"Ji, makasih ya," ucap Yulia tidak lupa untuk berterimakasih.
"Iya sama-sama," kata Aji yang langsung berpamitan dengan Yulia. "Aku langsung balik ya."
"Oh iya Ji, hati-hati," ucap Yulia sembari melambaikan tangannya ke Aji.
....
7:15
Yulia segera terbangun kala alarmnya berbunyi untuk yang ketiga kalinya sejak 15 menit yang lalu. Ia sangat malas bahkan untuk mematikan alarm saja ia menunggunya berdering 3 kali. Pagi ini ia merasa lelah padahal baru bangun tidur. Mungkin tubuh ini perlu olahraga, begitu pikirnya.
Ingat hari ini weekend, ia memutuskan untuk jogging. Segera ia mengambil jaket yang tergantung dan seperti biasa memakai earphone bluetoothnya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya kala sedang jogging.
Saat Yulia sedang menikmati joggingnya, Tiba-tiba ia melihat seseorang yang di kenalnya. Yulia heran mengapa Yaksa ada di komplek ini, apakah ia sedang mengunjungi rumah saudaranya.
"Lah, lo ngapain disini?" tanya Yaksa tiba-tiba kala melihat Yulia.
Yulia pun berbalik mendapati Yaksa sudah ada disampingnya.
"Main bola," jawab Yulia. "Ya jogging lah, lo pikir gue lagi ngapain hah."
"Judes banget," celetuk Yaksa.
"Jangan bilang... lo tinggal disini?" Yulia mulai menduga-duga bahwa Yaksa juga tinggal di komplek yang sama dengannya.
"Iya, emang kenapa?" Dugaan Yulia benar.
"Jangan bilang... lo juga tinggal disini?" Bergantian Yaksa pun menduga-duga.
"Iya juga, emang kenapa?" jawab Yulia.
"Lo ngikutin gue ya?" Tiba-tiba Yaksa menuduh Yulia.
Yulia yang mendengar itu langsung menatap Yaksa tajam.
"Mana ada gue ngikutin lo, tau lo pindah kemana aja enggak, dih malah nuduh," jawab Yulia dengan tampang kesalnya.
"Terus?" Yaksa seolah memancing Yulia untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Namun Yulia sudah mengatakan bahwa ia memang tidak tahu jika Yaksa tinggal disini.
"Terus apa hah? lagian kenapa sih, lo kayak nggak suka banget gue muncul lagi dihadapan lo. Gue pikir lo udah berubah Sa, tapi lo malah seolah-olah nggak kenal gue, musuhin gue lah. Ya, gue tahu mungkin lo emang udah nggak mau temenan sama gue lagi, gue bisa terima itu kok, tapi sikap lo ke gue kayak kita tuh dulunya musuhan, padahal nyatanya... udahlah, males."
Tanpa terduga, spontan Yulia berkata seperti itu. Pipinya tanpa disadari telah basah oleh air matanya. Suasananya menjadi emosional. Ternyata sifat dan tindakan Yaksa membuatnya sakit hati. Yulia mengerti jika Yaksa sudah tidak ingin berteman dengannya dan mulai melupakan masa lalunya, namun sikap Yaksa kepadanya yang seolah-olah mereka adalah musuh bebuyutan membuat Yulia sakit hati.
"Lo nangis?" tanya Yaksa kalau melihat air mata Yulia jatuh membasahi pipinya.
"Nggak kok." Yulia langsung mengusap air matanya.
"Gue tau lo nangis, lagian ngapain sih lo pake ngomong kayak gitu?" Yaksa masih terkejut mengingat perkataan Yulia tadi, ia tidak menyangka bahwa teman masa kecilnya berkata seperti itu dihadapannya.
"Ya, gue reflek aja ngomong kayak gitu," kata Yulia yang mencoba menahan tangisnya.
"Yaudah, nggak usah nangis, lo marah kan karena kejadian kemarin eisekolah?" Yaksa menyadari bahwa tindakannya kepada Yulia kemarin lah yang membuatnya menangis.
"Dahlah, gue mau balik!" bukannya menjawab, Yulia malah memutuskan untuk pulang.
"WOY YULIA! GUE BELOM SELESAI NGOMONG SAMA LO! LO NGOMONG GITU TADI KARENA LO PERHATIAN KAN SAMA GUE! LO NGGAK SUKA SIKAP GUE KE LO! GUE MINTA MAAF! YUL!" teriak Yaksa, namun Yulia tetap tidak menghiraukannya.
...
"Apa gue nggak salah denger tadi, dia ngomong kalo gue care sama dia. Padahal kan gue cuma reflek ngungkapin isi hati gue kalo gue nggak suka sikap dia. Tapi apa itu termasuk care. Arrghh.. au ah pusing gue." Yulia kepikiran dengan perkataan Yaksa tadi.
'cklk'
Tiba-tiba pintu kamar Yulia terbuka, terlihat sosok wanita setengah baya memasuki kamar Yulia.
"Yul," panggil Rena, ibu Yulia.
"Iya bu."
"Tadi Yaksa yah yang teriak-teriak?" Pertanyaan Rena membuat jantung Yulia seketika berdebar kencang. "Ibu lihat tadi pas beli sayur."
Yulia hanya diam tidak menjawab.
"Tadi ibu juga ketemu sama tante Ana lho, ibunya Yaksa. Ternyata mereka pindah kesini ya, seneng deh bisa tetanggaan lagi sama mereka."
Ternyata benar bahwa Yulia kini satu komplek dengan Yaksa lagi. Ia bingung tentang perasaannya, apakah ia senang atau malah tidak.
"Wait, berarti tante Ana tau dong kalo anaknya teriak-teriak," kata Yulia tak sadar ibunya masih didalam kamarnya.
"Iya, ibu juga liat kok." celetuk Rena mendengar perkataan Yulia.
"Hah, yaampun ibu, kok nggak bilang kalo masih disini?"
"Kamu kenapa sih, daritadi nggak fokus, ibu tanya aja nggak dijawab."
"Iya bu, maaf."
"Yasudah, ibu masuk untuk makan siang dulu ya," ucap Rena sembari pergi kemudian menutup pintu kamar Yulia.
"Iya bu."
....
6:00
"YURI.. BANGUN NAK! ADA YANG NYARIIN KAMU TUH!" teriak Rena.
Yulia tersentak kaget saat ibunya memanggilnya kemudian ia segera beranjak dari tempat tidurnya.
"Masih pagi juga ngapain ibu ngebangunin gue sih, mana tadi malem begadang lagi," ucap gadis itu sembari meregangkan badannya.
Tadi malam Yulia memang begadang, ia tidur pukul 3 pagi demi maraton nonton drama Korea yang belum ia selesaikan.
Mau tidak mau ia harus beranjak dari kasur untuk menemui orang yang mencarinya. Yulia langsung bersiap turun dari tempat tidurnya kemudian bergegas ke ruang tamu.
Saat Yulia melihat siapa yang ingin menemuinya, ia bergegas kembali masuk ke dalam rumah, karena ternyata orang itu adalah Adhiyaksa Pratama. Ia sudah menunggu Yulia di ruang tamu, namun Yulia tidak ingin menemui pria berhoodie hitam itu.
"Eh Yul, gue mau ngomong." Melihat gadis yang ditunggu ya berbalik dan tidak ingin menemuinya, Yaksa segera menahannya.
"Gara-gara lo gue jadi malu," ucap gadis yang masih mengenakan piyama itu kesal.
"Suruh siapa gue tanyain langsung kabur,"katanya.
Mereka masih membicarakan kejadian kemarin saat keduanya bertemu lagi sebagai tetangga.
Tanpa disadari, tangan Yaksa sudah menahan lengan Yulia, agar gadis itu tidak meninggalkannya dan mendengarkan penjelasannya, namun Yulia tersadar dan langsung melepaskan tangan Yaksa. Rupanya ia menghindari Yaksa.
"Tunggu dulu, gue mau nanya soal kemarin?" ujar Yaksa. Suasana berubah menjadi serius. Yulia pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam.
"Soal apa?" tanya Yulia.
Bukannya menjawab, Yaksa malah terdiam membuat Yulia kembali ingin meninggalkan Yaksa.
"Bentar Yulia! Jangan masuk dulu." Lagi-lagi Yaksa menahan Yulia. "Yaudah lupain yang kemarin, sekarang gue mau nanya ke lo."
"Nanya apa?" Yulia semakin penasaran dengan Yaksa, disisi lain ia memang masih kesal dengan pria dihadapannya itu, namun disisi lain pula ia penasaran sebenarnya maksud Yaksa datang pagi-pagi ke rumahnya untuk urusan apa.
"Lo kok bisa deket sama Aji? Sedangkan lo sama Aji kan baru kenal, kok lo kayak yang akrab gitu sama dia?" Pertanyaan Yaksa justru membuatnya bingung. Gadis itu memutar bola matanya malas.
"Apa urusan lo? Gue mau deket sama siapa kek itu terserah gue, paham!" jawabnya dengan nada jutek.
"Ya, itu juga jadi urusan gue!" ujar Yaksa spontan.
"Pagi ibu...," sapa Yulia kepada ibundanya tercinta. "Pagi.. itu, ibu buatin nasi goreng spesial buat sarapan kamu," ujar Rena. "Wah, ayo bu, kita sarapan bareng," ajak Yulia dengan semangat. "Ibu sudah sarapan tadi kok nak," ucap Rena dengan nada lembutnya. Gadis yang sedang menyantap nasi goreng spesial kini tersenyum sembari menatap ibunya dengan tatapan lembut, ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti Rena. Ia sangat menyanyangi orang yang telah melahirkan dan merawatnya itu begitupula sebaliknya. Yulia sedih mengingat ibunya harus banting tulang menjadi single parent untuknya, "andai bapak masih ada." Begitulah yang ada di pikiran Yulia. "Bu, Yulia berangkat dulu ya." Setelah selesai dengan sarapannya, Yulia kemudian berpamitan sebelum berangkat sekolah. Gadis itu langsung mengambil tas yang ia taruh di samping kanannya, tidak lupa mencium tangan ibunya terlebih dahulu. Yulia berja
'Kring' “Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. “Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji. “Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri. Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang. “Udah bel, ayok masuk!” “Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101. Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun
“YURI, BANGUN NAK! SUDAH SIANG, NANTI KAMU TERLAMBAT.”Mendengar itu, Yulia sontak terbangun.“IYA BU.” Ia langsung melihat jam dan benar saja, jam menunjukkan pukul 06:30.“GUE TERLAMBAT!” teriak Yulia.Gadis yang masih mengenakan piyama itu pun langsung menuju kamar mandi dan bersiap untuk mandi, ia tidak menyangka bahwa tidurnya pulas hingga ia terlambat.“Yulia berangkat dulu ya bu, udah telat nih,” pamit Yulia dengan terburu-buru.“Iya, tapi sarapan dulu ya, ini ibu udah bikinin kamu susu sama nasi goreng,” ucap Rena sembari menyiapkannya dimeja makan.“Nggak usah bu, Yulia udah telat banget soalnya,” kata Yulia langsung pergi tanpa menyentuh makanan yang sudah dibuat oleh ibunya.“Yasudah, hati-hati ya nak,” ucap Rena.“IYA BU, ASSALAMUALAIKUM”“WAALAIKUMSALAM”…“Aduh… gue telat banget n
"Oh.. ini SMA 101 yang terkenal dengan ke-elite-annya seantero Jakarta." Yulia sontak kaget ketika kakinya melangkah ke area sekolah barunya, maklum saja ia tidak pernah bersekolah di sekolah elite seperti SMA 101 ini. Mata Yulia tak bosan-bosannya memandangi bangunan megah yang ada dihadapannya. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke area sekolah tersebut. "Rasanya seperti mimpi, gue bakal sekolah disini." Batin Yulia. "Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?" Langkah Yulia terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang sepertinya mengarah kepadanya. Yulia menengok kebelakang mendapati seorang setengah baya menghadap ke arahnya. Yulia pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah satpam sekolah. "Pagi pak, saya Yulia, ingin mendaftar menjadi murid baru disini." Yulia menyampaikan maksudnya kepada satpam itu. "Oh begitu, yasudah masuk saja dek." Satpam itu pun mempersilahkan Yulia untuk
Yulia lega karena sudah menyelesaikan administrasi untuk kepindahan sekolahnya, ia hanya perlu mempersiapkan keperluan untuk hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya. Teringat pria yang mengantarnya ke ruang Tata Usaha, Yulia memutuskan untuk mencarinya dengan kembali berkeliling sekolah. "Dia ada dikelas mana ya?" ucapnya. 'Buughh!' Yulia terjatuh, sementara seseorang sudah tersungkur. Mereka bertabrakan kemudian terjatuh bersama. "EH LO KALO JALAN PAKE MATA DONG!" ucap seseorang yang sedang berusaha untuk berdiri. "JALAN ITU PAKE KAKI, BUKAN PAKE MATA!" kata Yulia kesal saat ia dibentak oleh seseorang yang tak dikenalnya itu. Ia yang masih terduduk dilantai pun kemudian berusaha untuk berdiri sementara seseorang yang sudah berdiri tegap dihadapannya bersiap untuk memaki-maki dirinya. "BELAGU BANGET LO!" kata orang itu. "Siapa sih dia! ngatain gue belagu lagi, rese banget!
'Kring...' Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. "Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. "Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. "Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. "Nadya Pramesti?" "Hadir!" "Angela Larasati?" "Hadir pak!" "Adriansyah Putra?" "Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. "Reza Dewangga?" "Hadir!" "Dimas Juniantara?" "Ada pak?!" "Yulia Adhisti?" "Hadir!" "Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia.
“YURI, BANGUN NAK! SUDAH SIANG, NANTI KAMU TERLAMBAT.”Mendengar itu, Yulia sontak terbangun.“IYA BU.” Ia langsung melihat jam dan benar saja, jam menunjukkan pukul 06:30.“GUE TERLAMBAT!” teriak Yulia.Gadis yang masih mengenakan piyama itu pun langsung menuju kamar mandi dan bersiap untuk mandi, ia tidak menyangka bahwa tidurnya pulas hingga ia terlambat.“Yulia berangkat dulu ya bu, udah telat nih,” pamit Yulia dengan terburu-buru.“Iya, tapi sarapan dulu ya, ini ibu udah bikinin kamu susu sama nasi goreng,” ucap Rena sembari menyiapkannya dimeja makan.“Nggak usah bu, Yulia udah telat banget soalnya,” kata Yulia langsung pergi tanpa menyentuh makanan yang sudah dibuat oleh ibunya.“Yasudah, hati-hati ya nak,” ucap Rena.“IYA BU, ASSALAMUALAIKUM”“WAALAIKUMSALAM”…“Aduh… gue telat banget n
'Kring' “Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. “Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji. “Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri. Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang. “Udah bel, ayok masuk!” “Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101. Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun
"Pagi ibu...," sapa Yulia kepada ibundanya tercinta. "Pagi.. itu, ibu buatin nasi goreng spesial buat sarapan kamu," ujar Rena. "Wah, ayo bu, kita sarapan bareng," ajak Yulia dengan semangat. "Ibu sudah sarapan tadi kok nak," ucap Rena dengan nada lembutnya. Gadis yang sedang menyantap nasi goreng spesial kini tersenyum sembari menatap ibunya dengan tatapan lembut, ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti Rena. Ia sangat menyanyangi orang yang telah melahirkan dan merawatnya itu begitupula sebaliknya. Yulia sedih mengingat ibunya harus banting tulang menjadi single parent untuknya, "andai bapak masih ada." Begitulah yang ada di pikiran Yulia. "Bu, Yulia berangkat dulu ya." Setelah selesai dengan sarapannya, Yulia kemudian berpamitan sebelum berangkat sekolah. Gadis itu langsung mengambil tas yang ia taruh di samping kanannya, tidak lupa mencium tangan ibunya terlebih dahulu. Yulia berja
"Ji, makasih ya," ucap Yulia tidak lupa untuk berterimakasih. "Iya sama-sama," kata Aji yang langsung berpamitan dengan Yulia. "Aku langsung balik ya." "Oh iya Ji, hati-hati," ucap Yulia sembari melambaikan tangannya ke Aji. .... 7:15 Yulia segera terbangun kala alarmnya berbunyi untuk yang ketiga kalinya sejak 15 menit yang lalu. Ia sangat malas bahkan untuk mematikan alarm saja ia menunggunya berdering 3 kali. Pagi ini ia merasa lelah padahal baru bangun tidur. Mungkin tubuh ini perlu olahraga, begitu pikirnya. Ingat hari ini weekend, ia memutuskan untuk jogging. Segera ia mengambil jaket yang tergantung dan seperti biasa memakai earphone bluetoothnya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya kala sedang jogging. Saat Yulia sedang menikmati joggingnya, Tiba-tiba ia melihat seseorang yang di kenalnya. Yulia heran mengapa Yaksa ada di komplek ini, apakah ia sedang mengunjungi rumah saudaranya.
'Kring...' Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. "Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. "Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. "Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. "Nadya Pramesti?" "Hadir!" "Angela Larasati?" "Hadir pak!" "Adriansyah Putra?" "Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. "Reza Dewangga?" "Hadir!" "Dimas Juniantara?" "Ada pak?!" "Yulia Adhisti?" "Hadir!" "Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia.
Yulia lega karena sudah menyelesaikan administrasi untuk kepindahan sekolahnya, ia hanya perlu mempersiapkan keperluan untuk hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya. Teringat pria yang mengantarnya ke ruang Tata Usaha, Yulia memutuskan untuk mencarinya dengan kembali berkeliling sekolah. "Dia ada dikelas mana ya?" ucapnya. 'Buughh!' Yulia terjatuh, sementara seseorang sudah tersungkur. Mereka bertabrakan kemudian terjatuh bersama. "EH LO KALO JALAN PAKE MATA DONG!" ucap seseorang yang sedang berusaha untuk berdiri. "JALAN ITU PAKE KAKI, BUKAN PAKE MATA!" kata Yulia kesal saat ia dibentak oleh seseorang yang tak dikenalnya itu. Ia yang masih terduduk dilantai pun kemudian berusaha untuk berdiri sementara seseorang yang sudah berdiri tegap dihadapannya bersiap untuk memaki-maki dirinya. "BELAGU BANGET LO!" kata orang itu. "Siapa sih dia! ngatain gue belagu lagi, rese banget!
"Oh.. ini SMA 101 yang terkenal dengan ke-elite-annya seantero Jakarta." Yulia sontak kaget ketika kakinya melangkah ke area sekolah barunya, maklum saja ia tidak pernah bersekolah di sekolah elite seperti SMA 101 ini. Mata Yulia tak bosan-bosannya memandangi bangunan megah yang ada dihadapannya. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke area sekolah tersebut. "Rasanya seperti mimpi, gue bakal sekolah disini." Batin Yulia. "Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?" Langkah Yulia terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang sepertinya mengarah kepadanya. Yulia menengok kebelakang mendapati seorang setengah baya menghadap ke arahnya. Yulia pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah satpam sekolah. "Pagi pak, saya Yulia, ingin mendaftar menjadi murid baru disini." Yulia menyampaikan maksudnya kepada satpam itu. "Oh begitu, yasudah masuk saja dek." Satpam itu pun mempersilahkan Yulia untuk