Share

MENANTU BEDA KASTA
MENANTU BEDA KASTA
Author: Say sheeva

Tak Disukai Mertua

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu memastikan sembari melihat bebrapa saksi juga wali.

"Sah…" jawab mereka serempak dan kompak yang menandakan bahwa pernikahan Amalia dengan Ammar kini sudah sah baik secara agama maupun negara.

Ucapan hamdalah terdengar bersamaan yang merupakan ungkapan syukur karena acara sakral kini telah terlaksana dengan baik dan juga lancar, raut wajah bahagia sudah pasti menyelimuti kedua mempelai karena sekarang ini status mereka sudah menjadi suami istri.

Kebahagiaan yang dikira Amalia akan berlangsung terus menerus rupanya hanya angan-angannya saja, setelah acara selesai dan semua tamu pulang, barulah drama akan dimulai. Mertua Amalia sudah tak sabar untuk melampiaskan rasa kesalnya karena bisa-bisanya seorang Ammar yang notabene CEO perusahaan terbesar nomor 3 di Asia menikahi gadis biasa yang jauh dari kasta mereka.

Kebetulan Ammar kedatangan tamu lagi yang merupakan seorang pejabat di daerhanya, dengan wajah lelah dan sedikit terpaksa Ammar akhirnya menyambut tamu VIP nya seorang diri, Ammar tak tega membangunkan Amalia yang tengah tertidur pulas.

Melihat Ammar keluar dari kamar, kesempatan yang bagus bagi Ina untuk membalas rasa kesalnya. "Heh! Bangun! Enak-enakan jam segini udah tidur!" ucap Ina sambil menggoyangkan tubuh Amalia cukup keras.

"Mamah? Eh..ada apa mah?" tanya Amalia kaget dan langsung bangun. Ia tak menyadari sejak kapan suaminya sudah tak ada disampingnya dan kini yang ada malah mertuanya.

"BANGUN DAN BANTUIN PARA WO MEMBERESKAN SISA ACARAMU!" pekik Ina dengan mata melotot.

Amalia sungguh kaget dengan perintah mamah mertuanya itu, bagaimana bisa dirinya yang menjadi ratu sehari malah membantu WO membereskan sisa acara yang jelas-jelas itu memang tugas mereka? "Tapi mah.. Itu kan memang tugas WO apalagi kami membayarnya untuk itu," tolak halus Amalia.

"Apa kamu bilang? Itu memang tugasnya? Lalu tugasmu apa? Melayani anak saya saja? Enak aja!!! Saya gak rela ya jika anak saya membuang uang sebanyak itu demi menikahimu! Kamu itu gak pantas masuk dalam lingkup keluarga saya! Jadi… Sudah sepantasnya kamu itu membantu mereka untuk membereskan sisa acara! Cepat sana!!!" bentak Ina yang menarik paksa tangan Amalia sehingga terjatuh dari tempat tidur.

Mau gak mau akhirnya Amalia membantu WO yang tengah membereskan sisa acaranya, "loh mbak ngapain kesini?" tanya WO heran sekaligus kaget.

"Saya.. Saya ingin membantu kalian, curang rasanya jika saya enak-enakan didalam sedangkan kalian capek membereskan sisa acara saya dan suami," jawab Amalia dengan senyum ramahnya, padahal jauh di dalam hati ia ingin menangis karena memiliki mamah mertua yang tega pada dirinya.

WO juga team yang lainnya saling pandang setelah mendengar jawaban dari Amalia, mereka merasa heran, memang ini kan sudah tugas dan kewajiban mereka, kenapa malah mempelai pengantin wanita berkata demikian? "Mbak.. Memang ini sudah menjadi tugas dan kewajiban kami sebagai team WO, jadi jangan sungkan ya, lebih baik anda nikmati saja hari bahagia anda ini," ucap WO dengan tulus namun Amalia menggeleng.

Ia lalu menata kursi dan ikut mengangkatnya ke mobil pick up, setelah itu Amalia mengangkat piring yang sudah tertata didalam rak, ketika ingin mengangkat ke mobil pick up, tiba-tiba Amalia kehilangan keseimbangan karena saking beratnya dan pyar.. Piring pun pecah dan malah berserakan serpihan-serpihan nya. Semua orang yang tengah sibuk dengan job desk masing-masing pun sontak menoleh ke sumber suara bising itu, ya..mereka refleks menoleh ke arah Amalia.

Ina yang ingin melihat apa yang dilakukan Amalia langsung semakin geram. "Amaliaaaaaaa…" teriak Ina melengking.

"Kamu ini ya jadi orang kok gak becus banget! Angkat ginian aja gak bisa! Lihat ini jadinya tambah berserakan gini kan? Lihat juga tuh serpihan kacanya kalau nanti kena kaki gimana? Malah yang ada mereka terluka!! Yang becus dong kalau mau bantuin tuh! Bukannya kelar malah nambah masalah! Dasar payah!" bentak Ina yang amarahnya sudah meledak.

"Maaf nyonya, ini tidak sengaja jadi tak apa, bukan masalah yang besar, biarkan kami yang membereskan nya," ucap pemilik WO merasa tak enak hati.

"Jangan! Biarkan Amalia yang membereskan semua ini, jangan ada yang membantu dia! Mengerti! Saya begini agar dia tau apa artinya bertanggung jawab!" tolak Ina yang membuat semua orang diam seribu bahasa.

Mereka tau siapa Ina itu, makanya sekali Ina memberi perintah maka tak ada satu orang pun yang berani melawan, apalagi WO yang dipesan untuk pernikahan Ammar juga Amalia merupakan WO langganan keluarga besar Ammar. Setelah mengatakan itu Amalia lantas berlalu, ia muak terus berhadapan dengan menantu miskinnya itu.

***

Malam hari telah tiba, acara makan malam bersama keluarga besar pun digelar dengan hidangan yang sangat menggugah selera. Menu yang sama sekali tak pernah dirasakan oleh Amalia membuat ia harus berusaha sekeras mungkin menahan air liurnya agar tak sampai tumpah.

Saudara Ammar sudah berkumpul dan saling berbincang satu sama lain dengan seru, namun keseruan acara makan malam tak dapat dirasakan oleh Amalia, ia merasa kesepian ditengah keramaian. "Apa begini ya rasanya ketika orang miskin harus berada di lingkungan orang kaya? Kok aku merasa mereka tidak menganggap keberadaan ku? Bahkan keluarga Ammar tak ada satupun yang mengajak bicara," batin Amalia sedih.

Ketika semua orang tengah menikmati hidangan yang tersedia, sama sekali keluarga Ammar tak ada yang menawari Amalia untuk makan. Padahal ia sudah merasa sangat kelelahan karena dari awal acara sampai sekarang belum kemasukan sesuap nasi pun.

Karena perutnya yang terus berbunyi membuat Amalia nekat mengambil piring juga sendok beserta garpu, lalu berjalan menuju hidangan yang tersaji.

"Eh.. Eh.. Eh.. Mau ngapain kamu?" bisik Ina menahan tangan Amalia yang hendak menuang daging bistik ke piringnya. "Amalia mau makan mah, laper," jawab Amalia menatap Ina penuh iba.

Amalia sudah tau jika apa yang dikatakan selalu akan salah di mata mamah mertuanya, benar saja kan.. Baru juga Amalia berbicara seperti itu tapi respon yang diberikan Ina sungguh luar biasa. "Enak saja mau ambil makan cuma-cuma! Lihat dong saudara saya belum selesai makannya, kalau mereka mau nambah gimana? Jangan bikin malu saya ya!" ucap Ina penuh penekanan.

"Tapi mah.. Amalia dari pagi belum makan," rengek Amalia yang sama sekali tak dipedulikan oleh Ina.

Hingga acara telah selesai, piring juga gelas berserakan di setiap meja, sedangkan hidangan pun masih tersisa cukup banyak. Lalu Amalia segera mengambil piring juga sendok dan bersiap mengambil makanan. "Akhirnya makan juga," Namun ketika Amalia ingin menyendokkan makanan ke mulutnya, ia mendengar teriakan cukup keras yang memanggil namanya, siapa lagi kalau bukan Ina.

"Malah enak-enakan makan! Mana ambilnya banyak banget lagi! Kembalikan!" bentak Ina yang memindahkan piring berisi makanan dari tangan Ina ke meja.

"Kenapa mah? Bukannya mamah bilang kalau keluarga besar Ammar selesai makan baru Amalia boleh makan?? Sekarang mereka kan sudah pulang mah jadi waktunya Amalia makan," tanya Amalia yang membuat Ina semakin marah.

"Jawab aja bisanya!! Lihat tuh piring juga gelas pada berserakan di meja, mata saya sakit melihat dirumah saya ini ada barang yang tidak tertata rapi apalagi kotor begitu, hii.. Jijik rasanya, jadi sekarang tugasmu buat membawa semua piring serta gelas ke belakang!!!" perintah Ina yang membuat Amalia lemas seketika.

"Biarkan Amalia makan dulu mah, aku mohon," rengek Amalia namun Ina tak mau tahu, jika ia memerintah harus segera dilaksanakan, Ina tak suka bantahan.

Setelah membawa piring juga gelas ke belakang, pekerjaan Amalia tak langsung selesai, ia juga harus mencucinya sampai benar-benar bersih. Padahal semua peralatan ini bukan milik mamah mertuanya melainkan menyewa sekalian catering. Kenapa harus Amalia juga yang membersihkan?

Akankah Amalia sanggup menghadapi mertua seperti Ina? Apakah ada mertua seperti itu di kehidupan nyata? Yuk jangan lupa tinggalkan komentar juga like kalian.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status