka memburu binatang lainnya dan menghisap darah.Mereka hanya meminum darah para binatang-binatang lainnya, dan sebagian darahnya akan mereka bawa ke istana Ratu Ilmu Hitam."Harimau

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Penjaga Tumbuhan Obat

    "Aku ingin mengambil tanaman ini untuk pengobatan istriku," ujar Hakya sambil menundukkan kepalanya, walaupun Hakya tidak tahu apa yang dikatakan oleh binatang yang hampir mirip dengan singa tersebut, namun Hakya menganggap kalau binatang itu bertanya kepadanya mengenai tujuannya datang kesana.Tiba-tiba binatang tersebut mengaum, dia menatap tajam kepada Hakya. Mungkin dia belum paham apa yang terjadi dengan kondisi di wilayah atas bukit utara sehingga dengan beraninya untuk mengambil tanaman yang sedang mereka lindungi tersebut.Hakya kemudian duduk bersimpuh di depan binatang-binatang tersebut, Hakya akan mencoba untuk mengajak mereka bernegosiasi walaupun nantinya tidak ada pengaruhnya sama sekali.Sedangkan harimau, monyet dan ular masih berdiri di samping Hakya, mereka sedikitpun tidak meninggalkan Hakya seorang diri."Aauuummm!"Tiba-tiba harimau yang berada di samping Hakya terdengar mengaum, mungkin dia mengajak berbicara pada binatang yang menyerupai dengan sing tersebut, ka

Latest chapter

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

DMCA.com Protection Status