"Pagi ibu...," sapa Yulia kepada ibundanya tercinta.
"Pagi.. itu, ibu buatin nasi goreng spesial buat sarapan kamu," ujar Rena.
"Wah, ayo bu, kita sarapan bareng," ajak Yulia dengan semangat.
"Ibu sudah sarapan tadi kok nak," ucap Rena dengan nada lembutnya.
Gadis yang sedang menyantap nasi goreng spesial kini tersenyum sembari menatap ibunya dengan tatapan lembut, ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti Rena. Ia sangat menyanyangi orang yang telah melahirkan dan merawatnya itu begitupula sebaliknya.
Yulia sedih mengingat ibunya harus banting tulang menjadi single parent untuknya, "andai bapak masih ada." Begitulah yang ada di pikiran Yulia.
"Bu, Yulia berangkat dulu ya." Setelah selesai dengan sarapannya, Yulia kemudian berpamitan sebelum berangkat sekolah. Gadis itu langsung mengambil tas yang ia taruh di samping kanannya, tidak lupa mencium tangan ibunya terlebih dahulu.
Yulia berjalan kaki untuk sampai ke depan gerbang kompleknya, rumahnya sekitar 500 m dari gerbang perumahan yang, jadi ia harus berjalan kaki terlebih dahulu agar sampai kesana.
'Ttit.. Ttit.. Ttit..'
"Eh curut curut!" Yulia menjadi latah saat tiba-tiba dikejutkan oleh suara klakson motor yang sengaja dibunyikan.
"Hahaha, gue udah lama nggak lihat lo latah kayak gitu, lucu tau." Dengan tidak rasa bersalahnya, Yaksa malah menertawakan Yulia.
"Gila yak lo! Kira-kira dong ah kan gue jadi kaget!" ucapnya dengan wajah kesal.
"Lucu, hahaha."
Yaksa terlihat masih asyik tertawa sedangkan gadis dihadapannya sudah tidak bisa membendung emosinya.
"Gak lucu!" Yulia langsung pergi meninggalkan Yaksa.
"Ye, ngambek nih ceritanya," ujar pria yang masih menunggangi motornya, ia mulai menghentikan tawanya kemudian menjalankan motornya menghampiri Yulia.
"Kayak gitu aja ngambek, yaudah biar lo nggak ngambek, gue kasih tumpangan deh, mau nggak?"
"Tumben, Yaksa baik sama gue."
"Eh nggak, dia jahat, tadi aja dia bikin gue kaget."
"Eh tapi... lumayan kalo nebeng Yaksa, menghemat ongkos kan."
Batin Yulia masih berdebat apakah ia menerima atau tidak tawaran Yaksa.
"Nggak! Gue nggak mau! Mendingan naik angkot daripada nebeng lo!" katanya menolak ajakan Yaksa.
"Sok jual mahal dih, ayo ikut! jarang jarang lho...," ucap Yaksa yang masih memberi kesempatan Yulia untuk ikut dengannya.
Gadis itu kekeh, tetap menolak ajakan Yaksa. "Udah sana, lo berangkat aja, lagian gue nggak butuh tumpangan lo." Kemudian ia melanjutkan perjalanannya menuju gerbang perumahannya. Tentu ia tidak ingin terlambat ke sekolah.
Namun Yaksa tetap masih belum menyerah, terlihat ia masih berada di dekat Yulia dan mengikuti gadis itu dari belakang. "Udah jam 6:45 lho, kalo masih mau naik angkot yaudah. Kalo terlambat, jangan salahin gue ya."
Ucapan Yaksa membuat Yulia berpikir 2 kali, apakah ia tidak ingin menerima tawaran pria itu, sedangkan apa yang diucapkannya ada benarnya.
"Iya deh, gue mau." Gadis itu menerima tawaran Yaksa dan langsung naik ke boncengan motor sportnya Yaksa.
...
7:00
"Hmm.. Makasih ya, tumbenan lo baik sama gue, biasanya juga..."
"Iya, Sama-sama. Gue kan emang baik." Yaksa mulai ke-PD-an. Wajah Yulia terlihat masam saat melihat pria dihadapannya bertingkah seperti itu.
'Kring...'
Tepat pukul 7:15 belum masuk berbunyi. Murid-murid segera menuju kelas masing-masing untuk mendapatkan pelajaran dari gurunya. Tidak terkecuali Yulia yang sedari tadi berdiri dengan wajah masaknya melihat tingkah laku teman lamanya itu. Ia segera menuju kelas, dan mendapati teman-teman kelasnya sudah duduk tenang bersiap menerima pelajarannya.
Atensi Yulia melihat ke arah bangku yang berada di pojok belakang, bangku itu kosong, tidak ada yang menempati.
...
'Kring...'
Bunyi yang ditunggu-tunggu oleh murid-murid sudah berbunyi. Tentu saja kantin adalah tujuan utama para murid SMA 101 terutama kelas XI MIPA-2 tapi tidak untuk Yulia, ia tidak menghiraukan rasa lapar diperutnya. Gadis yang sedari tadi melihat bangku pojok belakang kosong pun merasa khawatir dengan penghuninya. "Kemana Aji, kenapa dia tidak masuk?" Yulia bertanya-tanya mengenai keadaan Aji. Ia pun berinisiatif untuk mencari pria itu. Belum juga berdiri, tepat dihadapannya sudah ada Yaksa.
'Brugg'
Tiba-tiba tangan Yaksa mendarat keras di meja Yulia hingga menimbulkan suara keras. Tentu saja gadis itu kaget, berusaha menahan latahnya, ia tidak ingin kejadian tadi pagi terulang.
"Apa-apaan lo? Stop ganggu gue! Minggir!" Yulia yang lagi-lagi kesal dengan tingkah Yaksa langsung buru-buru pergi untuk mencari Aji.
"EH! LO MAU KEMANA?!" teriak Yaksa.
"Aish, sebenarnya maunya tuh cowo tuh apa sih, kesel banget, kenapa takdir gue harus ketemu dia lagi." Sembari mencari Aji, mulutnya tidak berhenti untuk merutuki sikap Yaksa tadi.
"Aji kemana sih, daritadi muter-muter seisi sekolah nggak ketemu juga." Sudah hampir 10 menit Yulia mengelilingi sekolah hanya untuk mencari Aji.
"Oh iya, Rooftop!"
Yulia segera menuju Rooftop. Ternyata benar dugaan yang, sesampainya di rooftop, ia melihat sosok pria yang dicarinya. Aji sedang tertidur di kursi panjang pojok Rooftop. Yulia menghampirinya.
"Aji," panggil Yulia membuatnya terbangun.
"Kok lo nggak masuk kelas?" tanyanya kepada Aji.
"Parah sih Ji, tau nggak, sumpah tadi pak Johar ngasih ulangan dadakan, mana soalnya susah-susah lagi, kan belom sempet belajar." Tiba-tiba Yulia bercerita mengenai ulangan dadakannya. Memang benar kelasnya baru saja selesai dengan ulangan yang diberikan oleh Johar.
"Jangan-jangan... lo nggak masuk kelas karena nggak mau ikut ulangan dadakan kan? Ngaku lo Ji," tambah Yulia.
Aji hanya terdiam, ia tidak menggubris perkataan gadis dihadapannya ini, namun ia tetap mendengar apa yang diucapkan. Ia hanya memilih diam, tidak menjawab.
Yulia yang merasa bahwa Aji tidak mendengarkannya pun merasa tidak enak dengan perkataannya mungkin salah telah menuduh Aji.
"Sorry ya Ji, gue nggak bermaksud." Yulia segera meminta maaf.
"Nggak apa-apa Yul, aku hanya tidak ingin masuk kelas saja." jawab Aji sembari memandang langit yang kebetulan hari itu sangat cerah.
"Aji, lo kenapa sih, ada masalah?" Melihat tingkah Aji, Yulia penasaran kira-kira apa yang membuat pria dihadapannya ini selalu menyendiri seperti ini, apa dia tidak punya teman, apa dia korban bullying. Pikiran-pikiran itu selalu terbayang oleh Yulia. Ia memang baru mengenal Aji, namun ia ingin lebih mengenal pria itu.
Kemudian Yulia melangkahkan kaki perlahan mendekat Aji yang sejak tadi masih diam memandangi langit.
"Kamu baru kenal aku, semua anak kelas udah biasa kok kalo ngeliat aku nggak ada dikelas, jadi kamu nggak usah kaget. Bahkan hampir semua guru yang ngajar dikelas juga udah paham," ucap Aji.
"Eum.. Oh.. Maaf ya Ji, mungkin gue ganggu lo, gue pergi dulu ya?" Yulia tentu semakin merasa tidak enak, ia berpikir bahwa kehadirannya mengganggu waktu menyendirinya, Yulia memutuskan untuk pergi.
"Nggak kok, lo disini aja nggak papa, sama gue." Perkataan Aji membuat langkah Yulia terhenti.
'Kring' “Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. “Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji. “Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri. Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang. “Udah bel, ayok masuk!” “Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101. Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun
“YURI, BANGUN NAK! SUDAH SIANG, NANTI KAMU TERLAMBAT.”Mendengar itu, Yulia sontak terbangun.“IYA BU.” Ia langsung melihat jam dan benar saja, jam menunjukkan pukul 06:30.“GUE TERLAMBAT!” teriak Yulia.Gadis yang masih mengenakan piyama itu pun langsung menuju kamar mandi dan bersiap untuk mandi, ia tidak menyangka bahwa tidurnya pulas hingga ia terlambat.“Yulia berangkat dulu ya bu, udah telat nih,” pamit Yulia dengan terburu-buru.“Iya, tapi sarapan dulu ya, ini ibu udah bikinin kamu susu sama nasi goreng,” ucap Rena sembari menyiapkannya dimeja makan.“Nggak usah bu, Yulia udah telat banget soalnya,” kata Yulia langsung pergi tanpa menyentuh makanan yang sudah dibuat oleh ibunya.“Yasudah, hati-hati ya nak,” ucap Rena.“IYA BU, ASSALAMUALAIKUM”“WAALAIKUMSALAM”…“Aduh… gue telat banget n
"Oh.. ini SMA 101 yang terkenal dengan ke-elite-annya seantero Jakarta." Yulia sontak kaget ketika kakinya melangkah ke area sekolah barunya, maklum saja ia tidak pernah bersekolah di sekolah elite seperti SMA 101 ini. Mata Yulia tak bosan-bosannya memandangi bangunan megah yang ada dihadapannya. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke area sekolah tersebut. "Rasanya seperti mimpi, gue bakal sekolah disini." Batin Yulia. "Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?" Langkah Yulia terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang sepertinya mengarah kepadanya. Yulia menengok kebelakang mendapati seorang setengah baya menghadap ke arahnya. Yulia pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah satpam sekolah. "Pagi pak, saya Yulia, ingin mendaftar menjadi murid baru disini." Yulia menyampaikan maksudnya kepada satpam itu. "Oh begitu, yasudah masuk saja dek." Satpam itu pun mempersilahkan Yulia untuk
Yulia lega karena sudah menyelesaikan administrasi untuk kepindahan sekolahnya, ia hanya perlu mempersiapkan keperluan untuk hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya. Teringat pria yang mengantarnya ke ruang Tata Usaha, Yulia memutuskan untuk mencarinya dengan kembali berkeliling sekolah. "Dia ada dikelas mana ya?" ucapnya. 'Buughh!' Yulia terjatuh, sementara seseorang sudah tersungkur. Mereka bertabrakan kemudian terjatuh bersama. "EH LO KALO JALAN PAKE MATA DONG!" ucap seseorang yang sedang berusaha untuk berdiri. "JALAN ITU PAKE KAKI, BUKAN PAKE MATA!" kata Yulia kesal saat ia dibentak oleh seseorang yang tak dikenalnya itu. Ia yang masih terduduk dilantai pun kemudian berusaha untuk berdiri sementara seseorang yang sudah berdiri tegap dihadapannya bersiap untuk memaki-maki dirinya. "BELAGU BANGET LO!" kata orang itu. "Siapa sih dia! ngatain gue belagu lagi, rese banget!
'Kring...' Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. "Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. "Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. "Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. "Nadya Pramesti?" "Hadir!" "Angela Larasati?" "Hadir pak!" "Adriansyah Putra?" "Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. "Reza Dewangga?" "Hadir!" "Dimas Juniantara?" "Ada pak?!" "Yulia Adhisti?" "Hadir!" "Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia.
"Ji, makasih ya," ucap Yulia tidak lupa untuk berterimakasih. "Iya sama-sama," kata Aji yang langsung berpamitan dengan Yulia. "Aku langsung balik ya." "Oh iya Ji, hati-hati," ucap Yulia sembari melambaikan tangannya ke Aji. .... 7:15 Yulia segera terbangun kala alarmnya berbunyi untuk yang ketiga kalinya sejak 15 menit yang lalu. Ia sangat malas bahkan untuk mematikan alarm saja ia menunggunya berdering 3 kali. Pagi ini ia merasa lelah padahal baru bangun tidur. Mungkin tubuh ini perlu olahraga, begitu pikirnya. Ingat hari ini weekend, ia memutuskan untuk jogging. Segera ia mengambil jaket yang tergantung dan seperti biasa memakai earphone bluetoothnya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya kala sedang jogging. Saat Yulia sedang menikmati joggingnya, Tiba-tiba ia melihat seseorang yang di kenalnya. Yulia heran mengapa Yaksa ada di komplek ini, apakah ia sedang mengunjungi rumah saudaranya.
“YURI, BANGUN NAK! SUDAH SIANG, NANTI KAMU TERLAMBAT.”Mendengar itu, Yulia sontak terbangun.“IYA BU.” Ia langsung melihat jam dan benar saja, jam menunjukkan pukul 06:30.“GUE TERLAMBAT!” teriak Yulia.Gadis yang masih mengenakan piyama itu pun langsung menuju kamar mandi dan bersiap untuk mandi, ia tidak menyangka bahwa tidurnya pulas hingga ia terlambat.“Yulia berangkat dulu ya bu, udah telat nih,” pamit Yulia dengan terburu-buru.“Iya, tapi sarapan dulu ya, ini ibu udah bikinin kamu susu sama nasi goreng,” ucap Rena sembari menyiapkannya dimeja makan.“Nggak usah bu, Yulia udah telat banget soalnya,” kata Yulia langsung pergi tanpa menyentuh makanan yang sudah dibuat oleh ibunya.“Yasudah, hati-hati ya nak,” ucap Rena.“IYA BU, ASSALAMUALAIKUM”“WAALAIKUMSALAM”…“Aduh… gue telat banget n
'Kring' “Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. “Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji. “Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri. Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang. “Udah bel, ayok masuk!” “Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101. Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun
"Pagi ibu...," sapa Yulia kepada ibundanya tercinta. "Pagi.. itu, ibu buatin nasi goreng spesial buat sarapan kamu," ujar Rena. "Wah, ayo bu, kita sarapan bareng," ajak Yulia dengan semangat. "Ibu sudah sarapan tadi kok nak," ucap Rena dengan nada lembutnya. Gadis yang sedang menyantap nasi goreng spesial kini tersenyum sembari menatap ibunya dengan tatapan lembut, ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti Rena. Ia sangat menyanyangi orang yang telah melahirkan dan merawatnya itu begitupula sebaliknya. Yulia sedih mengingat ibunya harus banting tulang menjadi single parent untuknya, "andai bapak masih ada." Begitulah yang ada di pikiran Yulia. "Bu, Yulia berangkat dulu ya." Setelah selesai dengan sarapannya, Yulia kemudian berpamitan sebelum berangkat sekolah. Gadis itu langsung mengambil tas yang ia taruh di samping kanannya, tidak lupa mencium tangan ibunya terlebih dahulu. Yulia berja
"Ji, makasih ya," ucap Yulia tidak lupa untuk berterimakasih. "Iya sama-sama," kata Aji yang langsung berpamitan dengan Yulia. "Aku langsung balik ya." "Oh iya Ji, hati-hati," ucap Yulia sembari melambaikan tangannya ke Aji. .... 7:15 Yulia segera terbangun kala alarmnya berbunyi untuk yang ketiga kalinya sejak 15 menit yang lalu. Ia sangat malas bahkan untuk mematikan alarm saja ia menunggunya berdering 3 kali. Pagi ini ia merasa lelah padahal baru bangun tidur. Mungkin tubuh ini perlu olahraga, begitu pikirnya. Ingat hari ini weekend, ia memutuskan untuk jogging. Segera ia mengambil jaket yang tergantung dan seperti biasa memakai earphone bluetoothnya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya kala sedang jogging. Saat Yulia sedang menikmati joggingnya, Tiba-tiba ia melihat seseorang yang di kenalnya. Yulia heran mengapa Yaksa ada di komplek ini, apakah ia sedang mengunjungi rumah saudaranya.
'Kring...' Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. "Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. "Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. "Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. "Nadya Pramesti?" "Hadir!" "Angela Larasati?" "Hadir pak!" "Adriansyah Putra?" "Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. "Reza Dewangga?" "Hadir!" "Dimas Juniantara?" "Ada pak?!" "Yulia Adhisti?" "Hadir!" "Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia.
Yulia lega karena sudah menyelesaikan administrasi untuk kepindahan sekolahnya, ia hanya perlu mempersiapkan keperluan untuk hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya. Teringat pria yang mengantarnya ke ruang Tata Usaha, Yulia memutuskan untuk mencarinya dengan kembali berkeliling sekolah. "Dia ada dikelas mana ya?" ucapnya. 'Buughh!' Yulia terjatuh, sementara seseorang sudah tersungkur. Mereka bertabrakan kemudian terjatuh bersama. "EH LO KALO JALAN PAKE MATA DONG!" ucap seseorang yang sedang berusaha untuk berdiri. "JALAN ITU PAKE KAKI, BUKAN PAKE MATA!" kata Yulia kesal saat ia dibentak oleh seseorang yang tak dikenalnya itu. Ia yang masih terduduk dilantai pun kemudian berusaha untuk berdiri sementara seseorang yang sudah berdiri tegap dihadapannya bersiap untuk memaki-maki dirinya. "BELAGU BANGET LO!" kata orang itu. "Siapa sih dia! ngatain gue belagu lagi, rese banget!
"Oh.. ini SMA 101 yang terkenal dengan ke-elite-annya seantero Jakarta." Yulia sontak kaget ketika kakinya melangkah ke area sekolah barunya, maklum saja ia tidak pernah bersekolah di sekolah elite seperti SMA 101 ini. Mata Yulia tak bosan-bosannya memandangi bangunan megah yang ada dihadapannya. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke area sekolah tersebut. "Rasanya seperti mimpi, gue bakal sekolah disini." Batin Yulia. "Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?" Langkah Yulia terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang sepertinya mengarah kepadanya. Yulia menengok kebelakang mendapati seorang setengah baya menghadap ke arahnya. Yulia pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah satpam sekolah. "Pagi pak, saya Yulia, ingin mendaftar menjadi murid baru disini." Yulia menyampaikan maksudnya kepada satpam itu. "Oh begitu, yasudah masuk saja dek." Satpam itu pun mempersilahkan Yulia untuk