Keluarga Hendra yang awalnya begitu menyayangi Renita karena masih ada ikatan saudara, kini berbalik jadi membenci istrinya setelah mengetahui perbuatannya mampu menyakiti hati Hendra, mereka hanya membenci kelakuannya yang berselingkuh dengan beberapa pria dan bersenang-senang dengan pria-pria itu dari hasil kerja keras suaminya. Padahal selama ini Hendra memuliakan Renita bak ratu, menuruti dan mencukupi semua kebutuhan dan keinginan Istri juga anak-anak nya, mereka adalah dunia dan kebahagiaan Hendra.Setelah mengetahui perselingkuhan Renita dengan berganti-ganti lelaki bahkan sampai menghidupi dan mencukupi pria yang bersamanya, membuat hati Hendra tercabik cabik, sementara dirimya banting tulang mencari nafkah demi untuk membahagiakannya, istrinya malah membahagiakan pria lain.Keluarga Hendra yang tak terima, mereka terus mengirim beberapa bukti berupa foto-foto Renita yang terciduk diam-diam oleh keluarga atau tetangga dan teman-teman Hendra yang melihat istrinya sedang jala
"Mm-mas Hen dra," ujar Renita tergagap karena masih diliputi rasa terkejut."Kenapa gugup? Kenapa langsung pucat kaya maling tertangkep begitu? Apa video ini rupanya yang bikin kamu gelisah dari tadi?" Hendra bertanya pelan namun tatapan matanya tajam.Hendra mengarahkan ponsel yang dia pegang ke wajah Istrinya, menampakan video status Amel."Ada Danu rupanya, kamu rindu sekali dengan kekasih gelapmu itu? Sampai sebegitu bingungnya, hingga nekad menyuap banyak uang pada putrimu untuk mendapatkan keinginanmu," sindir Hendra, menegur istrinya tajam."Tenang Mas Hendra, semuanya bisa dibicarakan baik-baik, jangan salah paham dulu ya, aku bisa jelaskan," bujuk Renita dengan lembut dan manja berusaha meluluhkan kemarahan suaminya.Namun Hendra menepis tangan Renita yang berusaha merengkuhnya, lelaki yang merasa tersakiti itu, hatinya tak lagi sama seperti yang dulu. Sosok seorang suami yang manis, mengalah dan penyayang kini berubah menjadi sosok sadis dan penuh kebencian.Wajah Renita ya
Pisca akhirnya memberikan nomor ponsel dia, Pak Satpam juga Danu, dia merasa pria itu juga pasti tak mau berdiam diri selama tinggal di rumah ini walau statusnya bukan lagi sebagai pekerja.Danu pasti tetap merawat bunga-bunga di taman yang sudah bertahun-tahun dirawatnya bila keluarga Pak Bahtiar sedang di luar negeri, siapa tahu cincinnya ditemukan oleh lelaki itu, pikir Pisca.Dengan senang hati Amel kembali bergabung ke temen-temennya, ternyata tidak susah juga melakukan permintaan Mamanya, lumayan dapat 10 juta, bisiknya dalam hati, namun ada juga rasa heran di hati, untuk apa Mamanya meminta nomor ponsel Ayah kandung Ardi, apa mereka saling mengenal? Tanya Amel dalam hati.Amel membuka layar ponselnya ingin segera mengabarkan pada sang Mama, bahwa misinya berhasil.Namun nomor ponsel Renita tak tersambung juga, berkali-kali dicoba tetap saja tidak tersambung.--++++terimakasih readers, besok bab terakhir, tamatAmel tidak tahu bila orang tuanya bertengkar hebat dan ponsel Reni
Di Apartemen Renita.Renita menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis.Wanita itu memejamkan mata sambil bersandar di sofa, menarik dan membuang nafas berkali-kali untuk menenangkan hatinya.Yang sudah terjadi ya sudahlah, pikirnya, kalau Hendra tidak memaafkan dan tak mencintai dirinya lagi, masih ada Danu yang selalu mengejarnya, sekarang fokus bagaimana cara menghubungi Danu lagi dan menjauhkannya dari Pisca.Renita mencari ponselnya untuk menghubungi Amel, menanyakan apakah sudah berhasil menjalankan perintah."Argh," teriak Renita gusar."Mati lagi baterainya." Renita segera meraih ponselnya untuk di cash.Beberapa menit menunggu dengan tak sabar wanita itu segera membuka layar ponselnya."Hah, akhirnya," pekik Renita senang setelah membaca chat masuk dari putrinya, Amel.Di rumah sakit, Dewi tersenyum bahagia memandang putri kembarnya, Dewa menyuapinya makan dengan penuh perhatian dan sayang, sedari tadi pria itu sibuk mengurus
Happy ending Bab terakhir Orang-orang yang ada di ruangan semua terdiam. Menunggu, kata-kata apalagi yang akan mereka dengar dari Danu dan Pisca, yang mereka tau selama ini mereka hanya teman kerja, tidak pernah lihat mereka berdua aneh-aneh dan terlihat seperti orang jatuh cinta."Tidakkkk! Kita harus menikah Danu, aku sudah tinggalkan suami aku demi kamu, jadi kamu tidak boleh menikah dengan yang lain, kamu hanya menikah dengan aku, sekarang juga aku akan datang ke rumah yang kamu tinggali, kamu dimana sayang? Kamu harus pergi bersamaku," teriak Renita panik.Pisca yang sudah menahan jengkel dari tadi, langsung mengambil alih ponsel di tangan Danu."Hai, Tante cantik, apa kabar?Lama nggak jumpa kita ya, kok masih suka marah-marah aja sih?" ledek Pisca terkekeh mendengar nada Renita yang emosi.Yang lain justru mendengarkan dengan tegang dan penasaran."Heh, siapa kamu? Gadis ingusan? Nggak usah suka ikut campur urusan orang," hardik Renita."Loh, kalau urusan orang lain aku nggak s
Bulir-bulir bening mengalir deras di pipiku, menemani lantunan dzikir dan doa - doa di sepertiga malam ini.Memohon pada Robb-ku, untuk memberi kekuatan dan petunjuk, agar bisamembuat keputusan malam ini.Sebuah keputusan besar, berpisah atau bertahan dengan suamiku. --------------Krieeett .... Pintu kamarku terbuka, kulirik sosok yang 15 tahun sudah menemaniku, dan memberiku dua buah hati, selama ini aku rela mendampingi, bersamanya dalam suka dan duka, dalam kemiskinan dan kelaparan, tapi tidak untuk perselingkuhan.Ternyata dia tak bisa tidur setelah perdebatan sore tadi denganku.Setelah aku berkali-kali memergoki perselingkuhannya.Suamiku sosok yang rupawan, penyabar dan humoris, walau suamiku hanya pegawai biasa dengan gaji pas-pasan tapi tubuhnya yang tinggi atletis juga gagah, membuat tak sedikit wanita yang tebar pesona ingin mendekatinya.Aku pernah merasa jadi wanita yang paling bahagia saat menikah dengannya, dari sekian banyak kekasih, dia m
Tring..... Ponselku berbunyi, kudengar 1 notifikasi chat masuk, kubuka mataku, kurasakan tubuhku panas dingin, mataku terasa hangat dan sipit karena menangis semalaman.Kulihat dari ventilasi jendela suasana di luar masih gelap, jam di dinding menunjuk pukul 04.00.Aku pun bangkit dari tempat tidurku, karena waktunya sholat subuh .Kuambil air wudhu, kugelar sajadahku, masih kupakai mukena pemberian suamiku saat lamaran dulu, lalu kujalankan kewajibanku sebagai hamba Allah. Selesai sholat subuh, ku lantunkan dzikir dan doa, sebagai penenang jiwaku. tak lupa memanjatkan doa untuk kesehatan, keselamatan dan kesuksesan Anak- anakku.Air mataku meluruh lagi dan lagi saat mendoakan mereka, bagaimana tidak, disetiap doa menyebut nama anak-anakku aku menyebut bin/binti lalu nama Ayahnya, nama yang masih menggetarkan jiwaku, nama yang akan tetap selalu kusebut di setiap sujudku.Usai berdoa, kupandang jendela, sinar mentari mulai menerobos memberikan sinarnya.Aku bergegas kedapur untuk
"Maksudnya?" tanyaku heran."Itu Bu, tindih-tindihan, Ayah di atas, Tante dibawah nggak pakai baju," jelasnya sedikit emosi.Degh!! Oh hati, tolong tetaplah baik baik saja.Walau aku sudah mengetahui perselingkuhan suamiku berkali kali dengan beberapa wanita, tapi mengapa kesaksian anakku kali ini masih mampu membuatku seperti dijalari aliran listrik, karena ternyata mereka juga menjadi saksi kebejatan Ayahnya."Kakak tahu di mana Ayah melakukannya?" lanjutku bertanya."Di rumah Nenek, pas Ardi nggak sengaja mau pinjam sepeda buat les bahasa," jawabnya.Aku terhenyak kaget. "Rumah Nenek ..?! Dimana ..?! Lalu orang-orang kemana? Bukankah ada Nenek dan Bang rizal, Tante Ria dan Anak-anaknya?" tanyaku dengan hati dipenuhi keheranan. ( nama Abang Iparku dan istrinya)."Di kamar Ayah, Nenek sama semuanya liburan, ke tempat wisata, pakai mobil Tante ay itu," jelasnya."Ay ...? Itu nama dia?" tanyaku, aku masih terus mengintrogasi putraku."Apa Ayahmu tahu kau datang? Ternyata keluarga A