“YURI, BANGUN NAK! SUDAH SIANG, NANTI KAMU TERLAMBAT.”
Mendengar itu, Yulia sontak terbangun.“IYA BU.” Ia langsung melihat jam dan benar saja, jam menunjukkan pukul 06:30.“GUE TERLAMBAT!” teriak Yulia.Gadis yang masih mengenakan piyama itu pun langsung menuju kamar mandi dan bersiap untuk mandi, ia tidak menyangka bahwa tidurnya pulas hingga ia terlambat.“Yulia berangkat dulu ya bu, udah telat nih,” pamit Yulia dengan terburu-buru.“Iya, tapi sarapan dulu ya, ini ibu udah bikinin kamu susu sama nasi goreng,” ucap Rena sembari menyiapkannya dimeja makan.“Nggak usah bu, Yulia udah telat banget soalnya,” kata Yulia langsung pergi tanpa menyentuh makanan yang sudah dibuat oleh ibunya.“Yasudah, hati-hati ya nak,” ucap Rena.“IYA BU, ASSALAMUALAIKUM”“WAALAIKUMSALAM”…
“Aduh… gue telat banget nih…” ucap Yulia sembari masih berlari kencang menuju kelasnya.
Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 07:30, beruntung gerbang sekolahnya masih terbuka.Sesampainya dikelas, atensi anak-anak kelas XI MIPA-2 tentu langsung tertuju kepada Yulia.Gadis itu mencoba tidak menghiraukannya dan mencoba untuk tetap tenang kemudian ia langsung menuju tempat duduknya.“YULIA! UNTUNG BANGET LO, JAM PERTAMA PAK ARGA CUY” teriak Mila yang membuat Yulia langsung merinding.“Mila.. lo itu buat gue takut tau”“ASSALAMUALAIKUM ANAK-ANAK, HARI INI ULANGAN HARIAN YA,” ucap Arga tiba-tiba saat ia memasuki kelas XI MIPA-2.Lagi-lagi Yulia dihadapkan oleh ulangan harian dadakan, sialnya ia semalam tidak belajar, dan tidak sempat untuk sekedar membuka buku dikelas.“DAN SISTEMNYA LISAN!”“HAH?!” kata anak-anak serentak.…
“Arrghh”
“Lo kenapa deh Yul, kok kayak kesel gitu sih, udahlah.. soal yang tadi lupain aja, itung-itung buat pengalaman. Hal itu wajar kok Yul.” Melihat Yulia kesal, sebagai teman yang baik Mila kemudian menenangkan Yulia dan memberinya nasihat.“Tapi Mil, kalo nilai gue jelek gimana? Gue nyesel Mil,” ucap Yulia sembari menyeka air matanya yang mulai menetes.“Udah gak papa, hari ini dijadiin pelajaran, oke!” ujar Mila menyemangati Yulia.“Hmm,” Yulia mulai tenang dan segera menghapus airmatanya yang perlahan mulai berhenti mengalir dipipinya.“Mendingan kita ke kantin yuk, biar lo nggak nangis lagi, gimana kalo… gue traktir,” kata Mila sembari merangkul Yulia untuk berdiri kemudian berjalan keluar kelas menuju kantin.“Mila..,” ujar Yulia diiringi dengan senyum ringan khasnya.Mila menatap sahabatnya itu sembari mengacungkan kedua jempolnya.….
Yulia dan Mila pergi ke kantin untuk mengganjal perut mereka yang lapar.
Sesampainya di kantin, mereka langsung mengambil piring dan mengantri untuk mendapat makanan mereka.Begitu mereka sudah mendapatkan makanan, mereka langsung mencari meja yang kosong untuk mereka tempati.“Yul, banyak lho yang iri sama lo,” ucap Mila tiba-tiba saat Yulia sedang lahap menyantap makanannya.“Maksud lo?” Tentu saja Yulia bingung dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.“Yaiyalah iri, secara kan lo itu deket sama 2 cogan sekaligus disekolah ini tau,” ujar Mila.“Yaelah Mila, nih ya gue jelasin. Gue deket sama Aji karena waktu pertama kali gue dateng ke sekolah ini dia sempet nganterin gue ke ruang TU buat ngurus administrasinya, kenapa dia bisa nganterin? Yaa, you know lah, gue aja baru kesini dan lo bisa liat, sekolah ini luasnya mungkin setara kek pulau, ya jelas lah gue bingung, trus pas banget Aji nawarin gue buat dianter, yaudah daripada muter-muter gak nemu-nemu alhasil gue mau lah dianter sama dia.” Yulia pun menjelaskan kronologi mengapa ia bisa dekat dengan Aji.“Trus sama Yaksa, kapten basket SMA 101 itu?” Mila ternyata belum puas, ia kembali menanyakan hubungan Yulia dengan Yaksa.“Kenapa? Cowo rese bin nyebelin itu? Males ah gue ceritanya,” ucap Yulia yang kemudian melanjutkan makannya yang sempat terhenti.“Yah.. cerita dong sama gue. Kayaknya juga lo akrab banget sama dia.” Mila kecewa karena Yulia tidak ingin menceritakan hubungannya dengan Yaksa.“Ya mungkin karena dia populer,” ucap Yulia sembari meminum jus mangganya sampai habis.“Itu mah gue tau Yul. Yang lain dong, pasti ada lagi kan? bukan cuma itu, ayolah.. kenapa sih lo nggak mau cerita sama gue, gue kan saha….”“Ssssstt.. udah selesai kan makanya. Udah yuk, balik ke kelas, ntar keburu bel lho, hayuk.” Yulia mencoba mengalihkan pembicaraan Mila.“Yah Yul, oke oke.”Disepanjang perjalanan menuju kelas, Mila hanya terdiam. Ia tidak berbicara sepatah kata pun. Yulia mengira bahwa ia akan memaksanya untuk menceritakan hubungannya dengan Yaksa tetapi tidak seperti yang Yulia kira.“Kayaknya dia lupa deh, syukurlah kalo begitu,” ucap Yulia dalam hati.Yulia mencoba memecah keheningan diantaranya dan Mila.“Hmm, Mil. Lo sama Satria gimana?”“Maksud lo?” Mila heran dengan apa yang dikatakan Yulia.“YULIA! CEPET AMAT JALANNYA. TUNGGUIN GUE.” Merasa tertinggal, Mila berteriak sembari mengejar sahabatnya itu.Tanpa menghiraukan Mila, Yulia malah mempercepat jalannya, dan semakin menjauh meninggalkan Mila.Buugghh
“Aww!”Untuk yang kesekian kalinya, Yulia terjatuh karena menabrak seseorang.“Yaksa!” Batin Yulia.Ia tahu bahwa yang ditabraknya adalah Yaksa.Karena Yulia sadar bahwa ini murni kesalahannya, ia segera pergi sebelum Yaksa melihat siapa yang menabraknya.Yaksa masih terlihat kesakitan, ia masih dalam posisi terduduk dilantai.“Please.. jangan liat, jangan liat. Kalo dia tahu gue yang nabrak, nyawa gue bisa terancam,” ucap Yulia lirih sembari masih berlari menjauhi Yaksa.“YULIA!” teriak Yaksa."Oh.. ini SMA 101 yang terkenal dengan ke-elite-annya seantero Jakarta." Yulia sontak kaget ketika kakinya melangkah ke area sekolah barunya, maklum saja ia tidak pernah bersekolah di sekolah elite seperti SMA 101 ini. Mata Yulia tak bosan-bosannya memandangi bangunan megah yang ada dihadapannya. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke area sekolah tersebut. "Rasanya seperti mimpi, gue bakal sekolah disini." Batin Yulia. "Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?" Langkah Yulia terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang sepertinya mengarah kepadanya. Yulia menengok kebelakang mendapati seorang setengah baya menghadap ke arahnya. Yulia pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah satpam sekolah. "Pagi pak, saya Yulia, ingin mendaftar menjadi murid baru disini." Yulia menyampaikan maksudnya kepada satpam itu. "Oh begitu, yasudah masuk saja dek." Satpam itu pun mempersilahkan Yulia untuk
Yulia lega karena sudah menyelesaikan administrasi untuk kepindahan sekolahnya, ia hanya perlu mempersiapkan keperluan untuk hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya. Teringat pria yang mengantarnya ke ruang Tata Usaha, Yulia memutuskan untuk mencarinya dengan kembali berkeliling sekolah. "Dia ada dikelas mana ya?" ucapnya. 'Buughh!' Yulia terjatuh, sementara seseorang sudah tersungkur. Mereka bertabrakan kemudian terjatuh bersama. "EH LO KALO JALAN PAKE MATA DONG!" ucap seseorang yang sedang berusaha untuk berdiri. "JALAN ITU PAKE KAKI, BUKAN PAKE MATA!" kata Yulia kesal saat ia dibentak oleh seseorang yang tak dikenalnya itu. Ia yang masih terduduk dilantai pun kemudian berusaha untuk berdiri sementara seseorang yang sudah berdiri tegap dihadapannya bersiap untuk memaki-maki dirinya. "BELAGU BANGET LO!" kata orang itu. "Siapa sih dia! ngatain gue belagu lagi, rese banget!
'Kring...' Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. "Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. "Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. "Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. "Nadya Pramesti?" "Hadir!" "Angela Larasati?" "Hadir pak!" "Adriansyah Putra?" "Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. "Reza Dewangga?" "Hadir!" "Dimas Juniantara?" "Ada pak?!" "Yulia Adhisti?" "Hadir!" "Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia.
"Ji, makasih ya," ucap Yulia tidak lupa untuk berterimakasih. "Iya sama-sama," kata Aji yang langsung berpamitan dengan Yulia. "Aku langsung balik ya." "Oh iya Ji, hati-hati," ucap Yulia sembari melambaikan tangannya ke Aji. .... 7:15 Yulia segera terbangun kala alarmnya berbunyi untuk yang ketiga kalinya sejak 15 menit yang lalu. Ia sangat malas bahkan untuk mematikan alarm saja ia menunggunya berdering 3 kali. Pagi ini ia merasa lelah padahal baru bangun tidur. Mungkin tubuh ini perlu olahraga, begitu pikirnya. Ingat hari ini weekend, ia memutuskan untuk jogging. Segera ia mengambil jaket yang tergantung dan seperti biasa memakai earphone bluetoothnya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya kala sedang jogging. Saat Yulia sedang menikmati joggingnya, Tiba-tiba ia melihat seseorang yang di kenalnya. Yulia heran mengapa Yaksa ada di komplek ini, apakah ia sedang mengunjungi rumah saudaranya.
"Pagi ibu...," sapa Yulia kepada ibundanya tercinta. "Pagi.. itu, ibu buatin nasi goreng spesial buat sarapan kamu," ujar Rena. "Wah, ayo bu, kita sarapan bareng," ajak Yulia dengan semangat. "Ibu sudah sarapan tadi kok nak," ucap Rena dengan nada lembutnya. Gadis yang sedang menyantap nasi goreng spesial kini tersenyum sembari menatap ibunya dengan tatapan lembut, ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti Rena. Ia sangat menyanyangi orang yang telah melahirkan dan merawatnya itu begitupula sebaliknya. Yulia sedih mengingat ibunya harus banting tulang menjadi single parent untuknya, "andai bapak masih ada." Begitulah yang ada di pikiran Yulia. "Bu, Yulia berangkat dulu ya." Setelah selesai dengan sarapannya, Yulia kemudian berpamitan sebelum berangkat sekolah. Gadis itu langsung mengambil tas yang ia taruh di samping kanannya, tidak lupa mencium tangan ibunya terlebih dahulu. Yulia berja
'Kring' “Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. “Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji. “Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri. Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang. “Udah bel, ayok masuk!” “Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101. Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun
“YURI, BANGUN NAK! SUDAH SIANG, NANTI KAMU TERLAMBAT.”Mendengar itu, Yulia sontak terbangun.“IYA BU.” Ia langsung melihat jam dan benar saja, jam menunjukkan pukul 06:30.“GUE TERLAMBAT!” teriak Yulia.Gadis yang masih mengenakan piyama itu pun langsung menuju kamar mandi dan bersiap untuk mandi, ia tidak menyangka bahwa tidurnya pulas hingga ia terlambat.“Yulia berangkat dulu ya bu, udah telat nih,” pamit Yulia dengan terburu-buru.“Iya, tapi sarapan dulu ya, ini ibu udah bikinin kamu susu sama nasi goreng,” ucap Rena sembari menyiapkannya dimeja makan.“Nggak usah bu, Yulia udah telat banget soalnya,” kata Yulia langsung pergi tanpa menyentuh makanan yang sudah dibuat oleh ibunya.“Yasudah, hati-hati ya nak,” ucap Rena.“IYA BU, ASSALAMUALAIKUM”“WAALAIKUMSALAM”…“Aduh… gue telat banget n
'Kring' “Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. “Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji. “Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri. Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang. “Udah bel, ayok masuk!” “Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101. Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun
"Pagi ibu...," sapa Yulia kepada ibundanya tercinta. "Pagi.. itu, ibu buatin nasi goreng spesial buat sarapan kamu," ujar Rena. "Wah, ayo bu, kita sarapan bareng," ajak Yulia dengan semangat. "Ibu sudah sarapan tadi kok nak," ucap Rena dengan nada lembutnya. Gadis yang sedang menyantap nasi goreng spesial kini tersenyum sembari menatap ibunya dengan tatapan lembut, ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti Rena. Ia sangat menyanyangi orang yang telah melahirkan dan merawatnya itu begitupula sebaliknya. Yulia sedih mengingat ibunya harus banting tulang menjadi single parent untuknya, "andai bapak masih ada." Begitulah yang ada di pikiran Yulia. "Bu, Yulia berangkat dulu ya." Setelah selesai dengan sarapannya, Yulia kemudian berpamitan sebelum berangkat sekolah. Gadis itu langsung mengambil tas yang ia taruh di samping kanannya, tidak lupa mencium tangan ibunya terlebih dahulu. Yulia berja
"Ji, makasih ya," ucap Yulia tidak lupa untuk berterimakasih. "Iya sama-sama," kata Aji yang langsung berpamitan dengan Yulia. "Aku langsung balik ya." "Oh iya Ji, hati-hati," ucap Yulia sembari melambaikan tangannya ke Aji. .... 7:15 Yulia segera terbangun kala alarmnya berbunyi untuk yang ketiga kalinya sejak 15 menit yang lalu. Ia sangat malas bahkan untuk mematikan alarm saja ia menunggunya berdering 3 kali. Pagi ini ia merasa lelah padahal baru bangun tidur. Mungkin tubuh ini perlu olahraga, begitu pikirnya. Ingat hari ini weekend, ia memutuskan untuk jogging. Segera ia mengambil jaket yang tergantung dan seperti biasa memakai earphone bluetoothnya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya kala sedang jogging. Saat Yulia sedang menikmati joggingnya, Tiba-tiba ia melihat seseorang yang di kenalnya. Yulia heran mengapa Yaksa ada di komplek ini, apakah ia sedang mengunjungi rumah saudaranya.
'Kring...' Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. "Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. "Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. "Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. "Nadya Pramesti?" "Hadir!" "Angela Larasati?" "Hadir pak!" "Adriansyah Putra?" "Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. "Reza Dewangga?" "Hadir!" "Dimas Juniantara?" "Ada pak?!" "Yulia Adhisti?" "Hadir!" "Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia.
Yulia lega karena sudah menyelesaikan administrasi untuk kepindahan sekolahnya, ia hanya perlu mempersiapkan keperluan untuk hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya. Teringat pria yang mengantarnya ke ruang Tata Usaha, Yulia memutuskan untuk mencarinya dengan kembali berkeliling sekolah. "Dia ada dikelas mana ya?" ucapnya. 'Buughh!' Yulia terjatuh, sementara seseorang sudah tersungkur. Mereka bertabrakan kemudian terjatuh bersama. "EH LO KALO JALAN PAKE MATA DONG!" ucap seseorang yang sedang berusaha untuk berdiri. "JALAN ITU PAKE KAKI, BUKAN PAKE MATA!" kata Yulia kesal saat ia dibentak oleh seseorang yang tak dikenalnya itu. Ia yang masih terduduk dilantai pun kemudian berusaha untuk berdiri sementara seseorang yang sudah berdiri tegap dihadapannya bersiap untuk memaki-maki dirinya. "BELAGU BANGET LO!" kata orang itu. "Siapa sih dia! ngatain gue belagu lagi, rese banget!
"Oh.. ini SMA 101 yang terkenal dengan ke-elite-annya seantero Jakarta." Yulia sontak kaget ketika kakinya melangkah ke area sekolah barunya, maklum saja ia tidak pernah bersekolah di sekolah elite seperti SMA 101 ini. Mata Yulia tak bosan-bosannya memandangi bangunan megah yang ada dihadapannya. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke area sekolah tersebut. "Rasanya seperti mimpi, gue bakal sekolah disini." Batin Yulia. "Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?" Langkah Yulia terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang sepertinya mengarah kepadanya. Yulia menengok kebelakang mendapati seorang setengah baya menghadap ke arahnya. Yulia pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah satpam sekolah. "Pagi pak, saya Yulia, ingin mendaftar menjadi murid baru disini." Yulia menyampaikan maksudnya kepada satpam itu. "Oh begitu, yasudah masuk saja dek." Satpam itu pun mempersilahkan Yulia untuk