Meikha baru saja turun dari sebuah bus. Dia melangkahkan kakinya keluar terminal bus antar kota itu. Dia terlihat kebingungan. Karena untuk pertama kalinya dia datang ke Kota Jakarta. Dan sama sekali dia tak punya tujuan.
Statusnya sebagai seorang residivis membuat Meikha harus keluar jauh dari kota halamannya. Dia tidak mau ada seorang pun yang mengenalinya dan kembali lagi menghakiminya sebagai seorang penipu.
Dan sekarang dia sudah berada di Kota Jakarta. Dia berharap di kota ini, tidak akan ada orang yang mengenalinya. Dia tidak ingin ada orang yang mengenalinya sebagai gadis penipu atau gadis kriminal.
Langkah pertama yang harus Meikha lakukan adalah mencari kamar sewa yang paling murah. Karena dia hanya punya sedikit uang tabungan untuk menyewa kamar sebulan atau dua bulan sebelum dia memiliki sebuah pekerjaan
Meikha menyeret kakinya yang sudah lelah berjalan kaki. Di tangannya secarik kertas dia tenteng sambil tak henti seluruh matanya menyapu jalanan mencari nama jalan yang tertera di sebuah kertas yang ia bawa. Sebuah alamat rumah yang dia cari. Alamat itu adalah sebuah rumah yang ia catat sebelumnya dari sebuah iklan di koran. Sebuah tempat yang biaya sewa per bulannya sangat murah.
‘Gile bener, ini sebenarnya alamatnya ada di negeri ini, apa di negeri antah berantah, dari tadi muter kagak ketemu-ketemu,’ sungut Meikha duduk di trotoar jalan sambil memijit kakinya yang pegal. Belum pundaknya terasa pegal karena membawa ransel berisi barang-barangnya. Penampilan Meikha dengan barang bawaannya mirip anak pecinta alam yang nyasar di jalanan ibu kota bukan di hutan.
Kriuk.
Suara perut Meikha yang dari tadi pagi belum diisi semakin menagih. Sejak sampai di terminal bus tadi, dia hanya sempat minum sebotol air mineral. Dan belum sepotong makanan pun yang masuk ke dalam perutnya. Meikha kemudian menoleh ke arah sekitarnya mencari sebuah kios tempat makan atau pedagang kaki lima yang mangkal di sekitar dia duduk. Dari ujung perempatan, dia bisa melihat satu gerobak penjual bakso yang mangkal di perempatan itu. Meikha pun bangkit dari duduknya dan menuju ke sana untuk mengisi perutnya dengan bakso.
"Bang, bakso campur satu ya, dan jangan lama!" pesan Meikha kemudian langsung menghempaskan pantatnya di bangku panjang yang menghadap meja panjang juga. Meikha kemudian melirik-lirik pelanggan bakso yang lain yang sedang makan juga. Iseng sambil menunggu pesanan baksonya datang. Dia melihat tembok pagar tinggi yang menjadi pembatas tempat mangkal bakso itu. Berbagai brosur dan poster berbagai macam bentuk tertempel di sana. Meikha pun membaca semuanya sambil menunggu pesanan baksonya yang belum datang. Dia melihat-lihat, barangkali ada lowongan kerja yang cocok untuknya. Sebenarnya banyak keahlian dan keterampilan yang dia dapat di dalam Lapas selama dua puluh bulan di Lapas. Menjahit, menganyam, membatik, dan membuat berbagai macam kerajinan dari bambu dan bahan-bahan bekas. Tapi tak ada satu pun iklan lowongan kerja di sana. Mungkin Meikha harus memberi koran terbaru lagi untuk mencari lowongan kerja di Jakarta.
Sebenarnya Meikha mempunyai otak yang cerdas dan lumayan jenius, namun karena dia tidak mempunyai orangtua, ibu Panti tidak bisa membiayai kuliah Meikha. Jadi Meikha pun tak bisa melanjutkan pendidikannya sampai sarjana.
Setelah lulus SMA, Meikha langsung mencari kerja. Tetapi rupanya mencari kerja tanpa jaminan uang dan keahlian sangatlah susah. Lulusan SMA sepertinya hanya bisa bekerja di sebuah pabrik atau sebagai karyawan toko. Tapi Meikha setiap dia melamar pekerjaan, dia harus menyerahkan uang jaminan kerja yang sama sekali dia tidak punya.
Oleh karena itu, Meikha akhirnya hanya bisa menjadi seorang gadis penipu. Itu pun awalnya dari ketidaksengajaan Meikha menemui salah seorang ibu muda yang meminta bantuannya untuk berpura-pura sebagai pembeli barang imitasinya supaya menarik minat orang lain. Dan dari situlah, pengalaman dia sebagai seorang penipu dimulai.
Semangkok bakso kini sudah berada tepat di hadapannya. Tanpa menunggu lama, Meikha segera menyantapnya baksonya yang sebelumnya sudah dia campur dengan berbagai tambahan saos kecap, sambel dengan beberapa takaran sendok. Meikha memang juara makan pedas.
"Gila cantik bangeet tuh cewek, gue seneng liat cara dia makan ... lihat ...lihat!" Beberapa anak SMA tampak memperhatikan Meikha yang sedang menyantap bakso super pedesnya.
Salah satu dari mereka ada yang mengabadikan saat Meikha menyantap baso itu. Mereka tidak menyangka kalau ada seorang cewek cantik makan baso super pedas super cuek seperti itu. Biasanya yang sering mereka lihat cewek cantik kalau sedang makan di depan umum akan terlihat anggun dan kalem.
Meikha yang begitu lahap makan baksonya karena memang sedang kelaparan cuek saja anak SMA itu memotret dan mengambil videonya saat makan. Setelah menghabiskan bakso pedasnya yang hanya memakan waktu tidak lebih dari lima menit, Meikha kemudian meminum air botol mineral sekali teguk. Dan membuat anak-anak SMA itu semakin heboh karena cara Meikha minum jauh dari kata anggun.
Meikha kemudian bangkit dan mengambil ransel beratnya. Lalu dia menghampiri kumpulan anak SMA itu. Mereka menjadi kaget karena Meikha sudah berada duduk di antara mereka.
"Eh Ka-Kakak ada apa duduk di sini?" tanya salah satu dari anak SMA itu. Seorang gadis cantik berambut pendek itu terlihat gugup.Karena takut kalau Meikha mengetahui kalau dia sudah memoto dan memvideonya diam-diam.
"Kalian tahu tidak kalau seseorang mengambil foto diam-diam tanpa izin dan berniat mendistribusikannya di media sosial bakal terjerat Pasal 43 Undang-Undang ITE dan sanksinya lumayan lho, bisa kena sanksi penjara dan denda 4.5 juta rupiah," kata Meikha dengan cuek memandang satu per satu wajah mereka yang mulai kelihatan menegang.
"Ma-maaf Kak, kami hanya iseng. I-iya ini bakal kami hapus!" seru gadis yang berambut pendek itu ketakutan lalu berniat menghapusnya.
"Tidak usah, Kakak hanya ngasih tahu aja, kalau cuma buat iseng dan disebar it's okay, tapi sebagai gantinya kalian harus bayar bakso yang tadi Kakak makan, deal!" kata Meikha sambil menepuk bahu pelajar itu.
"A-apa Kak, bayarin ... eh ..eh kalian bawa duit lebih kagak?" tanya gadis itu mulai panik dan malah nodong ke teman-temannya yang lain.
"Oke, thanks ya!" Meikha kemudian pergi dari tempat jualan bakso itu.
"Bang, bakso yang tadi mereka yang bayar!"kata Meikha cuek dan berjalan santai meningggalkan abang tukang bakso yang langsung menatap keji pada anak-anak SMA yang sedang sibuk mengeluarkan recehan mereka untuk patungan membayar bakso yang sudah dimakan Meikha tadi.
Setelah jauh dari gerobak bakso tadi. Meikha menarik napas panjang.
"Pffuhhh .... akhirnya bisa makan gratis, jadi jatah makan siang gua aman hari ini, hihihihihi .... ada untungnya juga gua punya wajah yang menarik," kata Meikha narsis menepuk-nepuk wajah cantik alaminya yang entah dia dapat dari siapa dan dari mana. Karena dia tidak tahu rupa kedua orangtuanya itu.
Karena perutnya sudah diisi, langkah Meikha sedikit bertenaga, meskipun hanya makanan yang tidak baik sebenarnya di saat dia harus makan makanan yang lebih baik dan bergizi dibandingkan makanan junk food tadi.
Dan Meikha masih kebingungan mencari Jalan Kelapa Puan IV. Andai dia punya sebuah ponsel, mungkin dia sudah bisa pake maps.
Meikha tidak patah semangat, dia pun harus bisa menemukan alamat itu walau bagaimana caranya. Tak segan dia harus bertanya pada seseorang di jalan. Sampai pada akhirnya, Meikha menemukan alamat itu. Sebuah rumah dengan halaman yang luas berpagar besi yang tidak terlalu tinggi, dan di gerbang rumah itu terdapat plang papan bertuliskan "TERIMA KAMAR SEWA UNTUK GADIS".
Bersambung
Meikha menatap gerbang pagar besi itu sambil wajah yang sorot mata penuh dengan rasa puas.Karena akhirnya dia bisa menemukan alamat rumah ini dengan susah payah. Setelah cukup puas menatap gerbang, Meikha kemudian menekan bel yang terletak dekat pintu gerbang itu.Meikha menekan bel itu sebanyak tiga kali. Sampai pada akhirnya pintu pagar gerbang itu bergerak dan terbuka. Satu sosok wanita berusia empat puluh tahunan membuka gerbang dan memandang wajah Meikha dengan ramah.“Maaf Bu, permisi. Ini kamar yang bisa disewakan masih ada yang kosong enggak ya?” tanya Meikha.“Si Mbak ini mau ngekost ya?” tanya ibu itu sambil memperhatikan penampilan Meikha.“Kamu anak kuliahan atau sudah kerja?” tanya ibu pemilik kost itu.“Gawat, aku bukan anak kuliahan dan juga seorang pengangguran,” gumam Meikha dalam hati.“Soalnya beda lagi harga sewanya,” sambung ibu itu mencoba mengurangi rasa kuran
Jordan sampai di Jakarta. Begitu dia sampai di bandara, dia menarik napasnya panjang. Wajahnya terlihat tidak bisa ditebak. Apakah dia sedang marah, sedih atau bahagia?Dia melihat beberapa orang yang datang menjemput beberapa penumpang pesawat. Dia tidak melihat seseorang menjemputnya. Seharusnya ada perwakilan dari Van Boss Jakarta yang menjemputnya atau menyambutnya di bandara.Jo menyeret kopernya dan keluar dari gate kedatangan luar negeri. Dan barulah dia melihat seorang laki-laki yang baru datang membentangkan sebuah karton bertuliskan ‘Van Boss Jakarta”. Laki-laki itu pasti yang akan menjemputnya.Dengan wajah yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan marah, Jordan kemudian berjalan menghampiri laki-laki itu. Wajahnya yang jutek dan tiba-tiba datang ke tepat depan laki-laki itu membuat laki-laki itu kaget karena didatangi seorang laki-laki jangkung dengan wajah yang arogan.“Kenapa kau terlambat? Ini sudah lebih sepuluh menit dar
Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]“Aaarrgh!” teriak Alex frusta
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
Jordan ditemani Alex memilih sebuah mobil di show room. Alex yang diminta Zoe untuk mengawasi segala gerak-gerik Jordan sedikit was-was karena takut ketahuan kalau dia menjadi mata-mata Bu Zoe.Perangai Jordan yang gampang marah tentu saja membuat Alex harus berhati-hati dalam bekerja.“Alex, bagaimana menurutmu dengan mobil ini?” tanya Jordan meminta pendapatnya tentang jenis mobil yang dia pilih.“Ah itu bagus Bos, mobilnya sangat cocok dengan Bos yang futuristic,” jawab Alex.“Apa maksudmu. Kau mengejekku?” tanya Jordan dengan wajah yang tidak suka dengan jawaban Alex yang seperti itu.“Bukan begitu Bos!”“Aku justru tidak suka dengan model dan body mobilnya. Kenapa kau malah menyamakanku dengan mobil itu.” Jordan mendengkus kesal sambil berlalu di hadapan Alex untuk mencari jenis mobil yang lain.Alex menghela napas panjang karena sepertinya menghadapi orang seperti Jorda
“Cepat carikan aku sekretaris yang baru. Kalau bisa jangan wanita!” ucap Jordan pada Alex yang hendak meninggalkan ruangannya.Tapi Jordan langsung menatap Alex dengan tatapan menyelidik. Dia tersadar, kenapa dia tidak memilih Alex saja sebagai sekretarisnya yang baru. Dia bukan wanita, dan dia juga sudah mengetahui sedikit rahasianya.“Alex, kau saja yang menggantikan Starlie!” titah Jordan tiba-tiba.“APA BOS? SAYA MENJADI SEKRETARIS?” Alex terkejut dan tidak mengira jika Jordan menunjuknya langsung.“Kenapa, bukannya kau ingin menjadi karyawan tetap di sini?” tanya Jordan.“Itu benar. Tapi menjadi seorang sekretaris, aku tidak punya pengalaman di bidang itu Bos,” jawab Alex.“Itu pekerjaan yang mudah Alex. Bagaimana kau sedia kan?” tanya Jordan.Alex terlihat kebingungan mendengar tawaran Jordan. Dengan wajah meringis dia menatap wajah Jordan yang arogan sedang
Jordan tiba di depan gedung Van Boss. Dia turun dari mobil Alex. Dengan langkah percaya diri dia pun melangkah menuju ke dalam gedung itu. Terlihat barisan para karyawan yang siap menyambut kedatangannya.Jordan sudah memamerkan wajah tidak Sukanya dengan cara penyambutan mereka.“Selamat datang di Van Boss Jakarta Tuan Jo, saya Zoe wakil direktur!” seorang perempuan berusia seperti Ester menyambutnya dan menyalami Jo.Jo merasa tidak nyaman, dia segera melepas tangan Zoe. Dia tersenyum sinis dan kemudian menatap semua karyawan lainnya dengan tatapan aneh.Semua orang menunggu cemas kata pertama yang akan keluar dari mulut pemimpin mereka yang baru itu.Jordan menatap semua barisan karyawan itu dengan tatapan tidak suka.“Kerjalah yang benar. Selama aku di sini, yang tidak bisa bekerja sesuai standarku siap-siap dikeluarkan!”Begitulah kalimat pertama yang diucapkan Jordan pada semua orang d
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]“Aaarrgh!” teriak Alex frusta