“Kau yakin dia tidak ada di dalam?” tanya seorang wanita muda berambut hitam bergelombang di depan sebuah pintu unit apartemen.
Raut wajahnya memancarkan kekhawatiran yang mendalam. Ia ragu untuk membuka pintu itu, takut menemukan sesuatu yang tidak ingin ia bayangkan.
“Aku sudah menghubunginya selama beberapa kali dalam dua minggu terakhir. Tapi tidak pernah ada jawaban,” terang seorang wanita paruh baya di hadapannya.
Bethany, wanita muda tadi—akhirnya memberanikan diri memencet kode password unit apartemen itu. “Semoga saja kodenya masih sama,” ucapnya lirih.
Setelah pintu terbuka, dia memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan sambil diikuti Marion—wanita pengurus gedung apartemen itu.
Ruangan sangat gelap, mereka hampir tidak dapat melihat apapun. Marion mengerti kebingungan yang Bethany tunjukkan, ia menyalakan lampu apartemen bertipe studio tersebut.
Bethany dan Marion sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Sebuah ruangan yang sangat berantakan dan cukup berdebu.
Terdapat banyak sekali foto berserakan di lantai. Bethany mengambil beberapa foto, melihat siapa yang ada dalam foto-foto tersebut.
Foto-foto itu adalah Bella, sang pemilik unit apartemen sekaligus saudari kembar Bethany yang dikabarkan telah menghilang selama sebulan.
“Kita harus melaporkannya ke polisi,” ucap Marion sambil merogoh ponsel yang ada di sakunya.
“Jangan! Biarkan aku memeriksa ruangan ini. Bisakah kau meninggalkanku sendiri dulu sementara waktu?” tanya Bethany sambil mengumpulkan foto-foto yang berserakan di lantai.
“Kau yakin?” tanya Marion.
“Ya. Tinggalkan aku sendiri.” Bethany mempertegas ucapannya.
Ia mempercayai Bethany untuk memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Bagaimanapun, Bethany adalah satu-satunya keluarga Bella yang tinggal di kota New York.
Marion segera meninggalkannya sendiri di dalam ruangan apartemen itu. Setelah memastikan Marion sudah keluar, Bethany memandang beberapa foto yang sudah ia kumpulkan tadi.
Satu-satunya alasan ia tidak segera memanggil polisi adalah ... di beberapa foto itu terdapat simbol SOS yang sering mereka gunakan saat masih kecil. Simbol SOS berupa bentuk lingkaran yang dicoret anak panah.
Simbol itu mereka gunakan ketika mereka ingin menyembunyikan sesuatu dari orang tua mereka, atau ketika mereka meminta pertolongan agar tidak diketahui orang tua mereka. Meskipun mereka akhirnya selalu ketahuan jika menyembunyikan sesuatu oleh sang ibu.
Bethany panik dan berkeliling ruangan, memastikan ia tidak melewatkan sesuatu, membuka seluruh laci di ruangan itu. Tapi tidak menemukan apapun.
Ia memeriksa kolong tempat tidur, melihat secarik kertas yang dilipat tengah. Ia mengambilnya dan segera melihat isinya.
Dear Bethany,
Jika kau menemukan surat ini, artinya kau sudah mengetahui kabar bahwa aku telah menghilang. Maafkan aku, aku tidak sekuat yang kau kira.
Kembaranmu, Bella
“Oh, please! Tidak.. kau tidak boleh seperti ini Bella.” Ia berkeliling untuk mencari petunjuk lain. Ia melihat ada sebuah lukisan besar yang mencurigakan.
Ia mengangkat lukisan berat itu dengan susah payah. Terdapat foto-foto Bella yang sedang berganti pakaian dan hanya mengenakan bra dengan pakaian kerjanya.
Dia juga melihat sebuah foto pergelangan tangan berlumuran darah yang tersayat benda tajam. Di bawahnya, terdapat foto beberapa orang tanpa nama dan keterangan.
“No ... No! Kau tidak boleh melakukannya, Bell!” Bethany terduduk lemas melihat foto-foto itu. Ia mulai menangis membayangkan apa yang telah terjadi pada kembarannya.
Ia mencari sesuatu yang bisa menghubungkan seluruh petunjuk.
“Ya, pakaian kerja!” Bethany menduga kejadian tersebut terjadi di kantor tempat Bella bekerja. Bethany mencoba mengakses laptop yang ada di atas meja.
Ia mengetik nama Magesty-nama perusahaan tempat Bella bekerja. Dia menemukan sebuah link website.
Begitu ia membuka link tersebut, ternyata berisi undangan sebuah pesta peresmian produk baru Magesty. Bethany kemudian terpikir bahwa ia harus mencari tahu tentang semua ini.
Ia berniat untuk menghadiri pesta tersebut dan melihat dengan kepala matanya sendiri orang-orang yang fotonya dipajang Bella di balik lukisan. Ia sempat berpikir seluruh karyawan akan terkejut jika Bella tiba-tiba muncul.
Ia kembali melihat detail acara di undangan tersebut. Ia membaca dresscode yang harus dikenakan di acara tersebut.
Kostum halloween dan topeng. Ia sedikit lega membaca hal itu, ini kesempatan baginya. Tidak memakai topeng saja mereka sulit dibedakan, apalagi jika memakai topeng.
Ia tidak bermaksud untuk menyamar sebagai Bella, dia hanya ingin mencari petunjuk hilangnya Bella dengan datang ke pesta itu.
Ia segera menyusun rencana agar berhasil. Namun, sebelum ia memulai penyamarannya, ada satu hal yang perlu dia lakukan. Berhenti dari tempat ia berkerja sekarang.
***
Keesokan harinya, Bethany menuju sebuah salon di pinggir kota New York tepat ketika salon tersebut sedang ramai oleh pelanggan. Beberapa di antaranya adalah pelanggan setia. Ia tidak peduli.
Ia hanya terus melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan yang berada paling ujung lorong tempat tersebut. Ia membuka pintu dan tampak seorang wanita gemuk berpakaian motif leopard sedang mengangkat kakinya ke atas meja sambil mengerik kuku jari tangannya.
“Seperti biasa Miss Bethany, kau selalu terlambat,” ujar wanita tersebut setelah melihat siapa yang membuka pintu ruang kerjanya.
“Tidak. Ini tidak seperti biasanya. Biasanya aku datang telat karena kau selalu menyuruhku untuk berbelanja di minimarket dan membelikanmu beberapa sampah untuk kau makan,” jawab Bethany dengan senyum licik di wajahnya.
“Apa kau mabuk? Beraninya kau ....” Belum sempat wanita tersebut menghardik Bethany, ia sudah disuguhkan secarik kertas di atas meja.
“Aku berhenti,” ucap Bethany sambil membuka kacamata hitam yang sedari tadi masih ia kenakan.
“APA KAU SUDAH GILA?!” wanita tersebut bangkit dari kursinya dan dengan sangat geram memukul meja di hadapannya.
Bethany tidak peduli dengan omelan mantan atasannya tersebut dan segera ke luar ruangan. Wanita gemuk tadi hanya memanfaatkannya selama ini.
Selain mengerjakan pekerjaan kecantikan di tempatnya bekerja, Bethany lebih sering dijadikan pesuruh oleh wanita dengan fashion norak tadi tanpa imbalan yang setimpal. Sekarang, yang ada dipikirannya saat ini hanya mencari tahu apa yang telah terjadi dengan Bella.
***
Setelah menyelesaikan urusannya, Bethany kembali ke apartemen Bella. Ia sudah membawa beberapa barang dan memutuskan untuk tinggal di sana untuk sementara waktu hingga ia bisa menemukan Bella.
Ia mencari pakaian di lemari Bella berharap menemukan pakaian yang cocok untuk pergi ke pesta Halloween yang diadakan Magesty. Seperti dugaannya, tidak ada pakaian pesta.
Ia hanya menemukan sekumpulan baju formal yang kebanyakan adalah kemeja dan blazer. “Untung saja aku membawa seluruh pakaianku ke sini,” ucap Bethany pada dirinya sendiri.
Bethany membuka ponsel dan mencari tips untuk mencari perhatian di tengah pesta. Agar orang-orang yang menjadi targetnya, mendekatinya dan tertarik padanya.
Ia menemukan beberapa ide yang sangat cemerlang dan berencana untuk mempraktekannya.
Keesokan harinya...Sebuah mobil mewah hitam berhenti di depan lobby hotel. Bethany turun mengenakan gaun merah dengan topeng hitam berukir.Sesuai yang ia harapkan dari artikel di media online tentang tips menarik perhatian orang, semua mata tertuju padanya. Mungkin, dia satu-satunya yang terlihat seperti manusia, di sebuah pesta Halloween. Kakinya perlahan mendekati meja resepsionis yang terlihat sepi. Seorang pria muda kikuk berkostum drakula menyambutnya."Selamat datang Nona, tolong berikan darahmu di sini."Pria itu memberikan sebuah pena berbentuk bulu angsa dan mencelupkannya pada botol tinta merah di atas meja. Mengisyaratkan dirinya harus menuliskan nama pada buku daftar tamu. 'Sangat norak!' batin wanita itu memikirkan betapa kekanakannya orang yang membuat konsep pesta halloween ini. Bethany bersiap meninggalkan meja resepsionis tanpa menuliskan namanya pada buku tamu. Pria drakula tadi memanggilnya, "Maaf Nona, setidaknya ... beritahu saya nama Anda.”“Apakah harus?” t
Bethany telah sepakat untuk menerima Alex menjadi partner dalam menjalankan aksi balas dendamnya. Bethany mengatakan akan mengajak Alex ke apartemen Bella untuk melihat bukti-bukti perundungan yang dialami oleh Bella.Alex menyetui hal tersebut. Alex menunjukkan jalan pintas keluar hotel agar tidak diketahui oleh para karyawan yang sedang berpesta. “Jika aku tidak datang, apa kau berencana untuk meracuni para tamu di pesta itu?” tanya Alex ketika mereka sudah berada di dalam mobilnya. “Aku tidak mungkin seceroboh itu,” jawab Bethany sambil membuka topeng berukir yang sedari tadi cukup menyiksa. “Bukankah datang ke pesta itu sebagai Bella saja sudah merupakan tindakan yang ceroboh?” Alex kembali mencecar pertanyaan yang sangat membuatnya penasaran. “Aku memang sengaja mencari pusat perhatian, tapi tidak mengira MC itu menyebutkan nama tamu yang hadir. Bukankah pakaianku hari ini sangat berbeda style dengan Bella?”
Bethany terdiam mematung setelah Alex meninggalkannya. Bethany mencoba untuk mengabaikan perkataan Alex.Bethany mulai duduk dan melihat mejanya sangat berantakan, sepertinya orang-orang mengira tempat ini sudah tidak bertuan dan menjadikannya gudang tempat pembuangan dokumen yang sudah tidak terpakai.Bethany kembali mengingat ucapan Nancy di lobby tadi, ‘Jadi, Bella mengajukan cuti, bukan menghilang?’Tiba-tiba, Bethany makin tidak mengerti apa yang menimpa kembarannya tersebut. Belum sempat Bethany menyalakan laptopnya, seseorang mendatanginya dan memberikan setumpuk dokumen dengan wajah yang terlihat sangat jengkel.“Akhirnya aku tidak perlu melakukan ini lagi sendirian.”Bethany mengenali wajah itu, dia adalah Robert, staff keuangan yang duduk persis di sebelah meja kerja Bella. Dia juga salah satu orang yang fotonya dipajang Bella di kamarnya.Kalau orang-orang itu bukan orang yang merundung Bella seperti yang diragukan oleh Alex, lalu kenapa Bella memasang foto mereka di sana?
Alex mengantar Bethany pulang dengan mobilnya. Sepanjang jalan, mereka hanya terdiam tanpa saling mengatakan sepatah kata pun.Sesampainya di apartemen, Alex sampai harus memposisikan Bethany duduk di kursi kayu area dapur agar mudah dikeringkan.Alex memeriksa lemari baju dan mengambil sepasang piyama di dalamnya. Ia juga membuka laci tempat beberapa pakaian dalam.Alex sempat ragu untuk mengambilnya. “Maaf, Bella. Ini demi kembaranmu.”Alex mengambil sepasang pakaian dalam dan segera menuju Bethany yang masih dengan tatapan kosongnya. Bethany langsung menuruti perintah Alex untuk berganti pakaian.“Hei! Hei!” Alex hampir saja menyaksikan Bethany telanjang di hadapannya, ia segera mengantar Bethany ke kamar mandi dan menyuruhnya berganti baju di dalam sana.Bethany masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil napas panjang, mencoba menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus dikatakannya setelah ini.Setelah berpikir hampir setengah jam, Bethany akhirnya keluar. Alex segera menghampir
Bethany melihat keraguan dalam tatapan Alex tentang pernyataannya. “Kau meragukanku?” “Kau berpikir mereka harus menjadi timmu daripada harus mencurigai mereka sebagai para perundung Bella, begitu?” tanya Alex memperjelas pernyataan Bella barusan. “Ya ... aku memiliki alasan.” Bethany mulai cemberut. “Kau memiliki alasan. Ah ... kedengarannya menarik. Beri tahu aku.” Alex berpindah posisi mendekat ke arah Bethany dan menatapnya dengan serius. “Pertama, aku belum menemukan motif apa pun yang menghubungkan orang-orang itu dengan Bella. Kedua, kalau benar mereka adalah para perundung Bella, bukankah lebih baik aku lebih dekat dengan mereka agar bisa mencari tahu lebih dalam?” “Ya ... pemikiranmu cukup masuk akal. Tapi, ada satu hal yang belum kau ketahui.” “Apa itu?” “Dalang dari semua ini.” Bethany membuka matanya lebih lebar, terkejut dengan pernyataan Alex yang benar-benar dia lewatkan. Dia sama sekali belum bertemu pria yang menyebabkan Bella dirundung dan menghilan
Bethany melihat siapa yang baru saja datang. Betty, orang yang baru saja ia bicarakan diam-diam dengan Alex. Wanita berusia akhir 40 tahun dengan kacamata tebal dan rambut klimis dikuncir kuda. “Silakan masuk.” Bethany memberinya ijin dan menyuruhnya untuk duduk. Betty mengambil kursi di seberang Robert. Bethany nampak cukup terkejut melihat kemiripan Betty dan Robert. Mereka terlihat seperti saudara kembar berbeda jenis kelamin. Alex menyikutnya dari samping, membuyarkan lamunannya dan memberinya kode untuk memulai rapat ini. “Sepertinya semua sudah lengkap. Sebelum kita saling memperkenalkan diri, kami akan menjelaskan lebih dulu project yang akan kita kerjakan.” Alex mengambil alih percakapan dan menyalakan layar yang berada di tengah ruang rapat tersebut. “Baiklah, seperti yang kalian sudah ketahui. Aku, Bella Redwig—yang ditugaskan oleh Danny untuk menyelesaikan sebuah project yang selama ini selalu dihindari pada staff divisi marketing. Mereka menyebutnya, project buangan.”
Mereka semua sangat terkejut melihat kejadian di hadapan mereka. Mereka bahkan tidak sanggup mengangkat barang bawaan mereka sendiri. Pabrik yang menjadi satu-satunya harapan bagi mereka, kini habis terbakar. “Apa yang kalian lakukan? Cepat bantu kami!” Seseorang tiba-tiba memberi mereka beberapa ember dan menyuruh mereka untuk membantu. Alex dengan sigap menggulung lengan bajunya dan berlari menuju sumber air. Bethany yang melihatnya kembali tersadar dan tahu apa yang harus ia lakukan. “Cepat, bantu mereka!” Bethany berteriak kepada beberapa koleganya yang masih diam mematung. “Apakah pemadam kebakaran tidak akan datang?” tanya Vallery sambil ikut berlari.“Kemungkinan mereka tidak akan secepat dan setanggap seperti di kota,” jawab Betty yang sudah melepaskan kacamatanya. Mereka akhirnya perlahan berhasil memadamkan api. Tapi, hanya sebatas itu. Tidak terlihat satu benda pun yang terselamatkan. Bethany melihat sekeliling dan matanya tertuju pada beberapa orang yang menangis di
Keesokan harinya, Bethany dan timnya sudah berkumpul untuk membahas rencana mereka selanjutnya. Ia merasa tidak enak karena telah menyeret mereka ke dalam situasi ini demi untuk menemukan kembarannya. “Jadi, Alex. Kau menjanjikan satu minggu untuk kami mengatasi situasi ini. Apa kau memiliki rencana?” tanya Bethany pada Alex yang duduk di hadapannya. “Okay, sejujurnya. Kebakaran di pabrik itu sedikit menguntungkan bagi kita.” “Apa maksudmu?” tanya Bethany terheran. “Pabrik itu, dan apa yang dibuat di dalamnya, sudah tidak memiliki harapan jika terus dilanjutkan. Jadi, ini bagus karena kita bisa mereset semuanya. Memulainya dari awal.” “Maksudmu, kita bisa dalam waktu seminggu, mendirikan pabrik baru?” tanya Robret dengan skeptis. “Tentu saja tidak. Tapi, kita bisa membuat perjanjian baru dengan para warga.” Alex memperlihatkan sebuah dokumen di laptopnya, mereka melihat ada tabel nama-nama tumbuhan yang tidak mereka kenal. “Ini adalah daftar nama tumbuhan yang hanya
"Alex?" ucap Bethany ketika hampir bersamaan dengan terbukanya pintu apartemen. "Ah, ternyata bukan," sambungnya lagi. 'Apa yang kuharapkan? Tentu saja Alex tidak akan ke sini lagi setelah bilang putus dariku,' batinnya dengan sedikit kecewa. "Kalau tidak salah, kau pengawalnya Alex yang di rumah sakit itu kan? Apa tadi kau yang mengirim pesan kepadaku menggunakan nomor telepon Alex?" tanyanya kepada pria bertubuh besar berotot di hadapannya. "Benar Nona. Perkenalkan, saya Gerard. Saya ke sini untuk mengembalikan ini." Bethany langsung membuka sebuah kotak kecil yang diberikan Gerard padanya. Ia melihat gelang yang pernah diberikan Alex di desa Woodwill. Bethany terkejut dan matanya membelalak, "Di mana kau menemukannya?! Aku benar-benar berpikir gelang ini sudah hilang." "Di kantor, Nona. Saya menemukan itu di dekat pintu masuk," jawab Gerard. Bethany mengambil gelang itu. Mengusap inisial nama BA di baliknya. Kemudian, ia mengembalikan gelang itu lagi kepada G
Bethany kembali ke dalam unit apartemen Bella. Rekannya yang lain telah menunggunya di sana dengan sangat penasaran. Mereka berharap kabar baik dari Bethany, seperti yang dikatakan oleh David. Suara langkah kaki makin dekat ke ruang tunggu di unit apartemen itu. Mereka melihat Bethany memasuki ruangan dengan tesenyum. Mereka sudah tahu arti senyuman itu, senyum kepuasan. Tak lama kemudian, di belakang Bethany, Danny mengikuti langkahnya untuk kembali masuk ke dalam ruangan. Ia masih terlihat sangat kesal. Namun, ada tekat yang kuat di sorot matanya. "Tidak usah banyak berbasa-basi lagi. Katakan apa yang harus kulakukan," kata Danny yang akhirnya menerima tawaran wanita yang sangat manipulatif itu. David tersenyum lebar dan matanya berbinar. Ia langsung berteriak senang karena tebakannya tidak meleset. "Yuhuuu!" Baru saja ia mau bereuforia dengan kemenangan taruhannya, Vallery menepuk punggungnya untuk menyadarkannya. "Diam kau!" Lagi, David lagi-lagi takluk denga
Setelah mendapatkan sebuah berita yang sangat bagus. Bethany dan timnya memutuskan untuk menjadikan hal itu sebagai bahan untuk menjatuhkan target pertamanya. Namun, sekarang yang dipikirkannya adalah cara memanfaatkan hal itu. Dia terdiam sejenak untuk memikirkan cara yang pasti berhasil dan efisien. Bethany melirik ke arah Robert. Bagaimana pun, ini misi balas dendam untuknya. Dia harus memastikan satu hal pada pria berkacamata itu. "Hei, Robert. Aku tahu bahwa kita melakukan ini semua demi menjatuhkan kaki tangan Bob si botak itu. Tapi, Wilson adalah musuhmu. Apa kau memiliki keinginan khusus?" tanya Bethany. "Keinginan khusus? Ah, maksudmu apakah aku bisa merequest hal apa yang aku ingin lihat darinya saat dijatuhkan?" ucap Robert merasa tidak yakin. "Ya, kurang lebih seperti itu. Aku sedang memikirkan cara yang efektif dan efisien. Seperti mengancamnya dengan rekaman video yang disimpan oleh David. Tapi, jika kulakukan hal itu. Kurang seru bukan? Dia telah merebut
Wilson Andrew. Nama target pertama Revenge Squad yang akan mereka hancurkan perlahan. Sebuah rencana gila sudah ada di pikiran Bethany sejak kemarin. Dia hanya sedang menunda untuk mengungkapkannya. Betty masih memandangi foto aktor bernama Hardvey yang sedang berciuman dengan Wilson Andrew di dalam mobil tersebut. Meskipun foto itu di blur dan tidak terlalu menampakan wajah mereka. Namun, warna rambut Wilson Andrew yang nyentrik terlihat sangat jelas. 'Pantas saja pria feminim itu mengubah warna rambutnya hari ini,' batin Betty yang baru menyadari hal itu. "Ngomong-ngomong, siapa yang bisa mendapatkan foto seintim ini? Kurasa, aktor ini sangat menjaga privasi, media saja sampai tidak ada yang pernah tahu asal usul keluarganya," komentarnya. "Ehem." David berpura-pura batuk hingga semua mata teralih padanya. "Kau yang mendapatkannya?!" teriak Betty antara terkejut dan sedikit kagum. Dia tidak menduga pria muda ini begitu ahli. "Aku langsung bersemangat ketika t
Setelah pergi dari apartemen yang Bethany tinggali, mereka semua berpencar untuk pulang ke rumah masing-masing. Betty memperhatikan Robert yang masih sangat pendiam sejak pengungkapan rahasianya tadi. "Pulanglah denganku. Aku akan mengantarmu," ucapnya setelah berhasil menyamakan langkah kaki mantan suaminya tersebut. Tidak seperti biasanya, kali ini Robert menuruti perkataan mantan istrinya itu. Setelah di dalam mobil, Robert akhirnya mau bersuara. "Ada yang aneh dengan dirinya hari ini. Apakah benar, gara-gara Alex sifat aslinya menjadi keluar seperti itu?" tanya Robert. "Maksudmu si Bethany? Tidak usah dipikirian. Kita juga hanya memanfaatkannya," jawab Betty sambil tetap fokus pada kemudi mobilnya. "Ya, kau benar. Kita tidak benar-benar berteman. Kita semua hanya saling memanfaatkan," ucap Robert akhirnya dapat kembali menenangkan dirinya. *** Keesokan harinya, Bethany mulai bersiap-siap untuk menjalankan misinya. Semalaman penuh dia memikirkan cara yang
Bethany melirik ke arah Danny yang sudah mulai merasa tidak nyaman dengan dirinya. Dia tahu persis bahwa Danny sangat tidak suka berada di bawah kendali orang lain. 'Apakah dia begitu mencintai Bella hingga bisa menurunkan egonya seperti ini?' batin Bethany. Bethany kembali fokus kepada tujuan awalnya mengumpulkan seluruh timnya di apartemen ini. Mencoba mengalihkan pikirannya dari Danny yang sudah mulai duduk dengan gelisah. "Baiklah. Langsung saja, aku akan memberi kalian tugas pertama untuk misi balas dendam kita. Aku menyebutnya. Misi pencarian kaki tangan." "Kau suka sekali memberi nama project dengan nama unik. Kau sepertinya berbakat menjadi seorang penulis," sindir Robert. Bethany memincingkan matanya. Tidak senang dengan komentar sarkas Robert padanya. "Kenapa? Bukankah bagus jika kita menjuluki misi ini? Kalian sepertinya butuh motivasi lebih untuk bersemangat melakukannya." "Sudahlah, cepat katakan. Apa yang harus kita lakukan," sahut Betty. Bethany te
Bethany berdiri dari kursinya. Ia berjalan menuju pigura lukisan besar yang ada di ruangan tersebut. Terpampang jelas hal yang selama ini ia sembunyikan dari timnya. "Apa itu?!" teriak Vallery dengan sangat terkejut. Bukan hanya dirinya, melainkan seluruh orang yang ada di dalam unit apartemen itu juga hampir pingsan melihat foto mereka dipajang di kamar tersebut. "Ini adalah alasanku membentuk tim ini. Kalian pikir, aku hanya secara random memilih orang untuk kujadikan tim?" tanya Bethany dengan tatapan mencurigakan. "Tapi aku benar-benar bukan orang yang telah merundung saudarimu," kata David mulai panik. Bethany tersenyum misterius mendengar pernyataan David barusan. Kemudian ia mengeluarkan tawa yang sangat keras hingga mereka smua terdiam. "Kenapa kau tertawa? Apa maksud semua ini?" tanya Betty menghentikan kegilaan Bethany. "Hah, dia tidak jauh beda denganku," ujar Danny yang juga merasa pernah melakukan hal yang serupa. Bethany melihat Danny dan merasa kes
Keesokan harinya, tidak satu pun hal yang Bethany pikirkan kecuali mencari cara agar keinginannya untuk menemukan Bella cepat tercapai. Dia merenungi apa yang sudah dia lakukan selama ini hanyalah bersenang-senang dengan timnya, apalagi dengan sosok Alex yang sempat menjadi penghalang bagi tujuan utamanya. Bethany meraih ponselnya, mengirimi beberapa pesan darurat kepada tim yang sudah ia buat sejak awal. Termasuk salah seorang yang tadinya sangat mustahil ia jadikan tim. "Pergilah ke alamat ini. Mari kita mulai melaksanakan rencana kita." Satu pesan singkat yang ia kirimkan kepada Revenge Team. "Aku akan segera menemukan Bella. Pergilah ke alamat ini." Pesan lain yang ia kirimkan pada seseorang. Beberapa jam kemudian, satu per satu timnya datang. Ke TKP di mana Bella terakhir kali tinggal. Ke tempat di mana seluruh kejadian dimulai. "Cepatlah mulai," ujar Robert dengan tidak sabar. "Tunggu," Bethany berdiri gelisah sambil memegangi dagunya. Keningnya berkeru
"Aku hanya memanfaatkanmu." Kalimat Alex yang paling tidak pernah ingin didengar oleh Bethany. Meskipun dia sudah menduganya sejak pertama kali mereka bertemu. Bethany kemudian terdiam sejenak. Alex masih menatapnya dengan penuh pertanyaan di benaknya. Kenapa wanita ini hanya diam? "Katakan sesuatu," ujar Alex yang mulai tidak sabar. Sesaat kemudian Bethany tertawa. Cukup keras hingga membuat Alex merasa tersinggung. "Apa ada hal yang lucu?" Alex mengerutkan keningnya. Tidak menyangka bahwa reaksi itu adalah yang pertama kali keluar dari Bethany. "Kau kira aku tidak pernah menduganya? Kau pikir aku wanita bodoh yang dengan mudahnya berkencan dengan seseorang yang baru saja aku kenal?" Bethany kemudian mengubah ekspresinya seketika dan mencengkram kerah baju Alex. Alex yang sedikit lengah langsung terpaku dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Bethany barusan. Dia mengira wanita di hadapannya ini benar-benar mencintainya selama ini. "Kau dengar baik-baik. Aku