“Apa kau tidak bisa bekerja dengan benar!” teriak seorang laki-laki berwajah arogan melemparkan dokumen ke depan seorang perempuan muda yang berdiri di depannya.
“Maaf Boss. Kita tidak bisa menghubungi orang itu. Jadi kami menggantinya dengan orang lain,” jawab perempuan itu dengan suara yang gemetaran. Jelas kalau dia sedang ketakutan.
“Kau pikir ini layak untuk diterbitkan?” bentak laki-laki yang dipanggil bos itu.
“Akan aku ganti lagi Boss. Kita akan coba menemukan lagi orangnya,” jawab perempuan itu mengambil serakan kertas yang dilempar bosnya.
“Kalau dua hari ini tidak berhasil menemukannya. Siap-siap mengundurkan diri dari perusahaan ini!” ucap laki-laki itu sambil menunjukkan telunjuknya ke arah pintu. Agar anak buahnya itu segera keluar dari ruangannya.
Perempuan itu dengan wajah yang merah meninggalkan ruangan bosnya. Dia mencengkram kertas dengan kuat sebagai gantinya dia ingin mencengkram kerah baju bos sialan itu.
Setelah dia pergi, laki-laki itu kemudian mengendorkan dasinya yang terasa kencang mengikat lehernya. Dia kemudian melihat tangannya yang tiba-tiba menjadi merah.
“Sial!” umpat laki-laki itu ketika dia melihat tangannya yang merah dan ada ruam-ruam yang cepat menyebar.
Laki-laki itu segera mengambil kunci mobilnya yang ada di atas mejanya. Dia harus segera pergi sebelum semua orang mengetahui kelemahan rahasianya.
“Jordan, mau kemana kau?” tiba-tiba datang seorang perempuan berusia lima puluh tahunan masuk ke dalam ruangannya.
“Aku harus pergi dulu,” jawab Jordan buru-buru sambil menahan rasa gatal di sekujur tubuhnya.
“Tapi ada yang harus aku sampaikan padamu,” ucap perempuan itu.
“Nanti saja Ester, aku ada urusan darurat!” jawab Jordan pada perempuan tua itu.
Perempuan yang dipanggil Ester itu hanya menghela napasnya melepas Jordan. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Jordan sebenarnya. Tapi Jordan sering sekali tiba-tiba pergi dan mengatakan kalau ada urusan darurat.
Jordan segera menuju mobilnya, dia harus segera pergi dari gedung tempat dia bekerja. Kalau tidak, mungkin akan terjadi keributan di sana.
Setelah sampai di dalam mobil, sambil menyalakan mobilnya. Jordan mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya. Sambil mengemudi, Jordan memasang earphone nya dan menunggu sambungan teleponnya diangkat.
“Halo Hans. Di mana kau?”
“Tolong aku, aku kambuh lagi!” ucap Jordan menelepon seseorang bernama Frans.
“Baiklah, tolong cepat!” Jordan berusaha untuk tidak menggaruk tubuhnya ketika mengemudi. Kedua tangannya berusaha untuk tetap fokus menyetir. Dia kemudian melepas dasi dan membuka beberapa kancing kemejanya. Terlihat dada sampai lehernya sudah banyak ruam-ruam merah yang tiba-tiba muncul.
“Kau harus kuat Jordan, sebentar lagi kau sampai di sana!” gumam Jordan sambil menahan rasa sensasi gatal dan perihnya ruam-ruam itu.
“Aaaaaaah.” Jordan berteriak kencang. Kali ini gejalanya semakin meningkat, Jordan merasakan sakit yang luar biasa. Seluruh tubuhnya menegang. Dia sudah tidak bisa menahan lagi rasa sakitnya.
Jordan mengerem mobilnya sekaligus. Dia berhenti di depan sebuah gedung perkantoran. Tak lama kemudian seorang laki-laki datang berlari menuju mobilnya. Jordan kemudian berpindah ke kursi penumpang dan membiarkan laki-laki itu masuk ke dalam mobilnya.
“Cepatlah Hans. Aku sudah tidak tahan ini!” ucap Jordan mulai menggaruk-garuk tubuhnya dengan kasar. Jordan merasa kepanasan meski AC di mobilnya menyala dengan suhu yang paling dingin.
“Oke tenang, Bro!”
Hans kemudian mengambil alih setir dan melajukan mobilnya. Sedangkan Jordan membuka kemeja dan jasnya sehingga terlihat seluruh tubuhnya terdapat ruam-ruam merah. Jordan menggaruk-garuk badannya itu sampai seluruh tubuhnya mulai lecet.
“Pakai obat gatal dulu!” seru Hans.
Jordan meringis kesakitan sambil terus menggaruk badan dan seluruh tubuhnya. Dia juga menjerit tertahan karena merasa ada sensasi merayap.
“Tolong, ada sesuatu yang merayap-rayap di bawah kulitku Hans!” teriak Jordan.
“Bertahanlah Jo!” ucap Hans sambil terus berkonsentrasi dengan jalan.
Sampai akhirnya mobil mereka sampai di sebuah hotel mewah.
“Cepat pakai dulu bajumu!” perintah Hans. Jordan yang masih gatal-gatal itu kemudian memasang kembali bajunya. Mengancingkannya lagi dan segera turun dari mobil.
“Kali ini yang mengobatimu bukan Christy lagi,” ucap Hans.
“Apakah dia Natalie?” tanya Jordan.
“Kamu lupa kalau Natalie sudah tidak mau lagi mengobatimu?” tanya Hans masih berada di dalam mobil Jordan.
“Terus siapa kalau bukan Christy dan Natalie?” tanya Jordan heran.
“Dia gadis baru, namanya Katy, dia butuh uang dan aku sudah memberitahunya soal dirimu. Jadi, nikmatilah dan cepat sembuh!” ucap Hans.
“Oke, terimakasih Hans bantuanmu kali ini!” ucap Jordan kemudian segera masuk ke dalam lobi hotel.
Hans kemudian tersenyum dan dia harus kembali menuju ke kantornya tempat dia bekerja sebagai seorang pengacara. Dia harus buru-buru keluar dari kantor firma hukumnya karena harus menolong Jordan yang kambuh lagi dari penyakit misteriusnya itu.
“Astaga aku lupa memberi tahu Katy kalau Jordan bukan laki-laki yang meminta untuk dilayani berhubungan sex.”
Hans lupa memberi tahu hal yang penting itu pada Katy. Apa dia harus memberitahu Katy. Tapi Hans cukup yakin, meskipun Katy mengira kalau pekerjaannya itu adalah menemani laki-laki hidung belang. Jordan yang tidak suka perempuan itu tentu saja tidak akan menyentuhnya. Jordan membutuhkan wanita hanya untuk mengobati penyakit misteriusnya itu.
Sebuah penyakit yang dialami Jordan semenjak remaja itu memang aneh dan misterius. Dia akan mengalami gatal-gatal dan ruam-ruam di sekujur tubuhnya. Kalau penyakit itu datang, kulit Jordan akan seperti daging yang dilumuri bumbu rempah-rempah. Jordan akan berteriak kesakitan jika dia kambuh.
Tak ada yang bisa menjelaskan penyakit Jordan secara medis. Karena hasil pemeriksaan oleh beberapa dokter yang dia datangi mengatakan kalau Jordan tidak memiliki penyakit yang mengkhawatirkan. Apa yang dialami Jordan itu sangat aneh dan tidak bisa didiagnosis secara medis.
Dan yang lebih anehnya itu, penyakit itu selalu datang tiba-tiba dan pergi dengan cara yang tak terduga. Yaitu jika Jordan tidur dengan seorang wanita. Semua gejala itu akan hilang setelah dia tidur bersama seorang wanita.
Masih menjadi sebuah misteri, kenapa Jordan bisa mempunyai sindrom seperti itu. Yang pasti, setiap itu kambuh, Jordan akan menghubunginya dan Hans akan mencarikan wanita yang bisa menemani Jordan tidur. Tentunya dengan bayaran yang lumayan mahal. Karena Jordan ingin merahasiakan penyakitnya. Dia tidak mau menjadi cemoohan orang. Oleh karena itu, sementara ini Hans adalah orang satu-satunya yang mengetahui penyakit Jordan. Dan juga, orang yang membantunya mencarikan wanita untuk menjadi obatnya.
Sejauh ini ada dua wanita yang menjadi langganan Jordan. Mereka adalah Christy dan Natalie. Mereka berdua adalah teman dari Hans yang awalnya memang ingin membantu Hans karena merasa berhutang budi padanya. Tapi mereka berdua sudah tidak bisa lagi bersabar menghadapi sikap Jordan yang pemarah.
Memang pekerjaan mereka mengobati Jordan, hanya menemaninya di ranjang. Tidak lebih dari tidur saja. Jordan tidak akan menyentuh mereka, dan mereka pun dilarang menyentuh Jordan secara seksual.
Hans menjadi khawatir karena dia lupa memberi tahu yang penting pada Katy. Gadis baru yang akan menjadi obat untuk Jo. Kalau tugas dia hanyalah menemaninya tidur di ranjang tanpa saling sentuh.
‘Semoga saja tidak akan ada masalah di antara mereka!’ gumam Hans. Dia tidak mungkin mendapat masalah dengan gadis itu bukan.
Tapi satu hal yang Hans lupa katakan pada Jordan. Katy adalah seorang gadis penghibur yang biasa menemani para laki-laki hidung belang. Tapi Hans tidak punya pilihan lain karena kedua gadis yang biasa sudah menolak untuk membantunya.
Jordan kemudian masuk ke dalam sebuah kamar yang sudah dipesankan Hans untuknya. Dan katanya gadis itu sudah menunggunya di sana.“Hai, selamat datang Tuan?”Jordan menatap gadis yang akan menemaninya tidur. Sepertinya gadis itu masih muda, dan mata Jordan langsung menangkap gelagat aneh dari gadis itu.“Namaku Katy, Tuan.” Gadis itu kemudian mendekat ke arah Jordan. Kaki Jo mundur ke belakang karena gadis itu sungguh agresif.‘Hans, gadis macam apa yang kau bawa ini?’ gumam Jo dalam hatinya.Katy mendekat dan mencoba melepaskan pakaian Jordan. Tapi Jordan mengambil respon cepat.“Apa yang mau kau lakukan?” bentak Jo dengan suara keras. Teriakannya itu membuat kaget gadis itu.“Mundur!” ucap Jordan dengan wajah yang marah.“Tuan, kenapa Anda membentak saya?” tanya Katy.Jordan menghirup udara dengan kesal. Mood-nya kembali buruk karena sikap agresif
Jordan memarahi habis-habisan Hans yang sudah mendatangkan seorang gadis yang sembarangan mau menyentuh tubuhnya.“Maaf Jo, waktu itu aku tidak bisa menghubungi Christy.”“Lalu, apa kau berhasil membujuk Natalie?” tanya Jordan.“Dia tidak mau lagi menemanimu tidur. Dia akan menikah.”“Bagaimana dengan Christy?” tanya Jordan.“Terakhir kali Christy menemanimu, apa kau masih ingat?” tanya Hans.“Kenapa memangnya?” tanya Jo.“Kau tidak ingat kalau kau sudah membuat kesalahan?” tanya Hans.Jordan mengerutkan alisnya. Mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang sudah dia perbuat pada Christy.“Aku tidak berbuat kesalahan apa pun,” jawab Jordan.Hans mendesis kesal karena Jordan sama sekali tidak ingat, atau sama sekali dia tidak menyadari kalau dia sudah berbuat kesalahan pada Christy. Sehingga Christy tidak mau berkomunikasi
Van Boss adalah majalah mode dan lifestyle terkenal yang berpusat di New York dan memiliki cabang di berbagai negara, salah satunya Van Boss membuka cabangnya di Jakarta, Indonesia. Baru setahun berjalan rupanya Van Boss di Jakarta belum bisa mencapai sukses seperti yang diharapkan oleh Van Boss di pusatnya yaitu di New York. Dan Pemimpin Redaksi di sana malah tersandung kasus pemakaian Narkoba. Dan pada akhirnya Van Boss Indonesia terancam ditutup dan tidak akan beroperasi lagi. Menyikapi situasi itu, Ester sebagai pemilik dan pendiri Van Boss meminta Jordan Land pergi ke sana. Meskipun Jordan sedikit keberatan, tapi sepertinya Ester memang mempunyai alasannya dia mengirimnya ke sana. Alasan pertama mungkin Jo orangnya perfectionis, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauan dan keinginannya tak akan luput dari kemarahannya. Siapa pun itu mau pegawai laki-laki dan perempuan, Jo tak akan sungkan memarahinya jika pekerjaan mere
Meikha baru saja turun dari sebuah bus. Dia melangkahkan kakinya keluar terminal bus antar kota itu. Dia terlihat kebingungan. Karena untuk pertama kalinya dia datang ke Kota Jakarta. Dan sama sekali dia tak punya tujuan.Statusnya sebagai seorang residivis membuat Meikha harus keluar jauh dari kota halamannya. Dia tidak mau ada seorang pun yang mengenalinya dan kembali lagi menghakiminya sebagai seorang penipu.Dan sekarang dia sudah berada di Kota Jakarta. Dia berharap di kota ini, tidak akan ada orang yang mengenalinya. Dia tidak ingin ada orang yang mengenalinya sebagai gadis penipu atau gadis kriminal.Langkah pertama yang harus Meikha lakukan adalah mencari kamar sewa yang paling murah. Karena dia hanya punya sedikit uang tabungan untuk menyewa kamar sebulan atau dua bulan sebelum dia memiliki sebuah pekerjaanMeikha menyeret kakinya yang sudah lelah berjalan kaki. Di tangannya secarik kertas dia tenteng sambil tak henti seluruh matanya menyapu jala
Meikha menatap gerbang pagar besi itu sambil wajah yang sorot mata penuh dengan rasa puas.Karena akhirnya dia bisa menemukan alamat rumah ini dengan susah payah. Setelah cukup puas menatap gerbang, Meikha kemudian menekan bel yang terletak dekat pintu gerbang itu.Meikha menekan bel itu sebanyak tiga kali. Sampai pada akhirnya pintu pagar gerbang itu bergerak dan terbuka. Satu sosok wanita berusia empat puluh tahunan membuka gerbang dan memandang wajah Meikha dengan ramah.“Maaf Bu, permisi. Ini kamar yang bisa disewakan masih ada yang kosong enggak ya?” tanya Meikha.“Si Mbak ini mau ngekost ya?” tanya ibu itu sambil memperhatikan penampilan Meikha.“Kamu anak kuliahan atau sudah kerja?” tanya ibu pemilik kost itu.“Gawat, aku bukan anak kuliahan dan juga seorang pengangguran,” gumam Meikha dalam hati.“Soalnya beda lagi harga sewanya,” sambung ibu itu mencoba mengurangi rasa kuran
Jordan sampai di Jakarta. Begitu dia sampai di bandara, dia menarik napasnya panjang. Wajahnya terlihat tidak bisa ditebak. Apakah dia sedang marah, sedih atau bahagia?Dia melihat beberapa orang yang datang menjemput beberapa penumpang pesawat. Dia tidak melihat seseorang menjemputnya. Seharusnya ada perwakilan dari Van Boss Jakarta yang menjemputnya atau menyambutnya di bandara.Jo menyeret kopernya dan keluar dari gate kedatangan luar negeri. Dan barulah dia melihat seorang laki-laki yang baru datang membentangkan sebuah karton bertuliskan ‘Van Boss Jakarta”. Laki-laki itu pasti yang akan menjemputnya.Dengan wajah yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan marah, Jordan kemudian berjalan menghampiri laki-laki itu. Wajahnya yang jutek dan tiba-tiba datang ke tepat depan laki-laki itu membuat laki-laki itu kaget karena didatangi seorang laki-laki jangkung dengan wajah yang arogan.“Kenapa kau terlambat? Ini sudah lebih sepuluh menit dar
Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]“Aaarrgh!” teriak Alex frusta
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
Jordan ditemani Alex memilih sebuah mobil di show room. Alex yang diminta Zoe untuk mengawasi segala gerak-gerik Jordan sedikit was-was karena takut ketahuan kalau dia menjadi mata-mata Bu Zoe.Perangai Jordan yang gampang marah tentu saja membuat Alex harus berhati-hati dalam bekerja.“Alex, bagaimana menurutmu dengan mobil ini?” tanya Jordan meminta pendapatnya tentang jenis mobil yang dia pilih.“Ah itu bagus Bos, mobilnya sangat cocok dengan Bos yang futuristic,” jawab Alex.“Apa maksudmu. Kau mengejekku?” tanya Jordan dengan wajah yang tidak suka dengan jawaban Alex yang seperti itu.“Bukan begitu Bos!”“Aku justru tidak suka dengan model dan body mobilnya. Kenapa kau malah menyamakanku dengan mobil itu.” Jordan mendengkus kesal sambil berlalu di hadapan Alex untuk mencari jenis mobil yang lain.Alex menghela napas panjang karena sepertinya menghadapi orang seperti Jorda
“Cepat carikan aku sekretaris yang baru. Kalau bisa jangan wanita!” ucap Jordan pada Alex yang hendak meninggalkan ruangannya.Tapi Jordan langsung menatap Alex dengan tatapan menyelidik. Dia tersadar, kenapa dia tidak memilih Alex saja sebagai sekretarisnya yang baru. Dia bukan wanita, dan dia juga sudah mengetahui sedikit rahasianya.“Alex, kau saja yang menggantikan Starlie!” titah Jordan tiba-tiba.“APA BOS? SAYA MENJADI SEKRETARIS?” Alex terkejut dan tidak mengira jika Jordan menunjuknya langsung.“Kenapa, bukannya kau ingin menjadi karyawan tetap di sini?” tanya Jordan.“Itu benar. Tapi menjadi seorang sekretaris, aku tidak punya pengalaman di bidang itu Bos,” jawab Alex.“Itu pekerjaan yang mudah Alex. Bagaimana kau sedia kan?” tanya Jordan.Alex terlihat kebingungan mendengar tawaran Jordan. Dengan wajah meringis dia menatap wajah Jordan yang arogan sedang
Jordan tiba di depan gedung Van Boss. Dia turun dari mobil Alex. Dengan langkah percaya diri dia pun melangkah menuju ke dalam gedung itu. Terlihat barisan para karyawan yang siap menyambut kedatangannya.Jordan sudah memamerkan wajah tidak Sukanya dengan cara penyambutan mereka.“Selamat datang di Van Boss Jakarta Tuan Jo, saya Zoe wakil direktur!” seorang perempuan berusia seperti Ester menyambutnya dan menyalami Jo.Jo merasa tidak nyaman, dia segera melepas tangan Zoe. Dia tersenyum sinis dan kemudian menatap semua karyawan lainnya dengan tatapan aneh.Semua orang menunggu cemas kata pertama yang akan keluar dari mulut pemimpin mereka yang baru itu.Jordan menatap semua barisan karyawan itu dengan tatapan tidak suka.“Kerjalah yang benar. Selama aku di sini, yang tidak bisa bekerja sesuai standarku siap-siap dikeluarkan!”Begitulah kalimat pertama yang diucapkan Jordan pada semua orang d
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]“Aaarrgh!” teriak Alex frusta