"Oh.. ini SMA 101 yang terkenal dengan ke-elite-annya seantero Jakarta." Yulia sontak kaget ketika kakinya melangkah ke area sekolah barunya, maklum saja ia tidak pernah bersekolah di sekolah elite seperti SMA 101 ini.
Mata Yulia tak bosan-bosannya memandangi bangunan megah yang ada dihadapannya. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke area sekolah tersebut.
"Rasanya seperti mimpi, gue bakal sekolah disini." Batin Yulia.
"Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?" Langkah Yulia terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang sepertinya mengarah kepadanya. Yulia menengok kebelakang mendapati seorang setengah baya menghadap ke arahnya. Yulia pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah satpam sekolah.
"Pagi pak, saya Yulia, ingin mendaftar menjadi murid baru disini." Yulia menyampaikan maksudnya kepada satpam itu.
"Oh begitu, yasudah masuk saja dek." Satpam itu pun mempersilahkan Yulia untuk masuk kedalam.
Yulia tahu apa yang harus ia tuju saat akan mendaftar ke sekolah baru, ia seketika mencari ruang Tata Usaha untuk mengurus kepindahannya. Namun, ia teringat bahwa sekolah ini tidak seperti sekolah lamanya, sekolah ini luas, ia tentu tidak tahu dimana letak ruang TU.
"Bodohnya gue nggak minta tolong aja ke pak satpam tadi buat nganter gue, nah kan jadi bingung sendiri." Yulia merutuki dirinya sendiri.
"Gila sih! ini sekolah gede banget, Kira-kira habis berapa budget ya." Lagi-lagi Yulia terpukau akan sekolahnya. SMA 101 ini memang luas dan besar, bahkan lapangannya saja luasnya hampir setara dengan perumahan.
"Gue kalo lagi kebelet keburu kagak ya kalo ke toilet, ini tuh sama kek kebelet di Jakarta, toiletnya di Bandung," ucap Yulia.
Yulia merasa lelah setelah 30 menit berkeliling area sekolah, ia berhenti di area taman sekolah. Melihat tempat duduk panjang yang tak jauh dari tempat ia berdiri, tanpa pikir panjang ia pun langsung menuju tempat duduk tersebut untuk melepas penatnya.
"Gue kalo selonjoran disini disangka gembel nggak ya," ucap Yulia kala mendapati tempat duduk panjangnya sangat luas sehingga ia bisa saja meluruskan kakinya atau bahkan tiduran.
Yulia menutup matanya dan mulai membayangkan saat dimana ia akhirnya bisa bersekolah disini, membayangkan bisa memiliki banyak teman, dan tentunya ibunya akan sangat bangga padanya.
"Ehem." Yulia terbangun dari lamunannya kala mendengar suara seseorang yang sepertinya ada didekatnya, ia masih menatap kedepan, ia sadar bahwa seseorang sudah ada disampingnya namun ia agak ragu untuk menengok.
Hening seketika, hanya suara angin yang terdengar. Yulia dan orang tersebut masih terdiam. Yulia membeku, ia ingin menengok dan memeriksa orang tersebut namun rasanya takut jika yang disampingnya bukanlah manusia melainkan makhluk lain, mengingat saat ia berkeliling area sekolah sangatlah sepi.
Pada akhirnya, Yulia pun memberanikan diri untuk menengok. "Syukurlah," katanya sembari mengelus dada, lega rasanya saat apa yang dipikirannya tidak terjadi.
Seorang pria yang sudah duduk disamping Yulia menatap gadis itu dengan penuh keheranan, pasalnya Yulia tiba-tiba menjadi seperti orang yang sedang dikejar hantu. Melihat Yulia aneh, pria tersebut pun menanyainya.
"Kamu kenapa?" tanya pria itu dengan wajah seperti menahan tertawa.
"Nggak papa," jawab Yulia sembari menetralkan detak jantungnya yang sudah hampir mau copot karena selain ia berpikir bahwa disampingnya bukanlah manusia, ia juga gugup saat ada pria yang sangat tampan duduk disampingnya.
"Bukan hantu, tapi malaikat." Batin Yulia.
"Kamu anak baru ya?" tanya pria tampan itu.
"I-iya a-aku anak baru disini." Yulia tetap berusaha menjawab walau tubuhnya sudah berkeringat dingin.
"Oo.. pantas saja aku belum pernah melihat kamu sebelumnya." Yulia hanya bisa tersenyum simpul sembari menetralkan detak jantungnya yang semakin tidak karuan.
"Ngomong-ngomong, kamu ngapain duduk sendirian disini?" tanya sang pria sembari menatap Yulia dengan tatapan penuh penasaran membuat yang ditatap menjadi salah tingkah.
"Hmm.. menikmati angin eh menikmati suasana maksudnya hehe," jawab Yulia asal.
"Iya sih, disini memang enak sekali suasananya, sejuk juga," ucap sang pria sembari menarik nafas, merasakan kesejukan suasana taman.
"Aku pergi dulu ya." Mendadak pria itu pamit kepada Yulia.
"Eh tunggu dulu!" teriak Yulia. Sang pria tampan itu mulai berlari menjauh darinya, namun langkahnya terhenti kala Yulia berteriak.
"Kenapa?" tanya sang pria itu dari kejauhan.
"Hmm.. anu.. itu.." Yulia ragu mengatakannya, sementara sang pria itu masih menunggu apa yang akan Yulia katakan.
"Gue nggak tau ruang TU dimana hehe," kata Yulia yang kemudian berbalik membelakangi pria tampan tersebut. Yulia merasa malu kala ia harus bertanya tentang letak ruang Tata Usaha, ia merasa bahwa itu hal yang memalukan.
"Ruang TU?" pria tampan itu memastikan bahwa apa yang ia katakan benar. Yulia pun meng-iya-kan dengan menganggukan kepalanya.
Bukannya menjawab, sang pria itu malah tertawa. Yulia semakin malu namun ia teringat bahwa ada pepatah bilang 'Malu bertanya, sesat dijalan', yang artinya ia tidak perlu malu untuk bertanya.
"Maaf, ruang TU ada di depan, kalau kamu sudah melewati pos satpam berarti kamu tinggal jalan lurus saja nah ruang TU ada di sebelah kantor guru," kata pria tampan itu menjelaskan.
"Jadi.. gue kejauhan dong." Raut waiah Yulia menjadi suram seketika. Ia sudah lelah berjalan mengelilingi area sekolah yang luas, tetapi itu hanyalah hal yang sia-sia.
"Yasudah, aku antar ya?" ucap pria itu tiba-tiba membuat perasaan Yulia campur aduk. Yulia seolah merasakan ada hikmah dibalik ini semua, tentu bertemu dengan pria tampan yang ada dihadapannya adalah sebuah hikmah. Batinnya memang melihat hal ini adalah keuntungan namun tidak dengan pikirannya.
"Mendingan nggak usah deh ya, gue bisa kesana sendiri, repot urusan kalo harus dianter sama dia," Yulia melirik pria didepannya sekilas memastikan ia tidak mendengar apa yang baru saja.
Yulia masih sibuk dengan pikiran dan batinnya, hingga ia lupa untuk merespon sang pria yang menawarinya untuk mengantarkannya.
"Ehem." Si pria tampan itu sengaja berdehem agar Yulia meresponnya.
"Eh iya boleh," kata Yulia singkat.
....
"Ruang TU-nya masih jauh dari sini, kamu nyarinya kejauhan," ucap sang pria, sementara Yulia hanya bisa tersenyum malu.
"Ini ruang lab IPA, jadi kalau kamu mengambil jurusan IPA saat waktunya ke lab ya kesini." Yulia hanya meng-iya-kan apa yang dikatakan oleh pria itu, fokusnya teralihkan oleh ketampanan pria didepannya, namun ia masih bisa menyimak apa yang dikatakan olehnya.
"So handsome guy," ucap Yulia lirih.
Disepanjang perjalanan, pria tampan itu dengan telaten menjelaskan tempat-tempat yang mereka lewati tanpa rasa lelah. Yulia salut dengan pria disampingnya ini, karena ia jarang sekali bertemu dengan orang seperti itu, yang bukan hanya tampan namun juga baik.
"Nggak yakin deh gue kalo dia masih jomblo," ucap Yulia lirih masih memperhatikan pria yang sedang menjelaskan tempat-tempat disekolah kepadanya.
"Nah kita sudah sampai, ini ruang TU yang kamu cari, kamu bisa langsung masuk saja." Langkah mereka terhenti kala mereka mendapati sebuah bangunan yang bertuliskan Ruang Tata Usaha.
"Oh iya, terimakasih ya." Yulia tidak menyangka akan sampai keruang TU yang selama ini ia cari, dan tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada seorang malaikat yang menyamar sebagai seorang pria karena telah menyelamatkan dari kebingungannya.
"Aku ke kelas dulu ya," ucap pria itu lalu pergi dengan terburu-buru.
Yulia lega karena sudah menyelesaikan administrasi untuk kepindahan sekolahnya, ia hanya perlu mempersiapkan keperluan untuk hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya. Teringat pria yang mengantarnya ke ruang Tata Usaha, Yulia memutuskan untuk mencarinya dengan kembali berkeliling sekolah. "Dia ada dikelas mana ya?" ucapnya. 'Buughh!' Yulia terjatuh, sementara seseorang sudah tersungkur. Mereka bertabrakan kemudian terjatuh bersama. "EH LO KALO JALAN PAKE MATA DONG!" ucap seseorang yang sedang berusaha untuk berdiri. "JALAN ITU PAKE KAKI, BUKAN PAKE MATA!" kata Yulia kesal saat ia dibentak oleh seseorang yang tak dikenalnya itu. Ia yang masih terduduk dilantai pun kemudian berusaha untuk berdiri sementara seseorang yang sudah berdiri tegap dihadapannya bersiap untuk memaki-maki dirinya. "BELAGU BANGET LO!" kata orang itu. "Siapa sih dia! ngatain gue belagu lagi, rese banget!
'Kring...' Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. "Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. "Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. "Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. "Nadya Pramesti?" "Hadir!" "Angela Larasati?" "Hadir pak!" "Adriansyah Putra?" "Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. "Reza Dewangga?" "Hadir!" "Dimas Juniantara?" "Ada pak?!" "Yulia Adhisti?" "Hadir!" "Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia.
"Ji, makasih ya," ucap Yulia tidak lupa untuk berterimakasih. "Iya sama-sama," kata Aji yang langsung berpamitan dengan Yulia. "Aku langsung balik ya." "Oh iya Ji, hati-hati," ucap Yulia sembari melambaikan tangannya ke Aji. .... 7:15 Yulia segera terbangun kala alarmnya berbunyi untuk yang ketiga kalinya sejak 15 menit yang lalu. Ia sangat malas bahkan untuk mematikan alarm saja ia menunggunya berdering 3 kali. Pagi ini ia merasa lelah padahal baru bangun tidur. Mungkin tubuh ini perlu olahraga, begitu pikirnya. Ingat hari ini weekend, ia memutuskan untuk jogging. Segera ia mengambil jaket yang tergantung dan seperti biasa memakai earphone bluetoothnya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya kala sedang jogging. Saat Yulia sedang menikmati joggingnya, Tiba-tiba ia melihat seseorang yang di kenalnya. Yulia heran mengapa Yaksa ada di komplek ini, apakah ia sedang mengunjungi rumah saudaranya.
"Pagi ibu...," sapa Yulia kepada ibundanya tercinta. "Pagi.. itu, ibu buatin nasi goreng spesial buat sarapan kamu," ujar Rena. "Wah, ayo bu, kita sarapan bareng," ajak Yulia dengan semangat. "Ibu sudah sarapan tadi kok nak," ucap Rena dengan nada lembutnya. Gadis yang sedang menyantap nasi goreng spesial kini tersenyum sembari menatap ibunya dengan tatapan lembut, ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti Rena. Ia sangat menyanyangi orang yang telah melahirkan dan merawatnya itu begitupula sebaliknya. Yulia sedih mengingat ibunya harus banting tulang menjadi single parent untuknya, "andai bapak masih ada." Begitulah yang ada di pikiran Yulia. "Bu, Yulia berangkat dulu ya." Setelah selesai dengan sarapannya, Yulia kemudian berpamitan sebelum berangkat sekolah. Gadis itu langsung mengambil tas yang ia taruh di samping kanannya, tidak lupa mencium tangan ibunya terlebih dahulu. Yulia berja
'Kring' “Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. “Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji. “Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri. Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang. “Udah bel, ayok masuk!” “Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101. Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun
“YURI, BANGUN NAK! SUDAH SIANG, NANTI KAMU TERLAMBAT.”Mendengar itu, Yulia sontak terbangun.“IYA BU.” Ia langsung melihat jam dan benar saja, jam menunjukkan pukul 06:30.“GUE TERLAMBAT!” teriak Yulia.Gadis yang masih mengenakan piyama itu pun langsung menuju kamar mandi dan bersiap untuk mandi, ia tidak menyangka bahwa tidurnya pulas hingga ia terlambat.“Yulia berangkat dulu ya bu, udah telat nih,” pamit Yulia dengan terburu-buru.“Iya, tapi sarapan dulu ya, ini ibu udah bikinin kamu susu sama nasi goreng,” ucap Rena sembari menyiapkannya dimeja makan.“Nggak usah bu, Yulia udah telat banget soalnya,” kata Yulia langsung pergi tanpa menyentuh makanan yang sudah dibuat oleh ibunya.“Yasudah, hati-hati ya nak,” ucap Rena.“IYA BU, ASSALAMUALAIKUM”“WAALAIKUMSALAM”…“Aduh… gue telat banget n
“YURI, BANGUN NAK! SUDAH SIANG, NANTI KAMU TERLAMBAT.”Mendengar itu, Yulia sontak terbangun.“IYA BU.” Ia langsung melihat jam dan benar saja, jam menunjukkan pukul 06:30.“GUE TERLAMBAT!” teriak Yulia.Gadis yang masih mengenakan piyama itu pun langsung menuju kamar mandi dan bersiap untuk mandi, ia tidak menyangka bahwa tidurnya pulas hingga ia terlambat.“Yulia berangkat dulu ya bu, udah telat nih,” pamit Yulia dengan terburu-buru.“Iya, tapi sarapan dulu ya, ini ibu udah bikinin kamu susu sama nasi goreng,” ucap Rena sembari menyiapkannya dimeja makan.“Nggak usah bu, Yulia udah telat banget soalnya,” kata Yulia langsung pergi tanpa menyentuh makanan yang sudah dibuat oleh ibunya.“Yasudah, hati-hati ya nak,” ucap Rena.“IYA BU, ASSALAMUALAIKUM”“WAALAIKUMSALAM”…“Aduh… gue telat banget n
'Kring' “Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. “Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji. “Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri. Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang. “Udah bel, ayok masuk!” “Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101. Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun
"Pagi ibu...," sapa Yulia kepada ibundanya tercinta. "Pagi.. itu, ibu buatin nasi goreng spesial buat sarapan kamu," ujar Rena. "Wah, ayo bu, kita sarapan bareng," ajak Yulia dengan semangat. "Ibu sudah sarapan tadi kok nak," ucap Rena dengan nada lembutnya. Gadis yang sedang menyantap nasi goreng spesial kini tersenyum sembari menatap ibunya dengan tatapan lembut, ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti Rena. Ia sangat menyanyangi orang yang telah melahirkan dan merawatnya itu begitupula sebaliknya. Yulia sedih mengingat ibunya harus banting tulang menjadi single parent untuknya, "andai bapak masih ada." Begitulah yang ada di pikiran Yulia. "Bu, Yulia berangkat dulu ya." Setelah selesai dengan sarapannya, Yulia kemudian berpamitan sebelum berangkat sekolah. Gadis itu langsung mengambil tas yang ia taruh di samping kanannya, tidak lupa mencium tangan ibunya terlebih dahulu. Yulia berja
"Ji, makasih ya," ucap Yulia tidak lupa untuk berterimakasih. "Iya sama-sama," kata Aji yang langsung berpamitan dengan Yulia. "Aku langsung balik ya." "Oh iya Ji, hati-hati," ucap Yulia sembari melambaikan tangannya ke Aji. .... 7:15 Yulia segera terbangun kala alarmnya berbunyi untuk yang ketiga kalinya sejak 15 menit yang lalu. Ia sangat malas bahkan untuk mematikan alarm saja ia menunggunya berdering 3 kali. Pagi ini ia merasa lelah padahal baru bangun tidur. Mungkin tubuh ini perlu olahraga, begitu pikirnya. Ingat hari ini weekend, ia memutuskan untuk jogging. Segera ia mengambil jaket yang tergantung dan seperti biasa memakai earphone bluetoothnya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya kala sedang jogging. Saat Yulia sedang menikmati joggingnya, Tiba-tiba ia melihat seseorang yang di kenalnya. Yulia heran mengapa Yaksa ada di komplek ini, apakah ia sedang mengunjungi rumah saudaranya.
'Kring...' Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. "Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. "Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. "Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. "Nadya Pramesti?" "Hadir!" "Angela Larasati?" "Hadir pak!" "Adriansyah Putra?" "Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. "Reza Dewangga?" "Hadir!" "Dimas Juniantara?" "Ada pak?!" "Yulia Adhisti?" "Hadir!" "Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia.
Yulia lega karena sudah menyelesaikan administrasi untuk kepindahan sekolahnya, ia hanya perlu mempersiapkan keperluan untuk hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya. Teringat pria yang mengantarnya ke ruang Tata Usaha, Yulia memutuskan untuk mencarinya dengan kembali berkeliling sekolah. "Dia ada dikelas mana ya?" ucapnya. 'Buughh!' Yulia terjatuh, sementara seseorang sudah tersungkur. Mereka bertabrakan kemudian terjatuh bersama. "EH LO KALO JALAN PAKE MATA DONG!" ucap seseorang yang sedang berusaha untuk berdiri. "JALAN ITU PAKE KAKI, BUKAN PAKE MATA!" kata Yulia kesal saat ia dibentak oleh seseorang yang tak dikenalnya itu. Ia yang masih terduduk dilantai pun kemudian berusaha untuk berdiri sementara seseorang yang sudah berdiri tegap dihadapannya bersiap untuk memaki-maki dirinya. "BELAGU BANGET LO!" kata orang itu. "Siapa sih dia! ngatain gue belagu lagi, rese banget!
"Oh.. ini SMA 101 yang terkenal dengan ke-elite-annya seantero Jakarta." Yulia sontak kaget ketika kakinya melangkah ke area sekolah barunya, maklum saja ia tidak pernah bersekolah di sekolah elite seperti SMA 101 ini. Mata Yulia tak bosan-bosannya memandangi bangunan megah yang ada dihadapannya. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke area sekolah tersebut. "Rasanya seperti mimpi, gue bakal sekolah disini." Batin Yulia. "Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?" Langkah Yulia terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang sepertinya mengarah kepadanya. Yulia menengok kebelakang mendapati seorang setengah baya menghadap ke arahnya. Yulia pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah satpam sekolah. "Pagi pak, saya Yulia, ingin mendaftar menjadi murid baru disini." Yulia menyampaikan maksudnya kepada satpam itu. "Oh begitu, yasudah masuk saja dek." Satpam itu pun mempersilahkan Yulia untuk