Tring..... Ponselku berbunyi, kudengar 1 notifikasi chat masuk, kubuka mataku, kurasakan tubuhku panas dingin, mataku terasa hangat dan sipit karena menangis semalaman.Kulihat dari ventilasi jendela suasana di luar masih gelap, jam di dinding menunjuk pukul 04.00.Aku pun bangkit dari tempat tidurku, karena waktunya sholat subuh .Kuambil air wudhu, kugelar sajadahku, masih kupakai mukena pemberian suamiku saat lamaran dulu, lalu kujalankan kewajibanku sebagai hamba Allah. Selesai sholat subuh, ku lantunkan dzikir dan doa, sebagai penenang jiwaku. tak lupa memanjatkan doa untuk kesehatan, keselamatan dan kesuksesan Anak- anakku.Air mataku meluruh lagi dan lagi saat mendoakan mereka, bagaimana tidak, disetiap doa menyebut nama anak-anakku aku menyebut bin/binti lalu nama Ayahnya, nama yang masih menggetarkan jiwaku, nama yang akan tetap selalu kusebut di setiap sujudku.Usai berdoa, kupandang jendela, sinar mentari mulai menerobos memberikan sinarnya.Aku bergegas kedapur untuk
"Maksudnya?" tanyaku heran."Itu Bu, tindih-tindihan, Ayah di atas, Tante dibawah nggak pakai baju," jelasnya sedikit emosi.Degh!! Oh hati, tolong tetaplah baik baik saja.Walau aku sudah mengetahui perselingkuhan suamiku berkali kali dengan beberapa wanita, tapi mengapa kesaksian anakku kali ini masih mampu membuatku seperti dijalari aliran listrik, karena ternyata mereka juga menjadi saksi kebejatan Ayahnya."Kakak tahu di mana Ayah melakukannya?" lanjutku bertanya."Di rumah Nenek, pas Ardi nggak sengaja mau pinjam sepeda buat les bahasa," jawabnya.Aku terhenyak kaget. "Rumah Nenek ..?! Dimana ..?! Lalu orang-orang kemana? Bukankah ada Nenek dan Bang rizal, Tante Ria dan Anak-anaknya?" tanyaku dengan hati dipenuhi keheranan. ( nama Abang Iparku dan istrinya)."Di kamar Ayah, Nenek sama semuanya liburan, ke tempat wisata, pakai mobil Tante ay itu," jelasnya."Ay ...? Itu nama dia?" tanyaku, aku masih terus mengintrogasi putraku."Apa Ayahmu tahu kau datang? Ternyata keluarga A
Aku baca pesan chat dari Shella. {Dewi, hallo shay, foto itu beneran suami lu bukan? kalau iya, lagi sama siapa sich wi? sorry kepo} dengan emot dua tangan menangkup.Aku binggung menjawab, apa aku harus membuka aib suamiku, balasan apa yang akan kuketik untuk Shella?Akhirnya kubalas pesan chat Shella.{kamu lagi dimana Shell? ceritanya panjang, ketemuan aja yuk kalau longgar, nanti aku cerita, tapi sekarang titip sesuatu boleh nggak?}Send.Ting!{Masih di Mall, lagi makan sama suami juga anak aku, suami lu juga, tapi nggak liat gue, lu mau titip apa?} {Pesenin kuah seblak aja satu ember, terus tolong siram ke mereka berdua, aku penakut soalnya} dengan emot sedih dan menangkupkan dua tangan.Send.Shella mengirim chat dengan banyak emot tertawa.Ting!{jangan alim terus Dewi, ayo belajar sama gue, jadi perempuan pemberani, bar-bar, jangan mau harga diri lu di diinjak-injak terus, selagi benar lawan dong} dengan emot kepala yang sedang marah.{Aku nggak tau Shella, harus gimana,
"Ibu mana yang merestui anaknya bercerai? Ibu nggak setuju. Tapi Danu bilang sudah tak tahan lagi. Danu bilang, kamu sangat tidak menghormati dan menghargai dia lagi sebagai suami, bicaramu selalu berteriak, selalu menuduhnya yang tak baik, menuntut belanja ini dan itu."Akhirnya Danu ndak kuat Nduk.""Kamu juga mengajari anak-anak ndak baik, membuat mereka selalu membenci dan membangkang Ayahnya.Aduh, air mataku malah lolos dengan sendirinya, tanpa permisi walau sudah kutahan, sekuat hati.Suami yang teramat aku cintai,dipikirannya ternyata dipenuhi keburukan tentang aku, Ibu dari anak-anaknya yang sudah mendampinginya selama 15 tahun.Kebenaran tentang rumah tangga kami, hanya kami yang tahu, hanya aku dan suamiku, yang sudah berkali-kali meminta maaf akan perselingkuhannya, namun selalu mengulangi lagi dan lagi.Tahu apa keluarga suamiku tentang masalah rumah tangga kami, yang katanya mereka sudah berkumpul sejak kecil, tapi hanya bertemu seminggu sekali, itupun hanya beberapa s
Aku menatap wajah ibu Mertua, mengharap dan memohon agar ada rasa Iba di hatinya untuk diri ini yang telah disakiti putranya, jangan memihak hanya karena hubungan darah."Ibu tahu 'kan, berbohong itu dosa, kita sama- sama perempuan, coba ibu bayangkan bagaimana rasanya dikhianati pasangan sah kita, Renita istri orang loh Bu? Suaminya kerja di luar negeri, tak malukah bila diketahui banyak orang, apalagi kalau suami Renita tahu, lalu melabrak keluarga kalian," ujarku melunak saat bicara dengan ibu mertua, yang sudah aku anggap seperti ibuku sendiri."Itu semua fitnah ...! Silahkan kalau kau percaya!" bentak Bang Rizal."Anakku sendiri yang bicara Bang Rizal, bohong bagaimana? Dia bukan balita lagi, kau pikir ada anak kandung mengadu domba orang tua kandungnya, biar berantakan, mengatakan cerita bohong? Nggak ada Bang!" teriakku balik sambil menunjuk ke wajahnya, hancur sudah hubungan kekeluargan ini, menguap sudah rasa simpati pada iparku.Aku menatap wajah Ibu, ada kabut menggumpal
"Di mana ini? Aku ada di mana?" Aku tiba-tiba merasa ada disebuah tempat yang asing, ramai sekali orang, tempat ini seperti sebuah pasar, ramai sekali orang, namun tak satu orang pun yang aku kenal, mata ini melihat kesemua arah melihat-lihat sekeliling, pandangan mata ini berhenti pada sosok yang sedang menatapku sambil tersenyum, aku semakin menajamkan penglihatan, ternyata dia Bang danu, aku berusaha menyibak kerumunan orang-orang, mencari celah, berjalan ke arahnya, aku memanggil dan menggapai gapaikan tangan ke arah suami, agar membawaku pulang dengannya.Namun suamiku berlalu, melaju dengan kendaraannya sambil tetap tersenyum memandang ke arah diri ini.Aku berteriak!"Tunggu aku Bang ... Abang ... tunggu ... Abaannnnnggg!!" teriakku.Namun dia tak mau mendengar, dia tetap saja berlalu.Aku pun menangis tergugu, merasakan takut sendirian di tempat ini, aku tetap berusaha memanggilnya, mengharap dia kembali menjemputku dari tempat asing ini."Abangggggg ..." aku berteriak seke
"Assalamualaikum, Dewi? Di mana wi? Gue masuk ya," terdengar suara Shella memanggil."Di kamar Shell....," panggilku lirih sambil tetap meringkuk di pembaringan.Shela pun masuk ke kamar, dia merangkul dan memelukku. "Sabar Dewi, ingat anak anak, yang kuat ya. Gue yakin lu bisa, yang kuat yah," bisiknya masih posisi merangkul, memberiku semangat.Perhatian Shella membuat air mata ini luruh lagi, namun perlahan-lahan kutenangkan diri, aku menghirup napas dan menghembuskannya berulang ulang."Gimana wi, dah mulai tenang?" tanyanya, dan aku menganggukkan kepala."Aku kangen sama kamu Shella, lama banget ngga maen ke rumahku, chat juga kalau perlu aja," ujarku mencebik."Makasih Besti, tambah lagi donk orang yang kangen sama gue he he he." Shella berusaha menghibur Dewi."Dewi, tadi gue telpon lu, rencananya mau ajak lu ke jakarta, gue mau pulang sebentar ke rumah Bokap Nyokap, lu ikut yuk nemenin gue, sekalian mau ketemu sama Om Surya yang mau beli ruko gue yang 3 lantai di BSD, ka
Sepulang sekolah nanti, chat-ku pasti dilihat Ardi, ponsel yang dia bayar secara mencicil di counter milik orang tua temannya.Namun Ardi mampu mencicilnya dari hasil keringatnya sendiri, setiap pulang sekolah, setelah Istirahat sebentar, Ardi meluangkan waktu membantu bekerja di toko sembako milik Pakdenya, Bang Rizal.Setelah lunas mencicil ponselnya, Ardi kembali fokus dengan pelajaran sekolahnya lagi.terharu rasanya melihat putraku ikut berjuang untuk mendapatkan kebutuhannya.-------Jam 12.15 akhirnya Aisyah keluar dari kelasnya, aku yang sudah menunggu selama 15 menit bersama Shella, gegas menjemput, lalu menggandeng tangan gadis kecil itu.Aisyah heran saat aku menuju ke mobil Shella."Ibu, kok kesini? Memangnya kita mau kemana?" tanyanya heran."Itu mobilnya Tante Shella Nak, sekali-kali kita ikut jalan-jalan Tante ya, kita lihat kota besar, Ibu sudah bawa baju ganti buat Aisyah." Putriku mengangguk patuh, wajahnya langsung sumringah, karena baru kali ini mau pergi ke Ibukot