Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.
Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.
Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.
“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.
‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’
Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.
Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.
Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia akan pergi keluar sebentar. Mungkin kalau dengan berjalan-jalan dia bisa sedikit melupakan rasa laparnya. Dan siapa tahu juga ada penjual cemilan yang bisa untuk mengganjal perutnya.
Meikha kemudian keluar kamar dan berjalan melewati beberapa kamar sebelum dia turun tangga. Samar-samar dia mendengar tetangga kamarnya sedang berbicara di telepon.
“Mommy, maaf aku tidak bisa. Tiba-tiba saja ada pelanggan lain yang menelepon. Dan aku tidak bisa menolak. Jadi batalkan saja!”
Telinga Meikha mendengar dengan jelas ucapan Karina, tetangga kamarnya. Dia adalah mahasiswi cantik yang sering terlihat diantar pulang oleh laki-laki yang beda-beda. Meikha bisa menebak kalau Karina itu selain mahasiswa, dia juga seorang gadis penghibur.
“Apa dia sudah ke sini. Aduh Mom, aku enggak mau nemuin. Terserah Mommy mau bilang apa. Ya sudah tidak apa-apa jika dia harus mengambil lagi uang yang sudah dikasih ke Mommy!”
Meikha hanya tersenyum sinis mendengar percakapan Karina dengan induk semangnya itu. Meikha kemudian tak sengaja dari lantai dua bisa melihat sebuah mobil yang terparkir di depan rumah sewanya.
Meikha kemudian tak begitu memedulikan percakapan Karina di telepon. Dia terus turun ke bawah sambil memakai jaket sweaternya.
Meikha kemudian keluar dan menggeser pintu gerbang besi itu. Dan begitu dia keluar, seorang laki-laki datang mencegatnya.
“Apa kamu anak buah Mommy?” tanya laki-laki itu.
“Mommy?” Kening Meikha langsung mengerut mendengar kata”mommy.” Apa laki-laki itu mengira dirinya Karina. Meikha tadi sempat mendengar Karina menyebut kata mommy juga.
Perut Meikha kembali lagi berbunyi. Dia merasa sangat lapar. Jiwa penipu Meikha meronta-ronta. Mungkinkah dia harus menipu laki-laki ini demi bisa makan malam hari ini.
“Iya,” jawab Meikha cepat. Dia sudah kepalang basah menjawab iya.
“Kalau begitu cepat masuk ke dalam mobil,” jawab laki-laki yang rupanya Alex.
Meikha ragu, kenapa dia bisa menjawab dengan cepat. Apa dia tidak bisa berpikir jernih. Bagaimana bisa dia jatuh ke pelukan pria hanya demi makan.
“Cepatlah, kita tidak punya waktu lagi. Nanti bos ku bisa marah!” seru Alex.
Meikha kemudian masuk ke dalam mobil. Urusan itu bisa dipikirkan. Tapi dia harus bisa memanfaatkannya untuk bisa makan.
“Tapi aku lapar, boleh kita makan dulu?” ucap Meikha.
“Kita tidak punya waktu Nona, kau bisa makan jika sudah berada di apartemennya!”
“Maksudmu?”
“Bosku sudah menunggumu di apartemen. Aku akan mengantarkanmu ke sana.”
Meikha mendesis memikirkan bagaimana caranya dia bisa makan tanpa harus pergi menemui bos nya yang hidung belang itu.
“Kau kan bisa memesannya makanan dari dalam mobil. Perutku belum makan. Bagaimana bisa aku menemui bos mu dalam keadaan lapar?”
“Oke, oke. Kita pesan dengan drive thru.”
‘Yes.’
Meikha bersorak dalam hati. Dan ketika mobil mereka melintas di salah satu gerai makanan cepat saji, Alex kemudian membeli apa yang dipesan oleh Meikha.
“Apa kau harus makan semua itu di dalam mobil?” tanya Alex melihat Meikha dengan lahap memakan hamburger, ayam goreng dan juga kentang goreng.
“Kan sudah aku bilang. Kalau aku itu lapar,” jawab Meikha.
Alex hanya mendengus kesal karena melihat Meikha mengotori mobilnya dengan makan di dalam mobil.
Alex kemudian mendapat notif pesan masuk lagi ke ponselnya.
[Apa kau sudah mendapatkannya. Ini sudah mau hampir satu jam?]
Alex kemudian membalas pesan Jordan dengan voice note.
“Kami sedang di jalan. Sebentar lagi sampai di apartemen!”
Meikha yang mendengar itu tibat-tiba tercekat. Perut dia memang sudah agak kenyang, tapi sekarang masalahnya berubah bukan lapar lagi, melainkan darurat.
‘Bagaimana ini, aku tidak mau menemui pria hidung belang. Aku tidak mau menjual tubuhku hanya demi sepotong hamburger dan sekantong kentang goreng,’ gumam Meikha panik.
Dia kemudian menyeruput habis minuman sodanya tak bersisa. Sekarang dia harus memikirkan caranya supaya bisa kabur dari orang ini.
Meikha kemudian melihat kalau mereka saat ini sedang berada di gedung parkir apartemen. Alex kemudian memberhentikan mobilnya.
“Kau bisa pergi menemui bosku tanpa di antar kan?” tanya Alex.
Meikha heran, tapi sekaligus senang. Dia bisa mempunyai kesempatan untuk kabur.
“Turunlah, kamar bosku ada di lantai 10, nomor kamarnya 1016.”
“Oke, aku akan pergi sendiri,” jawab Meikha bersorak dalam hati. Dia tidak akan tahu kalau dia akan kabur dan tidak akan menemui laki-laki yang dia panggil bos itu.
Meikha kemudian turun dari mobil, dan berpura-pura untuk berjalan menuju ke dalam apartemen. Tapi dia tidak tahu harus melangkah ke mana. Dia kebingungan mencari arah.
Alex kemudian turun dari mobilnya. Sebuah kesalahan besar kalau sampai gadis itu terlambat karena tidak tahu jalan. Nanti dia yang kena marah Jordan.
“Lewat sini, aku antar sampai depan kamarnya!” sahut Alex melambaikan tangannya ke arah Meikha.
‘Gawat, kenapa dia pakai mau anterin segala,’ umpat Meikha dalam hati.
Alex kemudian segera menarik tangan Meikha yang terlihat akan kabur itu. Dia segera mengantarkan Meikha menuju sebuah pintu yang mengarah ke pintu lift.
Alex tidak ingin mendapat masalah, jika nanti gadis itu malah tersesat dan terlambat ke kamar Jordan. Sedangkan Meikha, dia terlihat tegang karena merasa nasibnya diujung tanduk.
Apa dia akan berakhir di kamar laki-laki hidung belang itu. Meikha harus mencari cara agar dia bisa keluar dan kabur dari laki-laki itu.
‘Ya Tuhan, demi apa aku bisa sampai seperti ini. Apa harus dia menjadi wanita penghibur agar bisa melanjutkan hidupnya?’ perang batin Meikha terus berkecamuk di dalam hatinya.
Tibalah lift mereka di lantai 10. Alex kemudian menyuruh Meikha agar cepat berjalan.
“Tu-tunggu dulu Tuan!” ucap Meikha memberanikan diri.
“Sebenarnya aku bukan Karina,” ucap Meikha.
“Siapa maksudmu Karina?” tanya Alex.
“Karina itu yang anak buah Mommy,” jawab Meikha.
“Apa maksudmu. Tadi kau bilang kau adalah anak buah Mommy?” tanya Alex dengan wajah heran.
“Aku sudah bohong!” ucap Meikha.
Alex kaget dengan pengakuan Meikha. Dia merasa bingung campur panik. Kenapa gadis itu malah berbohong di saat waktu yang tidak tepat.
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
Jordan tiba di depan gedung Van Boss. Dia turun dari mobil Alex. Dengan langkah percaya diri dia pun melangkah menuju ke dalam gedung itu. Terlihat barisan para karyawan yang siap menyambut kedatangannya.Jordan sudah memamerkan wajah tidak Sukanya dengan cara penyambutan mereka.“Selamat datang di Van Boss Jakarta Tuan Jo, saya Zoe wakil direktur!” seorang perempuan berusia seperti Ester menyambutnya dan menyalami Jo.Jo merasa tidak nyaman, dia segera melepas tangan Zoe. Dia tersenyum sinis dan kemudian menatap semua karyawan lainnya dengan tatapan aneh.Semua orang menunggu cemas kata pertama yang akan keluar dari mulut pemimpin mereka yang baru itu.Jordan menatap semua barisan karyawan itu dengan tatapan tidak suka.“Kerjalah yang benar. Selama aku di sini, yang tidak bisa bekerja sesuai standarku siap-siap dikeluarkan!”Begitulah kalimat pertama yang diucapkan Jordan pada semua orang d
“Cepat carikan aku sekretaris yang baru. Kalau bisa jangan wanita!” ucap Jordan pada Alex yang hendak meninggalkan ruangannya.Tapi Jordan langsung menatap Alex dengan tatapan menyelidik. Dia tersadar, kenapa dia tidak memilih Alex saja sebagai sekretarisnya yang baru. Dia bukan wanita, dan dia juga sudah mengetahui sedikit rahasianya.“Alex, kau saja yang menggantikan Starlie!” titah Jordan tiba-tiba.“APA BOS? SAYA MENJADI SEKRETARIS?” Alex terkejut dan tidak mengira jika Jordan menunjuknya langsung.“Kenapa, bukannya kau ingin menjadi karyawan tetap di sini?” tanya Jordan.“Itu benar. Tapi menjadi seorang sekretaris, aku tidak punya pengalaman di bidang itu Bos,” jawab Alex.“Itu pekerjaan yang mudah Alex. Bagaimana kau sedia kan?” tanya Jordan.Alex terlihat kebingungan mendengar tawaran Jordan. Dengan wajah meringis dia menatap wajah Jordan yang arogan sedang
Jordan ditemani Alex memilih sebuah mobil di show room. Alex yang diminta Zoe untuk mengawasi segala gerak-gerik Jordan sedikit was-was karena takut ketahuan kalau dia menjadi mata-mata Bu Zoe.Perangai Jordan yang gampang marah tentu saja membuat Alex harus berhati-hati dalam bekerja.“Alex, bagaimana menurutmu dengan mobil ini?” tanya Jordan meminta pendapatnya tentang jenis mobil yang dia pilih.“Ah itu bagus Bos, mobilnya sangat cocok dengan Bos yang futuristic,” jawab Alex.“Apa maksudmu. Kau mengejekku?” tanya Jordan dengan wajah yang tidak suka dengan jawaban Alex yang seperti itu.“Bukan begitu Bos!”“Aku justru tidak suka dengan model dan body mobilnya. Kenapa kau malah menyamakanku dengan mobil itu.” Jordan mendengkus kesal sambil berlalu di hadapan Alex untuk mencari jenis mobil yang lain.Alex menghela napas panjang karena sepertinya menghadapi orang seperti Jorda
“Apa kau tidak bisa bekerja dengan benar!” teriak seorang laki-laki berwajah arogan melemparkan dokumen ke depan seorang perempuan muda yang berdiri di depannya.“Maaf Boss. Kita tidak bisa menghubungi orang itu. Jadi kami menggantinya dengan orang lain,” jawab perempuan itu dengan suara yang gemetaran. Jelas kalau dia sedang ketakutan.“Kau pikir ini layak untuk diterbitkan?” bentak laki-laki yang dipanggil bos itu.“Akan aku ganti lagi Boss. Kita akan coba menemukan lagi orangnya,” jawab perempuan itu mengambil serakan kertas yang dilempar bosnya.“Kalau dua hari ini tidak berhasil menemukannya. Siap-siap mengundurkan diri dari perusahaan ini!” ucap laki-laki itu sambil menunjukkan telunjuknya ke arah pintu. Agar anak buahnya itu segera keluar dari ruangannya.Perempuan itu dengan wajah yang merah meninggalkan ruangan bosnya. Dia mencengkram kertas dengan kuat sebagai gantinya dia ingin mencengkram kerah baju bos sialan itu.Setelah dia pergi, laki-laki itu kemudian mengendorkan dasi
Jordan ditemani Alex memilih sebuah mobil di show room. Alex yang diminta Zoe untuk mengawasi segala gerak-gerik Jordan sedikit was-was karena takut ketahuan kalau dia menjadi mata-mata Bu Zoe.Perangai Jordan yang gampang marah tentu saja membuat Alex harus berhati-hati dalam bekerja.“Alex, bagaimana menurutmu dengan mobil ini?” tanya Jordan meminta pendapatnya tentang jenis mobil yang dia pilih.“Ah itu bagus Bos, mobilnya sangat cocok dengan Bos yang futuristic,” jawab Alex.“Apa maksudmu. Kau mengejekku?” tanya Jordan dengan wajah yang tidak suka dengan jawaban Alex yang seperti itu.“Bukan begitu Bos!”“Aku justru tidak suka dengan model dan body mobilnya. Kenapa kau malah menyamakanku dengan mobil itu.” Jordan mendengkus kesal sambil berlalu di hadapan Alex untuk mencari jenis mobil yang lain.Alex menghela napas panjang karena sepertinya menghadapi orang seperti Jorda
“Cepat carikan aku sekretaris yang baru. Kalau bisa jangan wanita!” ucap Jordan pada Alex yang hendak meninggalkan ruangannya.Tapi Jordan langsung menatap Alex dengan tatapan menyelidik. Dia tersadar, kenapa dia tidak memilih Alex saja sebagai sekretarisnya yang baru. Dia bukan wanita, dan dia juga sudah mengetahui sedikit rahasianya.“Alex, kau saja yang menggantikan Starlie!” titah Jordan tiba-tiba.“APA BOS? SAYA MENJADI SEKRETARIS?” Alex terkejut dan tidak mengira jika Jordan menunjuknya langsung.“Kenapa, bukannya kau ingin menjadi karyawan tetap di sini?” tanya Jordan.“Itu benar. Tapi menjadi seorang sekretaris, aku tidak punya pengalaman di bidang itu Bos,” jawab Alex.“Itu pekerjaan yang mudah Alex. Bagaimana kau sedia kan?” tanya Jordan.Alex terlihat kebingungan mendengar tawaran Jordan. Dengan wajah meringis dia menatap wajah Jordan yang arogan sedang
Jordan tiba di depan gedung Van Boss. Dia turun dari mobil Alex. Dengan langkah percaya diri dia pun melangkah menuju ke dalam gedung itu. Terlihat barisan para karyawan yang siap menyambut kedatangannya.Jordan sudah memamerkan wajah tidak Sukanya dengan cara penyambutan mereka.“Selamat datang di Van Boss Jakarta Tuan Jo, saya Zoe wakil direktur!” seorang perempuan berusia seperti Ester menyambutnya dan menyalami Jo.Jo merasa tidak nyaman, dia segera melepas tangan Zoe. Dia tersenyum sinis dan kemudian menatap semua karyawan lainnya dengan tatapan aneh.Semua orang menunggu cemas kata pertama yang akan keluar dari mulut pemimpin mereka yang baru itu.Jordan menatap semua barisan karyawan itu dengan tatapan tidak suka.“Kerjalah yang benar. Selama aku di sini, yang tidak bisa bekerja sesuai standarku siap-siap dikeluarkan!”Begitulah kalimat pertama yang diucapkan Jordan pada semua orang d
Jordan masih berada di depan gerbang rumah sewa milik Meikha. Sebenarnya dia masih ingin berbicara dengan Meikha.Karena dia terlihat mencurigakan di depan gerbang rumah sewa yang khusus untuk para gadis. Seorang laki-laki datang menghampirinya.“Maaf, ada perlu apa ya, malam-malam mondar-mandir di depan rumah orang?”“O maaf Pak, akum au bertemu dengan pacarku. Tapi aku tidak boleh masuk,” jawab Jordan.“Rumah itu memang tidak boleh ada laki-laki yang masuk!” jawab orang itu.“Iya Pak, saya tahu.”“Kalau begitu, silakan pergi dari sini. Daripada kamu dicurigai sebagai pencuri!”“Pen-pencuri?” Jordan marah.Tiba-tiba ponsel Jordan berbunyi. Dan dia melihat di layar ponselnya kalau itu nomor kontak Meikha yang meneleponnya.“Halo!”“Tuan, lebih baik Anda pulang dan jangan memancing keributan di sini, aku tidak enak denga
“Apa kau dari tadi mendengarkan percakapanku?” tanya Jordan.“Kamu pikir aku tidak bisa Bahasa asing, wanita semacam aku ini apa tidak terlihat kalau bisa Bahasa asing bagimu?” tanya Meikha tersinggung.“Baguslah, kalau kamu mengerti. Jadi kau bisa paham dengan keadaanku saat ini?” tanya Jordan sambil menatap tajam ke arah Meikha.“Aku masih belum paham Tuan?” Meikha tidak tahan dengan tatapan intimidasi dari Jordan. Dia menghindari tatapan Jordan dengan menatap ke arah lain.“Siapa namamu?”“Meikha.”“Kamu pasti lahir di bulan Mei?”“Bukan.”“Lalu kau lahir bulan apa?”“Tidak tahu.”“Kenapa tidak tahu. Sangat aneh jika tidak tahu tanggal lahir sendiri?”“Aku tidak punya tanggal lahir. Karena aku besar di panti asuhan.”“Apa. Jadi kau anak yatim piatu?&
Jordan sekali lagi menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Biasanya dia akan sembuh dan semua ruam dan bintik-bintik merahnya kalau dia sudah tertidur dengan seorang wanita di sampingnya.Tapi kali ini berbeda, Jordan tidak bisa menemukan jawabannya. Apakah karena cuaca di New York dan di Jakarta berbeda, maka dengan itu gejalanya cepat hilang. Atau memang karena gadis itu.Meikha yang merasa diperhatikan lagi merasa risih karena Jordan masih menatapnya seperti itu. Seolah-olah tatapan Jordan sedang menelanjanginya.“Apa yang sedang Tuan lakukan?” tanya Meikha gugup.“Aneh, aku juga tidak tahu,” jawab Jordan.“Aneh kenapa Tuan, apa wajah saya seaneh itu?” tanya Meikha. Meski sebenarnya dia merasa kalau Jordan kurang merasa puas karena gadis yang dibawa Alex tidak sesuai dengan seleranya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia memang
“Aku tadinya Cuma iseng aja, karena aku memang hanya mau numpang mobil kamu saja,” jawab Meikha dengan wajah yang memelas. Tentu saja dia tidak mau menyerahkan kegadisannya hanya demi sebuah makan malam.“Lalu, tadi kenapa minta dibelikan makan juga?” tanya Alex marah.“Maaf, aku memang sedang kelaparan, jadi aku terpaksa melakukan itu,” jawab Meikha.“Tapi, kenapa kamu malah membuatnya berantakan. Ini sudah kepalang, kau masuk saja, nanti bos ku itu akan memberimu banyak uang.”“Aku tidak mau, aku mohon. Selamatkan aku!” ucap Meikha sambil menangkupkan kedua tangannya dengan sorot mata memohon pada Alex.“Aku tidak bisa, karena aku sendiri pasti yang kena marah bosku kalau aku gagal membawakan wanita. Percayalah aku ini Cuma karyawan magang yang kebetulan kena apes karena bosku itu baru datang dari Amerika,” ucap Alex juga memohon pada Meikha. Dia juga tidak ada pilihan lain.
Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia ak
Alex jadi bingung. Bagaimana caranya dia mencari wanita untuk dijadikan teman tidur bosnya itu. Untuk urusan seperti itu dia bukan pakarnya. Dan kalaupun dia harus mencarinya, kemana dia harus mencarinya.Dan tidak mudah mencari wanita penghibur yang sekelas Jordan. Menemukannya tidak mudah karena dia tidak punya teman maupun orang yang biasa menyediakan wanita seperti itu.Alex kemudian meninggalkan gedung apartemen Jordan dan dia akan memikirkannya di jalan. Alex hanya karyawan magang di Van Boss Jakarta, haruskah dia mencarikan wanita untuk bosnya.“Kenapa harus aku yang mencari gadis penghibur, jangankan gadis macam itu, aku mencari seoarang pacar saja belum bisa,” keluh Alex sambil mengendarai mobilnya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Alex kemudian membuka pesannya sambil membagi konsentrasinya dengan setir mobilnya.[Dalam waktu satu jam, wanita itu harus segera sampai di kamarku!]“Aaarrgh!” teriak Alex frusta