Hari demi hari telah dilewati dengan begitu cepat, ternyata ucapan Ammar waktu itu memang benar adanya. Sekarang ia lebih sering ke sini dan menghabiskan waktu dengan Kenzo.
Heni merasa senang karena kini Kenzo bisa mendapatkan kasih sayang seorang ayah yang sesungguhnya, dulu sebuah kasih sayang yang diinginkan Kenzo adalah hal paling berat bagi Heni karena mustahil baginya untuk mengemis kepada Lukman, sebelum akhirnya Heni tau bahwa Kenzo adalah anak kandung Ammar.Kini tanpa perlu Heni mengemis pun sebuah perhatian yang diinginkan Kenzo datang dengan sendirinya, setidaknya kini doa Heni terjawab sudah.Tuhan memang terlalu baik kepadanya karena sudah banyak kebaikan demi kebaikan yang diberikan kepada Heni namun dirinya malah sering lalai dalam menjalankan kewajiban."Terima kasih sudah menepati janji dengan mengunjungi Kenzo lebih sering, dulu, Kenzo sangat menginginkan bagaimana rasanya disayangi oleh Ayah, Kenzo juga menginginkan sebuah"Mamah, kenapa mamah bisa begini? Mamah sakit apa? Kenapa rambut mamah habis?" tanya Kenzo di sela tangisannya. "Mamah baik-baik saja dan nanti akan jauh lebih baik-baik saja, apa Kenzo mau berjanji sama mamah?" tanya Heni dijawab anggukan kepala oleh Kenzo. "Kenzo akan janji kepada mamah asalkan mamah juga janji untuk sembuh," pinta Kenzo yang dijawab anggukan kepala oleh Heni. "Mamah minta jika nanti mamah sudah gak ada, Kenzo hidup yang baik dan penurut ya sama om Ammar, mulai sekarang Kenzo mamah titipkan sama om Ammar, apakah Kenzo bersedia?" tanya Heni membuat tangis Kenzo semakin pecah. Kenzo memberontak ketika tau keinginan Heni, maunya Kenzo tetap hidup bersama Heni sampai selamanya. "Tidak ada manusia yang hidup selamanya, sayang, semua yang lahir sudah digariskan meninggal, mungkin sebentar lagi waktunya bagi mamah meninggalkan Kenzo di dunia ini tapi percayalah jika di alam sana nanti mamah akan selalu mengawasi Kenzo dengan baik," ucap Heni berlinang air mata. "Janga
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu memastikan sembari melihat bebrapa saksi juga wali. "Sah…" jawab mereka serempak dan kompak yang menandakan bahwa pernikahan Amalia dengan Ammar kini sudah sah baik secara agama maupun negara. Ucapan hamdalah terdengar bersamaan yang merupakan ungkapan syukur karena acara sakral kini telah terlaksana dengan baik dan juga lancar, raut wajah bahagia sudah pasti menyelimuti kedua mempelai karena sekarang ini status mereka sudah menjadi suami istri. Kebahagiaan yang dikira Amalia akan berlangsung terus menerus rupanya hanya angan-angannya saja, setelah acara selesai dan semua tamu pulang, barulah drama akan dimulai. Mertua Amalia sudah tak sabar untuk melampiaskan rasa kesalnya karena bisa-bisanya seorang Ammar yang notabene CEO perusahaan terbesar nomor 3 di Asia menikahi gadis biasa yang jauh dari kasta mereka. Kebetulan Ammar kedatangan tamu lagi yang merupakan seorang pejabat di daerhanya, dengan wajah lelah dan sedikit terpaksa Ammar akh
Hari demi hari dilalui Amalia dengan tekanan batin. Bagaimana tidak? Amalia selalu saja diberikan pekerjaan yang tiada habisnya bahkan pekerjaan itu melebihi job desk pembantu rumah tangga di rumah ini. Seperti halnya hari ini Ina mendapat jatah arisan dan akan dilakukan di rumahnya, Ina meminta Amalia untuk mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin dan jangan sampai membuat malu. Dari subuh Amalia sudah bangun untuk mempersiapkan semuanya karena Ina gak mau catering, ia ingin Amalia memasak untuk acara Ina hari ini dibantu para pembantu. "Sayang.." panggil Ammar yang sejak bangun tidur mencari dimana keberadaan istrinya. Merasa sang suami memanggilnya akhirnya Amalia pun segera menghampiri, "Iya mas, ada apa?" tanya Amalia yang masih memakai apron. "Kamu lagi masak?" tanya Ammar yang melihat penampilan Amalia dari atas ke bawah, bukan penampilan yang menarik mata Ammar dan sedap dipandang melainkan penampilan buruk yang tersaji didepan mata Ammar. Amalia menggulung rambutnya
Setelah Danar berpamitan pulang, Ammar bergegas menemui Amalia. "Sayang.. Buka pintunya," ucap Ammar yang beberapa kali mengetuk pintu namun tak kunjung dibuka. Ina yang melihat itu merasa kesal, lalu Ina meminta Ammar untuk turun sebentar, biar urusan ini ia yang handle. "Heh cewek miskin buka pintunya! Jangan berani marah sama anak saya ya!" ucap Ina setengah berbisik namun terdengar jelas oleh Amalia. Lagi-lagi Amalia berurai air mata akibat hinaan serta kata-kata pedas dari mamah mertuanya, Amalia bingung harus berkeluh kesah pada siapa? Ia tak bisa terus berlama-lama tinggal disini. Amalia takut jika nantinya dia akan gi-la menghadapi mamah mertua seperti Ina. "Buka pintunya atau saya dobrak dan siksa kamu!" ancam Ina yang membuat Amalia memilih mengalah, lantas ia buka pintu kamar dengan mata sembab. Baru juga Amalia membuka pintu dan ingin mengucapkan sepatah kata, tapi tiba-tiba "PLAK.. PLAK.." tamparan keras tertuju pada kedua pipi Amalia. Panas sekali rasanya dan bekas
Melihat Ammar sudah berangkat kerja membuat Ina kembali leluasa mengerjai Amalia, setelah memastikan semua aman, Ina bergegas mendatangi kamar anaknya. "Bangun!! Saya paling sebel sama orang yang pemalas sepertimu!" pekik Ina menarik kasar tangan Amalia. "Iya mah iya.. Badan Amalia hari ini kurang enak, tolong mah, Amalia minta libur bebersih satu hari ini saja," pinta Amalia yang wajahnya pucat. "Gak!!! Udah makan dan tinggal gratis masih minta nego!" tolak Ina berkacak pinggang. Tiba di halaman belakang, Ina meminta Amalia untuk menyapu halaman yang sangat berserakan dedaunan kering. Tak lupa Amalia diminta juga menyiram semua tumbuhan yang ada dirumah ini. "Ingat.. Hari ini aku memberikanmu hukuman ringan mengingat tubuhmu yang kurang fit! Tapi jangan bangga dulu, besok kalau udah sembuh maka pekerjaan kamu akan berlipat ganda!!!" gertak Ina yang dijawab anggukan kepala oleh Amalia. Setelah itu Ina sengaja menghindar dari Amalia untuk melihat pekerjaannya dari kejauhan sekalig
Sudah seminggu berlalu usai insiden kebakaran yang melanda keluarga Amalia, selama itu pula ia tak pulang ke rumah suaminya dan fokus pada kesembuhan ibunya. Amalia merasa bersalah sudah membuat keluarganya berada dalam bahaya, keluarganya menjadi korban atas kesalahan yang Amalia lakukan. Padahal jika di pikir ulang, Amalia tak bersalah apapun, Ammar tiba-tiba membeli rumah dan menyampaikan seminggu lagi rumah barunya bisa ditempati, semua itu di luar kendali Amalia. Perkataan mamah mertuanya waktu itu kini dilakukan, tak hanya Amalia yang dibuat menderita tapi keluarganya juga. "Mamah.. Jika memang tak menyukaiku, tak apa, aku bisa menerima itu, tapi kenapa harus ibu juga keluargaku yang terkena imbasnya? Biarkan mereka hidup dengan tenang disini, ini semua bukan kemauan ku, Ammar yang memutuskan semuanya sendiri, kenapa jadi keluargaku yang menanggung semuanya?" batin Amalia menangis dalam diam. Ammar tahu jika saat ini Amalia tengah bersedih, namun hari ini adalah hari dimana m
Ditengah kesibukan urusan kedua orang tua Ammar, ayahnya menyempatkan waktu untuk mengunjungi ibunya Amalia sebagai wujud rasa empati dan juga agar hubungan antara besan semakin lebih dekat. Sudah diduga jika Ina tak mau ikut menjenguk ibunya Amalia dengan berbagai macam alasan, bilang jauh lah, capek, malas, urusannya masih banyak lah dan lain sebagainya. Awalnya Ino bisa memaklumi itu namun tidak untuk kali ini, sudah terlalu lama mereka belum menjenguk besannya padahal mereka tau jika ibunya Amalia dirawat di rumah sakit. "Mah.. Besok papah menjenguk ibunya Amalia, jadi papah sudah gak mau lagi mendengar alasan apapun, jika mamah gak mau ikut biar papah kesana sendiri," "Papah.. Kenapa sih urusan yang menyangkut Amalia selalu saja papah itu gerak cepat? Dia itu hanya orang lain yang kebetulan dinikahi Ammar," protes Ina tak suka jika suaminya selalu lebih memperhatikan Amalia daripada dirinya. "Bukan gerak cepat, orang tua Amalia sedang sakit dan sud
Pagi hari sekali Ina sudah membuat suasana rumah menjadi kacau karena teriakannya yang memekikkan telinga. "Mamah kenapa sih teriak begitu? Ada apa?" tanya Ino yang telinganya merasa bising. Tak menjawab pertanyaan suaminya malah Ina berjalan ke belakang halaman sembari bergumam sendiri, "Papah ini mana tau urusan perempuan.. Lagian bibi kemana sih? Biasanya juga langsung nyamperin, hih! Gini nih kalau punya pembantu usianya udah lebih! Amalia juga ngapain pulang kampung lama banget, gini kan aku susah!"Ternyata yang membuat kekacauan di pagi hari karena Ina mencari keberadaan pembantu untuk menanyakan pesanan pakaiannya apa sudah diantar, setelah diberitahu dimana tempat pembantu meletakkan barang pesanan Ina barulah Ina bergegas mengambil dan segera menggunakannya untuk arisan. ***Acara arisan kali ini berbeda dari arisan sebelumnya karena hari ini ada surprise untuk salah satu anggota arisan yang berulang tahun. Tak hanya itu saja, tempatnya pun berada disebuah resort mewah dan