Meikha menatap gerbang pagar besi itu sambil wajah yang sorot mata penuh dengan rasa puas.Karena akhirnya dia bisa menemukan alamat rumah ini dengan susah payah. Setelah cukup puas menatap gerbang, Meikha kemudian menekan bel yang terletak dekat pintu gerbang itu.
Meikha menekan bel itu sebanyak tiga kali. Sampai pada akhirnya pintu pagar gerbang itu bergerak dan terbuka. Satu sosok wanita berusia empat puluh tahunan membuka gerbang dan memandang wajah Meikha dengan ramah.
“Maaf Bu, permisi. Ini kamar yang bisa disewakan masih ada yang kosong enggak ya?” tanya Meikha.
“Si Mbak ini mau ngekost ya?” tanya ibu itu sambil memperhatikan penampilan Meikha.
“Kamu anak kuliahan atau sudah kerja?” tanya ibu pemilik kost itu.
“Gawat, aku bukan anak kuliahan dan juga seorang pengangguran,” gumam Meikha dalam hati.
“Soalnya beda lagi harga sewanya,” sambung ibu itu mencoba mengurangi rasa kurang pahamnya.
Meikha semakin dilema, sepertinya kalau harga seorang mahasiswa lebih murah secara masih disokong orangtua biayanya. Sementara kalau orang yang bekerja sudah pasti biaya sewanya akan disesuaikan karena sudah mempunyai jaminan penghasilan.
“Kalau yang mahasiswa sewa perbulannya lima ratus ribu, kalau yang udah kerja itu satu juta, tapi fasilitas beda. Kalau mahasiswa tidak dapat pendingin ruangan dan kamar mandi barengan. Tapi kalau yang anak yang udah kerja itu, kamarnya dapat pendingin ruangan dan kamar mandinya di dalam.” Ibu itu menjelaskan fasilitas kamar sewa nya.
Ingin rasanya Meikha memilih harga sewa tipe mahasiswa, karena memang uang yang dia punya sekarang hanya cukup untuk membayar uang kamar sewa sebulan dan untuk makan beberapa hari ke depan. Jiwa menipunya pun terpanggil.
“Saya ma –"
“Tinggalkan fotocopy kartu mahasiswa nya aja kalau begitu,” kata ibu itu langsung saja. Tapi langsung membuat hati Meikha jadi menciut. Karena dia tidak punya kartu anggota mahasiswa.
“Saya pengangguran Bu,” jawab Meikha sedih.
“Kalau pengangguran enggak bakal bisa bayar sewa kamar dong,” timpal ibu itu.
“Tapi kalau untuk sebulan dua bulan saya bisa bayar kok Bu, saya mau cari pekerjaan di Jakarta,” jawab Meikha dengan sorot mata memohon agar bisa diterima.
“Ya sudah, kalau begitu untuk sementara sebulan ini kamu bayar sewa nya harga mahasiswa dulu aja. Nanti bulan depan kalau sudah dapat pekerjaan kamu bisa bayar sewa harga karyawan,” ucap ibu itu berbaik hati karena kasihan melihat Meikha.
“Terimakasih Bu, semoga ibu yang baik hati ini dilimpahkan rezeki yang banyak dan sehat selalu,” ucap Meikha mendoakan ibu kost-annya yang baik hati itu.
“Aamiin, ayo saya antar ke kamar kamu,” kata ibu itu kemudian mempersilakan Meikha masuk ke pekarangan rumah. Rupanya rumah kost-an ibu itu sangat luas. Ada dua bangunan. Satu bangunan mungkin itu rumah ibunya. Dan satu bangunan berlantai 2 dengan beberapa pintu kamar kostan. Sepertinya ada dua puluh kamar lebih yang disewakan punya ibu itu.
“Untuk kamar mahasiswa adanya di lantai dua,”kata ibu itu menjelaskan.
“Oh iya bu,ngomong-ngomong saya manggil ibunya apa ya?” tanya Meikha.
“Panggil saja saya Bunda Lily, jawab ibu itu dengan ramah.
“Oh Bunda Lily, makasih ya Bunda udah ngizinin saya menyewa kamar di sini!” kata Meikha.
“Iya sama-sama, kamar sewa saya ini memang yang paling murah diantara kost-kostan di daerah ini. Tapi meskipun murah tetap ada peraturan yang harus ditaati di sini. Eh iya siapa namamu Nak?” tanya Bunda Lily.
“Nama saya Meikha Bunda,” jawab Meikha dengan wajah tersenyum.
“Kamu berasal dari mana Nak?” tanya Bunda Lily sambil melangkahkan kakinya ke anak tangga menuju lantai dua.
“Saya dari Surabaya Bu,” jawab Meikha.
“Oh dari Kota Surabaya.” Bunda Lily kemudian membuka salah satu pintu kamar yang berada di paling ujung di lantai dua itu.
“Ini kuncinya,” kata Bunda Lily kemudian memberikan kunci kamarnya.
“O ya nanti kamu kasih fotocopy KTP ya sama uang sewa kamarnya nanti sore. Sekarang kamu istirahat dulu saja!” ucap Bunda Lily pengertian memberikan waktu dan kesempatan pada Meikha yang sepertinya kelelahan. Tentu saja dia sangat lelah setelah berputar-putar mencari alamat itu. Dan baru siang menjelang sore dia menemukan alamat ini.
Setelah Bunda Lily pergi, Meikha kemudian menutup pintu kamarya dan langsung melihat isi kamarnya. Hanya ada satu tempat tidur dengan ukuran single bed. Satu lemari kecil dan satu meja dengan satu kipas angin meja di atasnya. Cukup lumayan lah. Dan untuk kamar mandi, memang kamar mandi untuk kamar kost tipe mahasiswa ini harus berbagi dan bareng. Dan tadi Meikha sempat melihat ada tiga kamar mandi di ujung sebelah kanan dan dua kamar mandi di sebelah kiri. Dan jumlah kamar di lantai ini ada 10. Jadi satu kamar mandi bisa dipakai satu untuk dua orang. Yang pasti mungkin Meikha akan memakai kamar mandi yang paling dekat dengan pintu kamarnya.
Kemudian Meikha menyimpan ransel nya di lantai. Membongkar isinya dan langsung menyimpannya di dalam lemari itu. Pakaiannya hanya lima biji. Empat setel pakaian biasa dan satu setel adalah kemeja putih dan celana bahan hitam. Itu akan dia gunakan untuk melamar pekerjaan. Meikha pun mengamankan satu map plastik berisi semua dokumen pentingnya. Dari ijazah sampai sertifikat sertifikat pelatihan yang tentunya itu adalah rekayasa yang dia buat. Mana pernah dia mengikuti pelatihan kerja. Selama ini dia lebih menghabiskan pelatihan menjahit dan menyulam di lapas. Dan mana mungkin dia menggunakan sertifikat pelatihan dalam lapas. Bisa-bisa tempat pekerjaan dan perusahaan yang dia lamar langsung menolak lamaran pekerjaannya.
Setelah semuanya dikeluarkan Meikha kemudian meraih sebuah benda terakhir yang dia keluarkan dari tasnya. Sebuah bingkai foto, foto itu adalah foto Bunda Eva. Dia adalah pengasuhnya di panti. Hanya dia lah orangtua yang dia punya. Bunda Eva sudah Meikha anggap sebagai ibu sekaligus ayahnya selama di panti. Tapi sudah lima tahun berlalu Bunda Eva meninggal dunia. Meikha sangat kehilangan sosok Bunda Eva. Jadi Meikha hanya bisa memandang foto Bunda Eva, jikala dia sedang merindukannya. Dia tidak ayah dan ibu. Bahkan Meikha tidak tahu siapa orang tuanya.
Meikha kemudian menyimpan foto Bunda Eva di meja dekat tempat tidurnya. Mengusap kaca bingkai itu sebelum dia kemudian mengambil handuk dan perlengkapan alat mandi yang baru saja dia beli di warung di perjalanan tadi. Dia mau mandi terlebih dahulu agar lebih segar dan lebih berenergi lagi kalau sudah mandi.
Karena letak kamar mandinya di luar, Meikha pun sekalian mengambil baju gantinya. Dia ambil celana panjang dengan kaos ringan bertangan pendek. Lalu dia pun keluar dari kamarnya. Dan melihat sekeliling di lantai dua. Belum ada satu penghuni kost yang lain yang dia temui. Apakah karena ini masih jam tiga. Kemungkinan mereka masih kuliah. Meikha pun merasa santai untuk melakukan ritual mandinya.
Sampai di kamar mandi. Meikha melihat ember kecil dengan label tulisan nama. Sepertinya penghuni kost ini menyimpan alat mandinya di kamar mandi dan memberi merk nama masing-masing agar tidak tertukar. Sayang Meikha tidak punya ember kecil itu. Jadi dia hanya menyimpan alat mandinya sembarang saja.
Sambil melihat kiri kanan untuk bisa beradaptasi dengan kamar mandinya ini. Meikha kemudian mengguyur badannya dan membersihkan badannya yang bau keringat karena seharian tadi di jalan dengan polusi debu dan asap. Tak lupa Meikha pun mencuci rambutnya juga. Ketika membilas kepala dan tubuhnya dia mendengar beberapa suara dari luar. Sepertinya para penghuni kamar yang lain sudah mulai berdatangan. Meikha segera buru-buru menyelesaikan mandinya sebelum mereka mengantri mandi.
Selesai berganti pakaian, Meikha pun keluar dari kamar mandi. Dan melihat beberapa gadis sedang berdiri mengobrol di depan pintu kamar sewanya. Untuk menghargai mereka, Meikha pun menyapa mereka semua.
“Hai semua, aku Meikha, aku penghuni kost baru di sini,” sapa Meikha.
“Hai Meikha, aku Nitya, selamat datang di sini, semoga bisa betah ya!” sapa Nitya. Meikha melihat Nitya adalah gadis berusia 19 tahunan mungkin. Perawakannya kurus dan tinggi, sementara beberapa orang yan lain mengenalkan dirinya sebagai Kiyya dan Elsa. Mereka berdua bukan penghuni kamar sewa, tapi mereka merupakan teman kuliah Nitya.
Meikha pun menyapa semuanya. Namun sebelum Meikha masuk kembali pada anak, sebuah pertanyaan yang membuatnya terhenyak.
“Kamu kuliah di kampus mana?” tanya Nitya.
Tentu saja Meikha pun terkejut dengan pertanyaan menohok itu.
Jordan sampai di Jakarta. Begitu dia sampai di bandara, dia menarik napasnya panjang. Wajahnya terlihat tidak bisa ditebak. Apakah dia sedang marah, sedih atau bahagia?Dia melihat beberapa orang yang datang menjemput beberapa penumpang pesawat. Dia tidak melihat seseorang menjemputnya. Seharusnya ada perwakilan dari Van Boss Jakarta yang menjemputnya atau menyambutnya di bandara.Jo menyeret kopernya dan keluar dari gate kedatangan luar negeri. Dan barulah dia melihat seorang laki-laki yang baru datang membentangkan sebuah karton bertuliskan ‘Van Boss Jakarta”. Laki-laki itu pasti yang akan menjemputnya.Dengan wajah yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan marah, Jordan kemudian berjalan menghampiri laki-laki itu. Wajahnya yang jutek dan tiba-tiba datang ke tepat depan laki-laki itu membuat laki-laki itu kaget karena didatangi seorang laki-laki jangkung dengan wajah yang arogan.“Kenapa kau terlambat? Ini sudah lebih sepuluh menit dar
Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]“Aaarrgh!” teriak Alex frusta
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
Jordan tiba di depan gedung Van Boss. Dia turun dari mobil Alex. Dengan langkah percaya diri dia pun melangkah menuju ke dalam gedung itu. Terlihat barisan para karyawan yang siap menyambut kedatangannya.Jordan sudah memamerkan wajah tidak Sukanya dengan cara penyambutan mereka.“Selamat datang di Van Boss Jakarta Tuan Jo, saya Zoe wakil direktur!” seorang perempuan berusia seperti Ester menyambutnya dan menyalami Jo.Jo merasa tidak nyaman, dia segera melepas tangan Zoe. Dia tersenyum sinis dan kemudian menatap semua karyawan lainnya dengan tatapan aneh.Semua orang menunggu cemas kata pertama yang akan keluar dari mulut pemimpin mereka yang baru itu.Jordan menatap semua barisan karyawan itu dengan tatapan tidak suka.“Kerjalah yang benar. Selama aku di sini, yang tidak bisa bekerja sesuai standarku siap-siap dikeluarkan!”Begitulah kalimat pertama yang diucapkan Jordan pada semua orang d
Jordan ditemani Alex memilih sebuah mobil di show room. Alex yang diminta Zoe untuk mengawasi segala gerak-gerik Jordan sedikit was-was karena takut ketahuan kalau dia menjadi mata-mata Bu Zoe.Perangai Jordan yang gampang marah tentu saja membuat Alex harus berhati-hati dalam bekerja.“Alex, bagaimana menurutmu dengan mobil ini?” tanya Jordan meminta pendapatnya tentang jenis mobil yang dia pilih.“Ah itu bagus Bos, mobilnya sangat cocok dengan Bos yang futuristic,” jawab Alex.“Apa maksudmu. Kau mengejekku?” tanya Jordan dengan wajah yang tidak suka dengan jawaban Alex yang seperti itu.“Bukan begitu Bos!”“Aku justru tidak suka dengan model dan body mobilnya. Kenapa kau malah menyamakanku dengan mobil itu.” Jordan mendengkus kesal sambil berlalu di hadapan Alex untuk mencari jenis mobil yang lain.Alex menghela napas panjang karena sepertinya menghadapi orang seperti Jorda
“Cepat carikan aku sekretaris yang baru. Kalau bisa jangan wanita!” ucap Jordan pada Alex yang hendak meninggalkan ruangannya.Tapi Jordan langsung menatap Alex dengan tatapan menyelidik. Dia tersadar, kenapa dia tidak memilih Alex saja sebagai sekretarisnya yang baru. Dia bukan wanita, dan dia juga sudah mengetahui sedikit rahasianya.“Alex, kau saja yang menggantikan Starlie!” titah Jordan tiba-tiba.“APA BOS? SAYA MENJADI SEKRETARIS?” Alex terkejut dan tidak mengira jika Jordan menunjuknya langsung.“Kenapa, bukannya kau ingin menjadi karyawan tetap di sini?” tanya Jordan.“Itu benar. Tapi menjadi seorang sekretaris, aku tidak punya pengalaman di bidang itu Bos,” jawab Alex.“Itu pekerjaan yang mudah Alex. Bagaimana kau sedia kan?” tanya Jordan.Alex terlihat kebingungan mendengar tawaran Jordan. Dengan wajah meringis dia menatap wajah Jordan yang arogan sedang
Jordan tiba di depan gedung Van Boss. Dia turun dari mobil Alex. Dengan langkah percaya diri dia pun melangkah menuju ke dalam gedung itu. Terlihat barisan para karyawan yang siap menyambut kedatangannya.Jordan sudah memamerkan wajah tidak Sukanya dengan cara penyambutan mereka.“Selamat datang di Van Boss Jakarta Tuan Jo, saya Zoe wakil direktur!” seorang perempuan berusia seperti Ester menyambutnya dan menyalami Jo.Jo merasa tidak nyaman, dia segera melepas tangan Zoe. Dia tersenyum sinis dan kemudian menatap semua karyawan lainnya dengan tatapan aneh.Semua orang menunggu cemas kata pertama yang akan keluar dari mulut pemimpin mereka yang baru itu.Jordan menatap semua barisan karyawan itu dengan tatapan tidak suka.“Kerjalah yang benar. Selama aku di sini, yang tidak bisa bekerja sesuai standarku siap-siap dikeluarkan!”Begitulah kalimat pertama yang diucapkan Jordan pada semua orang d
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]“Aaarrgh!” teriak Alex frusta