Aku baca pesan chat dari Shella. {Dewi, hallo shay, foto itu beneran suami lu bukan? kalau iya, lagi sama siapa sich wi? sorry kepo} dengan emot dua tangan menangkup.Aku binggung menjawab, apa aku harus membuka aib suamiku, balasan apa yang akan kuketik untuk Shella?Akhirnya kubalas pesan chat Shella.{kamu lagi dimana Shell? ceritanya panjang, ketemuan aja yuk kalau longgar, nanti aku cerita, tapi sekarang titip sesuatu boleh nggak?}Send.Ting!{Masih di Mall, lagi makan sama suami juga anak aku, suami lu juga, tapi nggak liat gue, lu mau titip apa?} {Pesenin kuah seblak aja satu ember, terus tolong siram ke mereka berdua, aku penakut soalnya} dengan emot sedih dan menangkupkan dua tangan.Send.Shella mengirim chat dengan banyak emot tertawa.Ting!{jangan alim terus Dewi, ayo belajar sama gue, jadi perempuan pemberani, bar-bar, jangan mau harga diri lu di diinjak-injak terus, selagi benar lawan dong} dengan emot kepala yang sedang marah.{Aku nggak tau Shella, harus gimana,
"Ibu mana yang merestui anaknya bercerai? Ibu nggak setuju. Tapi Danu bilang sudah tak tahan lagi. Danu bilang, kamu sangat tidak menghormati dan menghargai dia lagi sebagai suami, bicaramu selalu berteriak, selalu menuduhnya yang tak baik, menuntut belanja ini dan itu."Akhirnya Danu ndak kuat Nduk.""Kamu juga mengajari anak-anak ndak baik, membuat mereka selalu membenci dan membangkang Ayahnya.Aduh, air mataku malah lolos dengan sendirinya, tanpa permisi walau sudah kutahan, sekuat hati.Suami yang teramat aku cintai,dipikirannya ternyata dipenuhi keburukan tentang aku, Ibu dari anak-anaknya yang sudah mendampinginya selama 15 tahun.Kebenaran tentang rumah tangga kami, hanya kami yang tahu, hanya aku dan suamiku, yang sudah berkali-kali meminta maaf akan perselingkuhannya, namun selalu mengulangi lagi dan lagi.Tahu apa keluarga suamiku tentang masalah rumah tangga kami, yang katanya mereka sudah berkumpul sejak kecil, tapi hanya bertemu seminggu sekali, itupun hanya beberapa s
Aku menatap wajah ibu Mertua, mengharap dan memohon agar ada rasa Iba di hatinya untuk diri ini yang telah disakiti putranya, jangan memihak hanya karena hubungan darah."Ibu tahu 'kan, berbohong itu dosa, kita sama- sama perempuan, coba ibu bayangkan bagaimana rasanya dikhianati pasangan sah kita, Renita istri orang loh Bu? Suaminya kerja di luar negeri, tak malukah bila diketahui banyak orang, apalagi kalau suami Renita tahu, lalu melabrak keluarga kalian," ujarku melunak saat bicara dengan ibu mertua, yang sudah aku anggap seperti ibuku sendiri."Itu semua fitnah ...! Silahkan kalau kau percaya!" bentak Bang Rizal."Anakku sendiri yang bicara Bang Rizal, bohong bagaimana? Dia bukan balita lagi, kau pikir ada anak kandung mengadu domba orang tua kandungnya, biar berantakan, mengatakan cerita bohong? Nggak ada Bang!" teriakku balik sambil menunjuk ke wajahnya, hancur sudah hubungan kekeluargan ini, menguap sudah rasa simpati pada iparku.Aku menatap wajah Ibu, ada kabut menggumpal
"Di mana ini? Aku ada di mana?" Aku tiba-tiba merasa ada disebuah tempat yang asing, ramai sekali orang, tempat ini seperti sebuah pasar, ramai sekali orang, namun tak satu orang pun yang aku kenal, mata ini melihat kesemua arah melihat-lihat sekeliling, pandangan mata ini berhenti pada sosok yang sedang menatapku sambil tersenyum, aku semakin menajamkan penglihatan, ternyata dia Bang danu, aku berusaha menyibak kerumunan orang-orang, mencari celah, berjalan ke arahnya, aku memanggil dan menggapai gapaikan tangan ke arah suami, agar membawaku pulang dengannya.Namun suamiku berlalu, melaju dengan kendaraannya sambil tetap tersenyum memandang ke arah diri ini.Aku berteriak!"Tunggu aku Bang ... Abang ... tunggu ... Abaannnnnggg!!" teriakku.Namun dia tak mau mendengar, dia tetap saja berlalu.Aku pun menangis tergugu, merasakan takut sendirian di tempat ini, aku tetap berusaha memanggilnya, mengharap dia kembali menjemputku dari tempat asing ini."Abangggggg ..." aku berteriak seke
"Assalamualaikum, Dewi? Di mana wi? Gue masuk ya," terdengar suara Shella memanggil."Di kamar Shell....," panggilku lirih sambil tetap meringkuk di pembaringan.Shela pun masuk ke kamar, dia merangkul dan memelukku. "Sabar Dewi, ingat anak anak, yang kuat ya. Gue yakin lu bisa, yang kuat yah," bisiknya masih posisi merangkul, memberiku semangat.Perhatian Shella membuat air mata ini luruh lagi, namun perlahan-lahan kutenangkan diri, aku menghirup napas dan menghembuskannya berulang ulang."Gimana wi, dah mulai tenang?" tanyanya, dan aku menganggukkan kepala."Aku kangen sama kamu Shella, lama banget ngga maen ke rumahku, chat juga kalau perlu aja," ujarku mencebik."Makasih Besti, tambah lagi donk orang yang kangen sama gue he he he." Shella berusaha menghibur Dewi."Dewi, tadi gue telpon lu, rencananya mau ajak lu ke jakarta, gue mau pulang sebentar ke rumah Bokap Nyokap, lu ikut yuk nemenin gue, sekalian mau ketemu sama Om Surya yang mau beli ruko gue yang 3 lantai di BSD, ka
Sepulang sekolah nanti, chat-ku pasti dilihat Ardi, ponsel yang dia bayar secara mencicil di counter milik orang tua temannya.Namun Ardi mampu mencicilnya dari hasil keringatnya sendiri, setiap pulang sekolah, setelah Istirahat sebentar, Ardi meluangkan waktu membantu bekerja di toko sembako milik Pakdenya, Bang Rizal.Setelah lunas mencicil ponselnya, Ardi kembali fokus dengan pelajaran sekolahnya lagi.terharu rasanya melihat putraku ikut berjuang untuk mendapatkan kebutuhannya.-------Jam 12.15 akhirnya Aisyah keluar dari kelasnya, aku yang sudah menunggu selama 15 menit bersama Shella, gegas menjemput, lalu menggandeng tangan gadis kecil itu.Aisyah heran saat aku menuju ke mobil Shella."Ibu, kok kesini? Memangnya kita mau kemana?" tanyanya heran."Itu mobilnya Tante Shella Nak, sekali-kali kita ikut jalan-jalan Tante ya, kita lihat kota besar, Ibu sudah bawa baju ganti buat Aisyah." Putriku mengangguk patuh, wajahnya langsung sumringah, karena baru kali ini mau pergi ke Ibukot
Tiba-tiba aku bergidik, Shella yang melihatnya lalu bertanya."Kenapa Dewi, serem ya?""Nggak lah, luar biasa cakep malah, gila rumah sultan ini mah, seumur-umur baru ini aku lihat rumah semewah ini," ujarku kagum."Aku lagi bayangin, sendirian di rumah sebesar ini, mau ngerumpi nggak ada temen, jauh dari tetangga, mau kesana kemari dah capek duluan liat rumah seluas ini, perlu sepatu roda kayaknya buat keliling rumah ini, mendingan di kontrakan kecil aja aku Shell," ujarku lagi.Shella tergelak mendengar ucapanku.Aku tetap melangkah mengikuti Shella, naik ke lantai atas, ternyata letak kolam renangnya di atas.Kamar demi kamar aku lewati, pasti dalamnya sangat luas, batinku.Diatas juga ada satu ruangan yang tak kalah indah dan mewah dari ruang tamu di lantai bawah.Ada telivisi yang layarnya seperti bioskop mini, lampu gantung kristal yang indah menghias di atas sofa nan cantik dan anggun, karpet bulu yang super lembut di telapak kaki, hiasan hiasan dan guci berukir nan cantik meng
"Terserah kamu saja Shella, kalau soal penjualan Villa, itu sudah hsk kamu dan Aldo, kalau nemenin Cucu, tentu Opa-Oma ikut, habis ini kita siap-siap ya," kata Oma."Yey, hore," Aldo berseru girang sambil memeluk Mereka, dan dibalas dengan pelukan dan ciuman juga untuk sang Cucu.Aku Melihat ke arah Aisyah yang terdiam memperhatikan kebahagiaan antara Cucu, Kakek dan Neneknya. Sedari kecil Ardi dan Aisyah tak melihat orang tuaku yaitu Kakek dan Neneknya, tak pernah merasakan kasih sayang dari kakek neneknya, juga dari pihak keluarga Ayah kandungnya, dia pun tak merasakan kasih sayang seperti itu.Aku ingin meraihnya dan memeluknya, namun Mama Laura sudah lebih dulu memanggil dan memeluk serta menciumi putriku.Aku terharu sekali, terima kasih orang baik, mimpi apa aku bisa dekat dengan keluarga Sultan ini, Shella, wanita yang apa adanya, yang tak suka terlihat kaya tajir melintir, si Putri tunggal yang tomboi, mandiri dan berhati lembut.Lepas Sholat Magrib, Shella menepati ucapan
Happy ending Bab terakhir Orang-orang yang ada di ruangan semua terdiam. Menunggu, kata-kata apalagi yang akan mereka dengar dari Danu dan Pisca, yang mereka tau selama ini mereka hanya teman kerja, tidak pernah lihat mereka berdua aneh-aneh dan terlihat seperti orang jatuh cinta."Tidakkkk! Kita harus menikah Danu, aku sudah tinggalkan suami aku demi kamu, jadi kamu tidak boleh menikah dengan yang lain, kamu hanya menikah dengan aku, sekarang juga aku akan datang ke rumah yang kamu tinggali, kamu dimana sayang? Kamu harus pergi bersamaku," teriak Renita panik.Pisca yang sudah menahan jengkel dari tadi, langsung mengambil alih ponsel di tangan Danu."Hai, Tante cantik, apa kabar?Lama nggak jumpa kita ya, kok masih suka marah-marah aja sih?" ledek Pisca terkekeh mendengar nada Renita yang emosi.Yang lain justru mendengarkan dengan tegang dan penasaran."Heh, siapa kamu? Gadis ingusan? Nggak usah suka ikut campur urusan orang," hardik Renita."Loh, kalau urusan orang lain aku nggak s
Di Apartemen Renita.Renita menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis.Wanita itu memejamkan mata sambil bersandar di sofa, menarik dan membuang nafas berkali-kali untuk menenangkan hatinya.Yang sudah terjadi ya sudahlah, pikirnya, kalau Hendra tidak memaafkan dan tak mencintai dirinya lagi, masih ada Danu yang selalu mengejarnya, sekarang fokus bagaimana cara menghubungi Danu lagi dan menjauhkannya dari Pisca.Renita mencari ponselnya untuk menghubungi Amel, menanyakan apakah sudah berhasil menjalankan perintah."Argh," teriak Renita gusar."Mati lagi baterainya." Renita segera meraih ponselnya untuk di cash.Beberapa menit menunggu dengan tak sabar wanita itu segera membuka layar ponselnya."Hah, akhirnya," pekik Renita senang setelah membaca chat masuk dari putrinya, Amel.Di rumah sakit, Dewi tersenyum bahagia memandang putri kembarnya, Dewa menyuapinya makan dengan penuh perhatian dan sayang, sedari tadi pria itu sibuk mengurus
Pisca akhirnya memberikan nomor ponsel dia, Pak Satpam juga Danu, dia merasa pria itu juga pasti tak mau berdiam diri selama tinggal di rumah ini walau statusnya bukan lagi sebagai pekerja.Danu pasti tetap merawat bunga-bunga di taman yang sudah bertahun-tahun dirawatnya bila keluarga Pak Bahtiar sedang di luar negeri, siapa tahu cincinnya ditemukan oleh lelaki itu, pikir Pisca.Dengan senang hati Amel kembali bergabung ke temen-temennya, ternyata tidak susah juga melakukan permintaan Mamanya, lumayan dapat 10 juta, bisiknya dalam hati, namun ada juga rasa heran di hati, untuk apa Mamanya meminta nomor ponsel Ayah kandung Ardi, apa mereka saling mengenal? Tanya Amel dalam hati.Amel membuka layar ponselnya ingin segera mengabarkan pada sang Mama, bahwa misinya berhasil.Namun nomor ponsel Renita tak tersambung juga, berkali-kali dicoba tetap saja tidak tersambung.--++++terimakasih readers, besok bab terakhir, tamatAmel tidak tahu bila orang tuanya bertengkar hebat dan ponsel Reni
"Mm-mas Hen dra," ujar Renita tergagap karena masih diliputi rasa terkejut."Kenapa gugup? Kenapa langsung pucat kaya maling tertangkep begitu? Apa video ini rupanya yang bikin kamu gelisah dari tadi?" Hendra bertanya pelan namun tatapan matanya tajam.Hendra mengarahkan ponsel yang dia pegang ke wajah Istrinya, menampakan video status Amel."Ada Danu rupanya, kamu rindu sekali dengan kekasih gelapmu itu? Sampai sebegitu bingungnya, hingga nekad menyuap banyak uang pada putrimu untuk mendapatkan keinginanmu," sindir Hendra, menegur istrinya tajam."Tenang Mas Hendra, semuanya bisa dibicarakan baik-baik, jangan salah paham dulu ya, aku bisa jelaskan," bujuk Renita dengan lembut dan manja berusaha meluluhkan kemarahan suaminya.Namun Hendra menepis tangan Renita yang berusaha merengkuhnya, lelaki yang merasa tersakiti itu, hatinya tak lagi sama seperti yang dulu. Sosok seorang suami yang manis, mengalah dan penyayang kini berubah menjadi sosok sadis dan penuh kebencian.Wajah Renita ya
Keluarga Hendra yang awalnya begitu menyayangi Renita karena masih ada ikatan saudara, kini berbalik jadi membenci istrinya setelah mengetahui perbuatannya mampu menyakiti hati Hendra, mereka hanya membenci kelakuannya yang berselingkuh dengan beberapa pria dan bersenang-senang dengan pria-pria itu dari hasil kerja keras suaminya. Padahal selama ini Hendra memuliakan Renita bak ratu, menuruti dan mencukupi semua kebutuhan dan keinginan Istri juga anak-anak nya, mereka adalah dunia dan kebahagiaan Hendra.Setelah mengetahui perselingkuhan Renita dengan berganti-ganti lelaki bahkan sampai menghidupi dan mencukupi pria yang bersamanya, membuat hati Hendra tercabik cabik, sementara dirimya banting tulang mencari nafkah demi untuk membahagiakannya, istrinya malah membahagiakan pria lain.Keluarga Hendra yang tak terima, mereka terus mengirim beberapa bukti berupa foto-foto Renita yang terciduk diam-diam oleh keluarga atau tetangga dan teman-teman Hendra yang melihat istrinya sedang jala
Begitu pun Dewa, Dewi dan keluarga yang lain juga fokus melihat ke arah sang pengantin putri, dengan penasaran yang sama seperti Danu.Tiara memandang wajah Pak Danu lekat, lalu berkata."Ayah Danu Syaputra, aku Tiara Bahtiar, aku sekarang anakmu juga, sekarang boleh 'kan aku memanggilmu Papa Danu? Atau Ayah Danu?" tanya Tiara dengan mengulas senyum di wajah bening dan cantiknya.Danu masih diam, terpukau tak percaya dengan pendengarannya."Terimakasih, Papa Danu, sudah menghadirkan Kak Ardi ke dunia ini dan menjadi penjaga serta imamku di dunia dan akhirat, Ayahku sekarang ada tiga, Ayah Bahtiar, Ayah Dewa dan tambah lagi Ayah Danu, jadi bertambah lagi orang yang akan menyayangi aku," ujar Tiara, lalu membungkukkan badan sambil mengambil tangan Danu dan mencium punggung tangan lelaki itu dengan takzim."Masya Allah," terdengar beberapa suara yang memuji apa yang Tiara lakukan, putri seorang pengusaha sukses, tidak malu mengakui mantan supir pribadinya selama ini sebagai Ayah Mertu
Sebesar apa pun sakit yang diberikan sang Ayah, namun kerinduan sebagai seorang anak masih lebih berat di hati Aisyah pada lelaki bergelar 'Ayah' itu.Melihat Kakaknya berjalan menghampiri lelaki yang memakai kacamata dan topi, Aisyah juga ikut mendekati."Ayah!" panggil Aisyah lembut.Danu yang mendengar suara putri kesayangannya yang kini sudah beranjak gadis, langsung membalikkan badan, kerinduannya tak terbendung lagi, ingin rasa hati memeluk dan dipeluk buah hatinya.Ditatapnya wajah cantik nan anggun itu, air mata Danu meluncur di balik kacamatanya, namun Danu tak mau membukanya, pria itu masih malu menghadapi pandangan orang dengan keadaannya saat ini, terutama Dewi dan Shella."Ayah ...ini ayah Danu?" tanya Aisyah dengan lembut dan suara bergetar menahan haru, sambil perlahan melangkah mendekat.Danu terharu, pria itu segera membentangkan kedua tangan, untuk menerima pelukan putrinya, walau ada ragu, takut Aisyah menolak dipeluk sang Ayah, saat ini hanya Aisyah yang mampu
Ardi memandang Ayah Dewa dan Ibunya dengan prustasi, tiba-tiba hatinya berdebar dan diliputi kecemasan luar biasa, takut membayangkan dan menghadapi reaksi orangtua Tiara bila tahu, supir pribadinya selama ini adalah Ayah kandung menantunya, besannya."Ada apa sih Kak, kok tegang seperti ini?" tanya Tiara menatap lekat mata Ardi, gadis itu mrmunggu jawaban yang jujur dari suaminya.Ardi balas memandang wajah Tiara, diraihnya kedua tangan sang Istri dan mengecupnya berkali-kali."Maafkan aku ya, kalau aku belum banyak bercerita tentang keluarga aku, tapi sebelumnya kamu tahu kan? Ayah Dewa adalah ayah sambung aku, suami kedua Ibu aku." tutur Ardi lembut, yang dibalas Anggukan kepala Tiara tanda mengerti."Sebelum ada Ayah Dewa, aku punya Ayah kandung yang menghilang tak ada kabar selama ini, dan aku tak pernah mengingat Ayah kandungku lagi." Ardi menghela napas sejenak."Lalu? Sekarang apa kamu mendengar kabarnya? Apakah itu yang membuatmu cemas sekarang ini?" tanya Tiara."Iya Saya
Wajah tampan yang Aldo miliki menurun dari kecantikan Mamanya Shella dan Ayahnya Aldi yang memang keturunan bule."Aldo, kenalin ini teman-teman aku, yang waktu itu aku cerita, yang itu mulai dari kanan Mia, Maya, Yuli, Nia."Aisyah memperkenalkan teman-temannya."Yang para cowok dari Panti Asuhan Ayah Dewa loh, udah kenal belum? Sudah pernah ke Panti?" tanya Aisyah sambil menatap Aldo.Aldo menggelengkan kepala, tanda belum pernah di ajak ke Panti oleh Om Dewa."Okey, kenalin dari yang kiri namanya Bima, Dimas, Sultan, Angga," ujar Aisyah menyebut satu persatu temannya."Hai salam kenal ya, aku Aldo," sapa Aldo melambaikan tangan pada semua teman Aisyah sambil mengulas senyum yang begitu manis hingga menampilkan lesung pipit di wajahnya.Tak ada yang membalas sapaan Aldo, karena para gadis itu terkesima juga terpesona dengan sosok Aldo yang tampil beda, pemuda itu memakai kemeja dan rompi dibalut jas tuxedo, celana panjang dan sepatu yang berkilat menunjukkan kualitas Harga mahalnya