Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.
Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.
Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.
“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.
[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]
“Aaarrgh!” teriak Alex frustasi.
“Gila juga Bos itu, baru sehari sudah minta wanita. Aku tidak bisa berharap nanti kantor akan seperti apa jika dipimpin oleh orang seperti itu?” gumam Alex penuh putus asa.
Alex kemudian mengemudikan mobilnya menuju sebuah tempat lokalisasi. Dia akan mencari wanita yang dibutuhkan Jordan di sana.
Alex merasa asing berada di tempat seperti ini. Tapi dia tidak punya pilihan selain datang kemari dan mencari wanita yang cocok untuk Jordan.
Baru saja dia turun dari mobilnya. Seorang gadis muda berusia belasan tahun menghampirinya dengan wajah yang ramah.
“Selamat sore Om, ada yang bisa saya bantu?” tanya gadis itu sambil tersenyum menggoda.
“Eh, eng---.”
Alex merasa ragu harus mengatakannya pada gadis muda itu.
“Siapa itu Sel?” terdengar suara perempuan lain yang datang.
“Pelanggan mungkin,” jawab gadis muda itu.
Begitu mendengar kata “pelanggan”, tidak hanya ada satu atau dua wanita yang keluar. Beberapa wanita muda dan berpakaian seksi langsung keluar dan menyapa Alex dengan genit.
“Hei Tampan, boleh sama aku saja. Aku kuat sampe ber jam-jam kok!” ucap seorang wanita membuat Alex langsung bergidik. Dia menatap wanita yang barusan bicara itu. Wanita itu bergaun merah seksi dengan wajah lumayan, tapi sepertinya usianya di atas tiga puluh tahunan.
“Sama aku saja, aku bisa sambil memijitmu!” ucap seorang wanita muda lagi.
Alex menjadi bingung memilih yang mana. Dia melirik semua gadis-gadis yang mengerubunginya. Di antara semua gadis penghibur itu, tidak ada yang cocok dengan Jordan. Mereka terlalu murahan dan tidak elegan.
‘Apa aku salah tempat mencari wanita untuknya. Kalau aku tetap membawa salah satu dari mereka. Dan ternyata Bos tidak suka, dia bisa saja tidak diangkat menjadi karyawan tetap di kantor,’ pikir Alex dalam hati.
“Bos, kita bisa main bertiga lho!” ucap seorang gadis sambil merangkul seorang gadis di sampingnya.
Alex semakin dibuat pusing. Dia menjadi bingung memilih. Dia memijit-mijit keningnya yang berkedut.
“Hei kalian sedang apa?” sebuah teriakan tiba-tiba datang dari dalam rumah bordir itu. Mendengar suara itu, semua gadis yang tadi mengerubungi Alex tiba-tiba bubar dan menjauh dari Alex.
Alex kemudian melihat seorang wanita keluar dengan tatapan kesal yang tertuju pada gadis-gadis tadi. Semua gadis-gadis itu kemudian mundur dan memberikan ruang pada wanita itu.
“Apa ini tamu kita?” tanya wanita itu menatap tajam ke arah Alex.
“Saya mencari wanita untuk bos saya. Bukan untuk saya,” jawab Alex memberitahu pada wanita itu. Dia tahu, kalau wanitalah penguasa di tempat ini. Dilihat dari semua gadis yang terlihat ketakutan dan hormat pada wanita itu.
“Jadi kau mencari wanita untuk bosmu?” tanya wanita itu dengan suara melunak.
“Iya Mbak, eh Bu.”
“Kalian dengar, pergilah. Dia bukan mencari wanita seperti kalian!” seru wanita itu.
“Baik Mom.”
Semua barisan wanita itu pun bubar dan meninggalkan tempat di sekitaran Alex. Wanita itu kemudian mengajak Alex untuk masuk ke dalam ruangannya.
Alex ragu tapi tangannya langsung ditarik wanita itu ke dalam ruangannya. Dan setelah masuk di dalam ruangan. Wanita itu kemudian mempersilakan Alex untuk duduk di atas sofa.
“Kamu mau minum apa?” tanya wanita itu ramah menawarkan minum.
“Tidak usah Mom, aku sudah minum tadi,” jawab Alex menolak.
“Apa kamu sedang terburu-buru?” tanya wanita itu sepertinya bisa membaca pikiran Alex.
“Iya, aku hanya punya waktu kurang dari setengah jam lagi,” jawab Alex.
“Bos mu itu suka wanita seperti apa. Biarkan Mommy carikan yang cocok!”
“Aku juga tidak tahu, aku baru bertemu dengannya hari ini. Dia baru saja dari Amerika, dan aku langsung diberi tugas untuk mencari wanita untuk menemaninya tidur,” jawab Alex dengan jujur.“Oh jadi dia dari Amerika. Usia bos mu berapa tahun. Apa dia sudah menikah?”
“Usianya mungkin belum kurang lebih tiga puluhan. Sepertinya dia belum menikah.”“Oh masih muda juga ya. Kenapa dia mencari wanita penghibur. Padahal dia bisa saja mencari pacar dengan usianya yang masih muda.”
“Aku juga tidak tahu. Mungkin pacarnya ada di Amerika. Dan dia mungkin butuh wanita lokal.”
“Kalau begitu, tidak ada gadis di sini yang cocok untuknya.”
Alex mengangguk tanda mengerti.
“Tapi, aku punya gadis yang cocok dan dia hanya seorang gadis yang biasa menemani kalau dia sedang butuh uang, dia seorang mahasiswa,” jawab wanita itu.
“Siapa dia, apa bisa dikontek?”
“Apa kau sebutuh itu, sampai belum tahu siapa orangnya?” tanya wanita itu sambil tertawa.
Alex tidak peduli, kalau gadis itu seorang mahasiswa. Setidaknya tidak seperti gadis-gadis yang tadi.
“Sebentar aku telepon dulu orangnya!” Wanita itu kemudian menelepon seseorang.
Alex menunggunya dengan sabar. Semoga saja gadis itu ada waktu dan mau.
“Baiklah!” wanita itu kemudian menutup teleponnya.
“Dia bersedia, kau bisa langsung menjemputnya di rumah sewanya. Aku akan berikan alamatnya.”
“Terimakasih Mom. Ngomong-ngomong siapa namanya. Apa dia punya nomor ponsel yang bisa dihubungi?” tanya Alex.
“Namanya rahasia. Dan dia tidak mau nomornya diberikan pada pelanggan. Jadi, Kau langsung saja ke rumahnya. Dia akan langsung menghampirimu begitu kau sampai ke sana!” jawab wanita itu.
“Terimakasih.”
Wanita itu kemudian menuliskan sebuah alamat dalam selembar nota kecil. Lalu dia serahkan pada Alex. Dan wanita itu mengedipkan matanya memberik kode.
“Ah, iya-iya. Aku tahu.” Alex kemudian merogoh dompetnya. Dan mengeluarkan lima lembar uang pecahan seratus ribu rupiah pada wanita itu.
“Terima kasih Tuan.”
“Oke, tapi benar kan alamat ini. Mommy tidak tipu-tipu kan?”
“Kalau kau tidak menemukannya. Kau bisa kembali dan ambil uangmu!” jawab wanita itu.
“Baik.”
Alex kemudian segera meninggalkan tempat itu. Waktunya sudah tidak ada lagi. Dia harus segera menjemput wanita itu. Kalau tidak Bos Jordan pasti akan memarahinya.
Jarak rumah sewa gadis itu untungnya tidak terlalu jauh. Hanya butuh sepuluh menit dari tempat itu. Dan akhirnya Alex sampai di depan rumah dengan gerbang besi yang tinggi. Alex kemudian keluar dari mobilnya. Menunggu wanita pesananya muncul dari rumah itu.
Terdengar suara pintu gerbang yang digeser dari dalam. Alex siap-siap untuk menjemputnya. Dia menunggu gadis itu keluar dari rumahnya.
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
Jordan tiba di depan gedung Van Boss. Dia turun dari mobil Alex. Dengan langkah percaya diri dia pun melangkah menuju ke dalam gedung itu. Terlihat barisan para karyawan yang siap menyambut kedatangannya.Jordan sudah memamerkan wajah tidak Sukanya dengan cara penyambutan mereka.“Selamat datang di Van Boss Jakarta Tuan Jo, saya Zoe wakil direktur!” seorang perempuan berusia seperti Ester menyambutnya dan menyalami Jo.Jo merasa tidak nyaman, dia segera melepas tangan Zoe. Dia tersenyum sinis dan kemudian menatap semua karyawan lainnya dengan tatapan aneh.Semua orang menunggu cemas kata pertama yang akan keluar dari mulut pemimpin mereka yang baru itu.Jordan menatap semua barisan karyawan itu dengan tatapan tidak suka.“Kerjalah yang benar. Selama aku di sini, yang tidak bisa bekerja sesuai standarku siap-siap dikeluarkan!”Begitulah kalimat pertama yang diucapkan Jordan pada semua orang d
“Cepat carikan aku sekretaris yang baru. Kalau bisa jangan wanita!” ucap Jordan pada Alex yang hendak meninggalkan ruangannya.Tapi Jordan langsung menatap Alex dengan tatapan menyelidik. Dia tersadar, kenapa dia tidak memilih Alex saja sebagai sekretarisnya yang baru. Dia bukan wanita, dan dia juga sudah mengetahui sedikit rahasianya.“Alex, kau saja yang menggantikan Starlie!” titah Jordan tiba-tiba.“APA BOS? SAYA MENJADI SEKRETARIS?” Alex terkejut dan tidak mengira jika Jordan menunjuknya langsung.“Kenapa, bukannya kau ingin menjadi karyawan tetap di sini?” tanya Jordan.“Itu benar. Tapi menjadi seorang sekretaris, aku tidak punya pengalaman di bidang itu Bos,” jawab Alex.“Itu pekerjaan yang mudah Alex. Bagaimana kau sedia kan?” tanya Jordan.Alex terlihat kebingungan mendengar tawaran Jordan. Dengan wajah meringis dia menatap wajah Jordan yang arogan sedang
Jordan ditemani Alex memilih sebuah mobil di show room. Alex yang diminta Zoe untuk mengawasi segala gerak-gerik Jordan sedikit was-was karena takut ketahuan kalau dia menjadi mata-mata Bu Zoe.Perangai Jordan yang gampang marah tentu saja membuat Alex harus berhati-hati dalam bekerja.“Alex, bagaimana menurutmu dengan mobil ini?” tanya Jordan meminta pendapatnya tentang jenis mobil yang dia pilih.“Ah itu bagus Bos, mobilnya sangat cocok dengan Bos yang futuristic,” jawab Alex.“Apa maksudmu. Kau mengejekku?” tanya Jordan dengan wajah yang tidak suka dengan jawaban Alex yang seperti itu.“Bukan begitu Bos!”“Aku justru tidak suka dengan model dan body mobilnya. Kenapa kau malah menyamakanku dengan mobil itu.” Jordan mendengkus kesal sambil berlalu di hadapan Alex untuk mencari jenis mobil yang lain.Alex menghela napas panjang karena sepertinya menghadapi orang seperti Jorda
Jordan ditemani Alex memilih sebuah mobil di show room. Alex yang diminta Zoe untuk mengawasi segala gerak-gerik Jordan sedikit was-was karena takut ketahuan kalau dia menjadi mata-mata Bu Zoe.Perangai Jordan yang gampang marah tentu saja membuat Alex harus berhati-hati dalam bekerja.“Alex, bagaimana menurutmu dengan mobil ini?” tanya Jordan meminta pendapatnya tentang jenis mobil yang dia pilih.“Ah itu bagus Bos, mobilnya sangat cocok dengan Bos yang futuristic,” jawab Alex.“Apa maksudmu. Kau mengejekku?” tanya Jordan dengan wajah yang tidak suka dengan jawaban Alex yang seperti itu.“Bukan begitu Bos!”“Aku justru tidak suka dengan model dan body mobilnya. Kenapa kau malah menyamakanku dengan mobil itu.” Jordan mendengkus kesal sambil berlalu di hadapan Alex untuk mencari jenis mobil yang lain.Alex menghela napas panjang karena sepertinya menghadapi orang seperti Jorda
“Cepat carikan aku sekretaris yang baru. Kalau bisa jangan wanita!” ucap Jordan pada Alex yang hendak meninggalkan ruangannya.Tapi Jordan langsung menatap Alex dengan tatapan menyelidik. Dia tersadar, kenapa dia tidak memilih Alex saja sebagai sekretarisnya yang baru. Dia bukan wanita, dan dia juga sudah mengetahui sedikit rahasianya.“Alex, kau saja yang menggantikan Starlie!” titah Jordan tiba-tiba.“APA BOS? SAYA MENJADI SEKRETARIS?” Alex terkejut dan tidak mengira jika Jordan menunjuknya langsung.“Kenapa, bukannya kau ingin menjadi karyawan tetap di sini?” tanya Jordan.“Itu benar. Tapi menjadi seorang sekretaris, aku tidak punya pengalaman di bidang itu Bos,” jawab Alex.“Itu pekerjaan yang mudah Alex. Bagaimana kau sedia kan?” tanya Jordan.Alex terlihat kebingungan mendengar tawaran Jordan. Dengan wajah meringis dia menatap wajah Jordan yang arogan sedang
Jordan tiba di depan gedung Van Boss. Dia turun dari mobil Alex. Dengan langkah percaya diri dia pun melangkah menuju ke dalam gedung itu. Terlihat barisan para karyawan yang siap menyambut kedatangannya.Jordan sudah memamerkan wajah tidak Sukanya dengan cara penyambutan mereka.“Selamat datang di Van Boss Jakarta Tuan Jo, saya Zoe wakil direktur!” seorang perempuan berusia seperti Ester menyambutnya dan menyalami Jo.Jo merasa tidak nyaman, dia segera melepas tangan Zoe. Dia tersenyum sinis dan kemudian menatap semua karyawan lainnya dengan tatapan aneh.Semua orang menunggu cemas kata pertama yang akan keluar dari mulut pemimpin mereka yang baru itu.Jordan menatap semua barisan karyawan itu dengan tatapan tidak suka.“Kerjalah yang benar. Selama aku di sini, yang tidak bisa bekerja sesuai standarku siap-siap dikeluarkan!”Begitulah kalimat pertama yang diucapkan Jordan pada semua orang d
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]“Aaarrgh!” teriak Alex frusta