"Assalamualaikum, Dewi? Di mana wi? Gue masuk ya," terdengar suara Shella memanggil."Di kamar Shell....," panggilku lirih sambil tetap meringkuk di pembaringan.Shela pun masuk ke kamar, dia merangkul dan memelukku. "Sabar Dewi, ingat anak anak, yang kuat ya. Gue yakin lu bisa, yang kuat yah," bisiknya masih posisi merangkul, memberiku semangat.Perhatian Shella membuat air mata ini luruh lagi, namun perlahan-lahan kutenangkan diri, aku menghirup napas dan menghembuskannya berulang ulang."Gimana wi, dah mulai tenang?" tanyanya, dan aku menganggukkan kepala."Aku kangen sama kamu Shella, lama banget ngga maen ke rumahku, chat juga kalau perlu aja," ujarku mencebik."Makasih Besti, tambah lagi donk orang yang kangen sama gue he he he." Shella berusaha menghibur Dewi."Dewi, tadi gue telpon lu, rencananya mau ajak lu ke jakarta, gue mau pulang sebentar ke rumah Bokap Nyokap, lu ikut yuk nemenin gue, sekalian mau ketemu sama Om Surya yang mau beli ruko gue yang 3 lantai di BSD, ka
Sepulang sekolah nanti, chat-ku pasti dilihat Ardi, ponsel yang dia bayar secara mencicil di counter milik orang tua temannya.Namun Ardi mampu mencicilnya dari hasil keringatnya sendiri, setiap pulang sekolah, setelah Istirahat sebentar, Ardi meluangkan waktu membantu bekerja di toko sembako milik Pakdenya, Bang Rizal.Setelah lunas mencicil ponselnya, Ardi kembali fokus dengan pelajaran sekolahnya lagi.terharu rasanya melihat putraku ikut berjuang untuk mendapatkan kebutuhannya.-------Jam 12.15 akhirnya Aisyah keluar dari kelasnya, aku yang sudah menunggu selama 15 menit bersama Shella, gegas menjemput, lalu menggandeng tangan gadis kecil itu.Aisyah heran saat aku menuju ke mobil Shella."Ibu, kok kesini? Memangnya kita mau kemana?" tanyanya heran."Itu mobilnya Tante Shella Nak, sekali-kali kita ikut jalan-jalan Tante ya, kita lihat kota besar, Ibu sudah bawa baju ganti buat Aisyah." Putriku mengangguk patuh, wajahnya langsung sumringah, karena baru kali ini mau pergi ke Ibukot
Tiba-tiba aku bergidik, Shella yang melihatnya lalu bertanya."Kenapa Dewi, serem ya?""Nggak lah, luar biasa cakep malah, gila rumah sultan ini mah, seumur-umur baru ini aku lihat rumah semewah ini," ujarku kagum."Aku lagi bayangin, sendirian di rumah sebesar ini, mau ngerumpi nggak ada temen, jauh dari tetangga, mau kesana kemari dah capek duluan liat rumah seluas ini, perlu sepatu roda kayaknya buat keliling rumah ini, mendingan di kontrakan kecil aja aku Shell," ujarku lagi.Shella tergelak mendengar ucapanku.Aku tetap melangkah mengikuti Shella, naik ke lantai atas, ternyata letak kolam renangnya di atas.Kamar demi kamar aku lewati, pasti dalamnya sangat luas, batinku.Diatas juga ada satu ruangan yang tak kalah indah dan mewah dari ruang tamu di lantai bawah.Ada telivisi yang layarnya seperti bioskop mini, lampu gantung kristal yang indah menghias di atas sofa nan cantik dan anggun, karpet bulu yang super lembut di telapak kaki, hiasan hiasan dan guci berukir nan cantik meng
"Terserah kamu saja Shella, kalau soal penjualan Villa, itu sudah hsk kamu dan Aldo, kalau nemenin Cucu, tentu Opa-Oma ikut, habis ini kita siap-siap ya," kata Oma."Yey, hore," Aldo berseru girang sambil memeluk Mereka, dan dibalas dengan pelukan dan ciuman juga untuk sang Cucu.Aku Melihat ke arah Aisyah yang terdiam memperhatikan kebahagiaan antara Cucu, Kakek dan Neneknya. Sedari kecil Ardi dan Aisyah tak melihat orang tuaku yaitu Kakek dan Neneknya, tak pernah merasakan kasih sayang dari kakek neneknya, juga dari pihak keluarga Ayah kandungnya, dia pun tak merasakan kasih sayang seperti itu.Aku ingin meraihnya dan memeluknya, namun Mama Laura sudah lebih dulu memanggil dan memeluk serta menciumi putriku.Aku terharu sekali, terima kasih orang baik, mimpi apa aku bisa dekat dengan keluarga Sultan ini, Shella, wanita yang apa adanya, yang tak suka terlihat kaya tajir melintir, si Putri tunggal yang tomboi, mandiri dan berhati lembut.Lepas Sholat Magrib, Shella menepati ucapan
Mama Laura tersenyum melihatku, lalu memperkenalkan Putranya, Dewa."Ini Dewi, sahabat Shella yang di desa tempat Nenek kalian, Aisyah itu Putrinya yang ke dua, usianya hampir sama dengan Aldo." Mama Laura memperkenalkan diriku."Ayo Dewi kenalin anak Mama, namanya Dewa, panggil Kak Dewa juga boleh.""Oh, hai Dewi," sapa Kak Dewa sopan.Aku mengangguk sopan padanya, merespon sapaannya."Hai, Kak Dewa.""Ya sudah Lusia, bawa Dewi ya, saya ke ruang kerja dulu sama Dewa, dan kamu Dewi pilih aja yang kamu suka dan cocok.Mama tinggal dulu ke ruangan itu," katanya sambil menunjuk ke arah yang dimaksud."Baik Ma," jawabku lalu mengikuti langkah Lusia.Gadis anggun yang dipanggil Lusia tadi membantuku memilihkan beberapa pakaian yang membuatku terkejut saat melihat bandrol harganya yang sangat mahal, aku menggeleng tak mau, selain aku tak tega dengan harganya juga tak mau dikira memanfaatkan kebaikan keluarga Shella, toh baju- baju ini tak akan berguna di desaku nanti, saat pulang nanti ak
"Shella, sepertinya anak-anak waktunya dijemput, ajak mereka makan, jangan kemalaman, kasian nanti kelelahan bermain, kamu jemput sendiri aja ya, Dewi biar di sini," ujar Mama Laura."Okey Ma." Shella gegas berdiri dan berjalan ke arah arena bermain anak-anak.Mama Laura berpindah duduk di sampingku, dan menatapku lekat yang tetap fokus memainkan sendok makanku sambil termenung, memikirkan Ardi yang tidak duduk bersamaku menikmati hidangan mewah yang sekarang aku nikmati, aku merasa bersalah, menikmati makan mewah ini sendirian bersama Aisyah saja.Memikirkan Bang Danu yang tak ada belas kasihan sedikitpun pada anak-anaknya, tak inginkah dia membahagiakan Putra-Putrinya."Dewi, Apa yang kamu pikirkan?" "Hah? Eh, Mama? Nggak apa-apa kok," aku terkejut dengan pertanyaan Mama Laura yang tiba-tiba sudah di samping aku.Aku melihat Papa Handoko dan Kak Dewa sedang berbincang serius."Katakan sama Mama kalau kamu ada masalah, In saya Allah, kami siap bantu," ucapnya sambil mengelus puncak
"Sudah nggak ada kecocokan, jadi lebih baik berpisah," jawabku datar."Ooh, maaf." Kak Dewa hanya manggut-manggut kepala saja.Akhirnya sampai juga di rumah. Kak Dewa membantu menggendong Aisyah ke kamar yang aku tempati, aku mengikuti langkahnya dari belakang.Saat di ruang depan, sekalian aku izin untuk beristirahat pada Mama, Papa dan Shella, lalu kami saling mengucapkan selamat malam.Sesampainya di kamar Kak Dewa meletakkan Aisyah di tempat tidur, menyelimutinya, lalu permisi keluar.Tak lupa aku mengucapkan terima kasih buat Kak Dewa yang telah membantu aku menggendong Aisyah.Tubuhku terasa penat dan lelah sekali, ingin rasanya segera berbaring di kasur empuk ini, namun sebelum tidur, aku ambil air wudhu tuk menjalankan Sholat Isya'. Selesai Sholat aku tertidur pulas di samping putriku.---------Bugh.aku terlonjak kaget saat merasakan sesuatu menimpa tubuhku.Hufft ,... aku menghela napas lega saat melihat tangan dan kaki Aisyah yang ternyata menimpaku, dia memelukku, bikin
Aku masih dalam mode melongo, tubuhku bergetar, menatap tumpukan uang pemberian Shella di telapak tanganku."Shella? Kamu waras? Ini uang kan? Gampang banget uang sebanyak ini di kasihin gitu aja, jangan Shell," tolakku."Gue waras lah Dewi, saking warasnya sampe pengen bantu lu banget, dari dulu sebenarnya, tapi gue males datang ke rumah lu kalau ada Danu, sekarang hajar itu si Danu dengan cerdas, gue bantu pokoknya, " tutur Shella."Terus duit sebanyak ini buat apa Shell?" tanyaku binggung.Shella menepuk jidadnya."Lu campur kembang tujuh rupa, 7 ember, taro di bak mandi, terus berendam deh lu, sambil mainin duit, cekrek, di foto, terus lu kirim deh, ke Danu, kasih judul, istri yang kau buang siap balas dendam, otw jadi Sultan," katanya dengan asal."Ihh Shella, malah bercanda, tapi aku nggak mau terima uang cuma-cuma, rasanya kayak habis ngerampok, atau habis dapat pesugihan, nggak mau ah Shell, Aku nggak berani juga bawa uang sebanyak ini," aku tetap menolak karena sungkan."Lu