"Shella, sepertinya anak-anak waktunya dijemput, ajak mereka makan, jangan kemalaman, kasian nanti kelelahan bermain, kamu jemput sendiri aja ya, Dewi biar di sini," ujar Mama Laura."Okey Ma." Shella gegas berdiri dan berjalan ke arah arena bermain anak-anak.Mama Laura berpindah duduk di sampingku, dan menatapku lekat yang tetap fokus memainkan sendok makanku sambil termenung, memikirkan Ardi yang tidak duduk bersamaku menikmati hidangan mewah yang sekarang aku nikmati, aku merasa bersalah, menikmati makan mewah ini sendirian bersama Aisyah saja.Memikirkan Bang Danu yang tak ada belas kasihan sedikitpun pada anak-anaknya, tak inginkah dia membahagiakan Putra-Putrinya."Dewi, Apa yang kamu pikirkan?" "Hah? Eh, Mama? Nggak apa-apa kok," aku terkejut dengan pertanyaan Mama Laura yang tiba-tiba sudah di samping aku.Aku melihat Papa Handoko dan Kak Dewa sedang berbincang serius."Katakan sama Mama kalau kamu ada masalah, In saya Allah, kami siap bantu," ucapnya sambil mengelus puncak
"Sudah nggak ada kecocokan, jadi lebih baik berpisah," jawabku datar."Ooh, maaf." Kak Dewa hanya manggut-manggut kepala saja.Akhirnya sampai juga di rumah. Kak Dewa membantu menggendong Aisyah ke kamar yang aku tempati, aku mengikuti langkahnya dari belakang.Saat di ruang depan, sekalian aku izin untuk beristirahat pada Mama, Papa dan Shella, lalu kami saling mengucapkan selamat malam.Sesampainya di kamar Kak Dewa meletakkan Aisyah di tempat tidur, menyelimutinya, lalu permisi keluar.Tak lupa aku mengucapkan terima kasih buat Kak Dewa yang telah membantu aku menggendong Aisyah.Tubuhku terasa penat dan lelah sekali, ingin rasanya segera berbaring di kasur empuk ini, namun sebelum tidur, aku ambil air wudhu tuk menjalankan Sholat Isya'. Selesai Sholat aku tertidur pulas di samping putriku.---------Bugh.aku terlonjak kaget saat merasakan sesuatu menimpa tubuhku.Hufft ,... aku menghela napas lega saat melihat tangan dan kaki Aisyah yang ternyata menimpaku, dia memelukku, bikin
Aku masih dalam mode melongo, tubuhku bergetar, menatap tumpukan uang pemberian Shella di telapak tanganku."Shella? Kamu waras? Ini uang kan? Gampang banget uang sebanyak ini di kasihin gitu aja, jangan Shell," tolakku."Gue waras lah Dewi, saking warasnya sampe pengen bantu lu banget, dari dulu sebenarnya, tapi gue males datang ke rumah lu kalau ada Danu, sekarang hajar itu si Danu dengan cerdas, gue bantu pokoknya, " tutur Shella."Terus duit sebanyak ini buat apa Shell?" tanyaku binggung.Shella menepuk jidadnya."Lu campur kembang tujuh rupa, 7 ember, taro di bak mandi, terus berendam deh lu, sambil mainin duit, cekrek, di foto, terus lu kirim deh, ke Danu, kasih judul, istri yang kau buang siap balas dendam, otw jadi Sultan," katanya dengan asal."Ihh Shella, malah bercanda, tapi aku nggak mau terima uang cuma-cuma, rasanya kayak habis ngerampok, atau habis dapat pesugihan, nggak mau ah Shell, Aku nggak berani juga bawa uang sebanyak ini," aku tetap menolak karena sungkan."Lu
"Ooh, kirain lagi mikirin aku, kalau mau mikirin aku juga boleh kok, nggak apa-apa," katanya sambil tertawa, dan terus mengajak bercanda."Ehh," aku jadi gugup dan mungkin pipiku bersemu merah mendengar candaannya."Kak Dewa ge er an deh," jawabku gugup.Kak Dewa malah tertawa seolah-olah aku sudah membuat sebuah lelucon."Hallo Dewi, wangi apa ini? Gurih banget, bikin perut gue laper, kayaknya gue familiar banget nih sama aroma masakan ini," sapa Shella dari jauh sambil mendekat ke arah meja makan.Sesampainya di meja makan dan memperhatikan menu masakan Shella tertawa kecil.Aldo berlari lambat di belakang Mamanya dan duduk di sebelah Kak Danu yang langsung menciumi pipi gembulnya dengan gemas."Hmm, Oh My God, kesukaan gue semua ini, thanks Dewi, I love you emmuah," ucap Shella lebay sambil memberiku kiss bay jarak jauh."Ayo di makan Kak Dewa, rasanya endulita, nggak kalah sama restoran, dijamin, kebanyakan makan masakan ini, bakal jatuh cinta loh sama juru masaknya hehehe," goda
Namaku Danu Syaputra, anak kedua dari dua bersaudara, kakak pertamaku lelaki juga, bernama Rizal Syaputra, ayahku sudah lama meninggal, hanya Ibu yang membesarkan kami sendirian, Ibuku tipe orang penyabar dan pendiam, sebesar apapun kesalahan kami anak-anaknya, tak pernah beliau marah atau mengomel.Pernah waktu remaja dulu, saat nakal-nakalnya kami jaman sekolah, Abangku pulang diantar beberapa warga hanya memakai celana dalam saja karena terciduk saat balapan liar malam hari, juga mengkonsumsi miras.Aku juga pernah dilabrak orang tua dari salah satu kekasihku, karena meninggalkan anaknya dan tak mau bertanggung jawab atas kehamilannya. Namun aku masih mampu berkelit dan memberi alasan, aku meninggalkannya karena dirinya ketahuan berganti ganti pasangan juga, saat itu aku ada bukti berupa foto-foto, aku beralasan, selalu cemburu dan emosi, bila dipaksakan bersamanya, rumah tangga tak akan bahagia. Akhirnya orang tuanya pasrah dan tak menuntutku lagi Bagaimana Ibuku? Dia hanya men
PoV DanuAku geram dan ingin menghajar Putraku lagi untuk memberi efek jera agar dia lebih punya sopan santun kepada orang yang lebih tua. Namun teriakan Ibuku menghentikan niatku."Cukup Danu!! Jangan teruskan! itu anakmu! Anak kandungmu! Kalau sampai babak belur kamu juga yang repot Nak, tenaganya tetap kalah melawan kamu," teriak Ibuku sambil terisak dan mengelus dada, menyandarkan dirinya."Pukul saja Aku yah ...! Belum puas 'kan?! Ayo pukul sampai aku berd4r4h-da rah lagi, bukankah Ayah sangat puas bila memukuliku," tantang Ardi.Aku geram sendiri mendengar ucapannya, entahlah kenapa anak ini begitu pembangkang, aku sering memukulinya agar dia jera, tapi dia makin jadi pembangkang, ini semua pasti hasil didikan Dewi, agar anak-anak membenciku.Aku pernah memukuli punggung Ardi dengan hanger besi untuk menjemur pakaian karena pulang larut malam, dia lebih mementingkan main game di warnet, tapi Ibunya malah membela dan melawanku, bahkan berani memukulku saat aku menghajar Ardi. B
Namaku Dewa Hamijoyo, aku anak angkat seorang pengusaha di Jakarta, aku dibesarkan beliau sejak balita, sebelumnya aku tinggal di panti asuhan yang aku tidak tahu siapa orang tuaku dan keluargaku, akhirnya sepasang suami istri mengadopsiku.Baru satu bulan mereka merawatku ternyata Mama hamil, usaha Papa juga makin lancar, selalu menang tender, mereka makin menyayangiku, mereka bilang aku pembawa rezeky.Hingga Adikku Shella (anak kandung Papa dan Mama Angkatku) lahir, Orang Tua kami membesarkan dan menyayangi kami tanpa pilih kasih.Aku bersyukur mendapatkan keluarga yang penuh kasih sayang ini.Namun kebahagiaan sempet hilang saat Shella marah dan pergi dari rumah karena merasa diabaikan, adikku marah karena Papa dan Mama lebih sering di luar Negeri daripada di rumah, sementara Shella yang masih SMP lebih senang di Indonesia.Selama Shella pergi aku menyewa seseorang untuk mencarinya dan mengikutinya, bahkan melindunginya bila terjadi sesuatu, karena yang Papa dan Mama tau Shella
"Baik Suster," jawab Dewi, tak ada banyak barang, hanya tas dan beberapa pakaian milik Ardi saja.Tak lama kemudian, datang dua perawat pria membantu Ardi menuju ruang rawat VIP dan kami mengikutinya, juga, teman-teman Ardi yang masih setia menunggu dengan mengandeng tangan Aisyah.Alhamdulillah Ya Allah, di saat diri ini tertimpa masalah dan musibah ada keluarga baru dan baik hati di pertemukan denganku, yang dengan senang hati membantu.Di ruang inap VIP kelas 1 ini, ada AC, tivi, toilet dalam, dan sofa untuk duduk keluarga, juga tambahan 1 tempat tidur untuk penunggu pasien. Semua Mama Laura yang mengurus.Aku sendiri panik saat mendengar berita kecelakaan Ardi hingga tak membawa barang-barangku yang ada di rumah Shella, aku hanya membawa ponsel saja. Lalu meminta tolong pada Shella untuk membawakan barang milikku dan milik Aisyah saat datang menjenguk.Aisyah masuk bersama Mama Laura dan Kak Dewa dan 4 orang teman Ardi, di tangan mereka ada kantong kresek bertuliskan Indo april,