Keesokan harinya...
Sebuah mobil mewah hitam berhenti di depan lobby hotel. Bethany turun mengenakan gaun merah dengan topeng hitam berukir.
Sesuai yang ia harapkan dari artikel di media online tentang tips menarik perhatian orang, semua mata tertuju padanya. Mungkin, dia satu-satunya yang terlihat seperti manusia, di sebuah pesta Halloween.
Kakinya perlahan mendekati meja resepsionis yang terlihat sepi. Seorang pria muda kikuk berkostum drakula menyambutnya.
"Selamat datang Nona, tolong berikan darahmu di sini."
Pria itu memberikan sebuah pena berbentuk bulu angsa dan mencelupkannya pada botol tinta merah di atas meja. Mengisyaratkan dirinya harus menuliskan nama pada buku daftar tamu.
'Sangat norak!' batin wanita itu memikirkan betapa kekanakannya orang yang membuat konsep pesta halloween ini.
Bethany bersiap meninggalkan meja resepsionis tanpa menuliskan namanya pada buku tamu. Pria drakula tadi memanggilnya, "Maaf Nona, setidaknya ... beritahu saya nama Anda.”
“Apakah harus?” tanya wanita itu.
“Ya Nona, kalau tidak. Anda tidak bisa masuk,” jawab pria drakula tadi.
"Redwig ... Bella Redwig." Bethany akhirnya terpaksa menggunakan nama Bella agar bisa masuk ke dalam pesta itu.
Bethany kemudian melangkahkan kaki ke dalam ruangan yang sudah diberi petunjuk dengan tanda busur panah.
Ia memasuki ballroom hotel yang sudah menjelma menjadi seperti club' malam dengan gemerlap lampu dan musik yang sangat keras. Ia memperhatikan satu per satu beberapa manusia berkostum hantu di dalam sana.
Ia merasa sangat bodoh karena mencari keberadaan seseorang ketika berada dalam pesta topeng.
"Kita sambut ... sang Nona Vampir ... Bella Redwig!" Seorang MC memanggil namanya, membuat seluruh hantu jadi-jadian tadi menoleh ke arahnya.
"Oh, sial! Kenapa dia menyebutkan nama itu!" kata Bethany bergumam pada dirinya sendiri.
Ia membuka tas tangannya dengan sedikit tremor, mengambil secarik kertas berisi rundown acara. Bodohnya, ia tidak memperhatikan bagian paling bawah rundown tersebut.
Tertulis catatan, 'seluruh tamu yang datang akan disambut oleh MC dengan julukan kostum hantu yang dikenakannya.’
Kini seluruh tamu tahu keberadaannya. Ia memang berencana untuk membuat seluruh tamu memandangnya, tapi bukan sebagai Bella Redwig.
Awalnya, ia hanya ingin dilihat sebagai wanita misterius yang mempesona dengan gaun merah menyala yang cukup seksi. Agar orang-orang yang diincarnya, tertarik untuk mendekatinya.
Ya, orang-orang yang fotonya Bella pajang di kamarnya. Ia memutuskan untuk menggagalkan rencananya sendiri dan berusaha mendalami peran sebagai Bella Redwig.
Hampir saja ia harus menerima tatapan seluruh tamu sepanjang malam. Untungnya, acara langsung dimulai.
Tepat beberapa detik kemudian, layar di panggung menyala dan memunculkan sebuah nama besar di dalamnya, MAGESTY— perusahaan kosmetik nomor dua di New York.
Sambutan demi sambutan oleh para pemimpin Magesty, akhirnya usai. MC mengumumkan acara selanjutnya. Peresmian produk baru palette eyeshadow bertema Halloween.
Terdapat cuplikan intens di layar proyektor di atas panggung, menampilkan video beberapa model bak seorang wanita vampir modis dengan riasan mata yang bold. "Huh! tidak masuk akal!" gumam Bethany dengan suara pelan.
"Vampir mana yang mau berdandan seribet itu, ya kan? Bethany." Terdengar suara seorang pria persis dari belakang telinganya.
Sontak membuatnya terkejut dan menoleh. Pria bertopeng setengah serigala menampilkan sebuah senyuman tipis padanya, menyebutkan nama aslinya. Ya, nama aslinya. Bethany.
***
Belum sempat Bethany sadar akan keterkejutannya, pria itu menarik tangannya agar menjauhi keramaian. Beberapa tamu memandangi mereka.
Namun, tidak ada yang berani mendekati dan mencegah pria itu melakukannya. Bethany diajak ke sebuah ruangan yang sangat sepi dan terkesan memiliki privasi.
Bethany membuka mulutnya dan bersiap untuk mencecer pria di hadapannya dengan berbagai pertanyaan.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Bethany pada akhirnya setelah penyamarannya sebagai saudari kembarnya terbongkar.
Pria itu mendekati Bethany, menyingkap rambut panjang hitamnya dan menyentuh sedikit leher Bethany dengan jarinya. “Bella tidak memiliki ini.” Alex menyentuh sebuah tato bergambar ular kecil yang terdapat pada leher Bethany.
Bethany yang terkejut langsung menepis tangannya. Ia membalik tubuh pria itu agar bertukar posisi padanya dan mendorongnya ke tembok.
Pria itu tampak kaget dan tidak menyangka wanita di hadapannya akan bertindak seberani itu.
“Lalu? Kau mau membongkarnya di depan para tamu? Lakukan saja,” tantang Bethany dengan mata yang menyala.
“Hei! Aku bahkan belum mengatakan apa pun.” Pria itu merogoh saku jasnya dan mengambil sebuah kartu nama dan menyerahkannya pada Bethany.
“Kau pasti butuh partner untuk balas dendam,” ucap pria itu secara tiba-tiba.
“Kau! Bagaimana kau tahu?”
“Bella Redwig, dia telah menghilang hampir sebulan. Anehnya, tidak ada pengumuman resmi dari perusahaan yang menyatakan dia telah keluar.” Pria itu mengatakan sebuah informasi baru yang cukup penting untuk Bethany.
“Lalu, apa tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya?”
“Kau saja yang kembarannya tidak tahu, apalagi aku.”
“Jadi, apa yang kau rencanakan dengan menahanku di .... ” Bethany menghentikan ucapannya dan melihat sekeliling.
Ia baru sadar bahwa ruangan yang mereka datangi adalah sebuah kamar. Wajah Bethany memerah.
Bethany akhirnya melihat kartu nama yang diberikan padanya. Alex, Marketing Staff. Begitu tulisannya. Pria di hadapannya ini hanya karyawan biasa di Magesty tapi mencoba untuk memerasnya?
“Apa kau mau uang dariku?” tanya Bethany mencoba menebak tujuan Alex yang sesungguhnya.
“Apa aku terlihat sangat membutuhkan uang?” jawab Alex yang sedari tadi hampir tidak berhasil menyembunyikan tawanya.
“Aku hanya ingin membantumu. Seperti yang aku bilang tadi. Kau pasti ingin membalas dendam. Tentang skandal itu.”
“Skandal?” Bethany mengangkat alisnya dan menatap Alex dengan heran.
“Bella terlibat dalam skandal percintaan dengan salah satu manajer di kantor. Manajer tersebut sudah memiliki istri. Beberapa hari setelah terdengarnya rumor tesebut, Bella menghilang. Aku juga penasaran kemana dia. Karena itu aku akan membantumu.”
Bethany berjalan menuju sofa yang berada di sudut ruangan. Dia duduk dan menyilangkan kakinya. Berusaha terlihat tidak terpengaruh dengan ucapan Alex barusan.
Ia tidak akan bisa diperas oleh siapapun. Dia sangat mencurigai pria di hadapannya ini. Alex mengikutinya dan duduk di depan Bethany sambil memandang wanita di hadapannya.
Bethany masih terdiam dan terlihat berpikir keras. Alex hanya menunggunya dan menatapnya dengan serius.
Bethany akhirnya membuka suara dan mengatakan, “Dua hal di dunia ini yang tidak akan pernah aku percaya. Pertama, aku tidak akan percaya pria sepertimu. Pria yang berusaha memeras wanita di awal pertemuan.”
Alex mengangkat alisnya, terkesima dengan jawaban tak terduga wanita di hadapannya. Ia sangat menunggu kelanjutannya.
Alex menegakkan posisi tubuhnya dan melipat kedua tangannya di dada. “Hmm ... Okay,” gumam Alex.
“Kedua, aku tidak akan percaya Bella memiliki sebuah skandal. Tapi untuk sekarang, aku akan menerima tawaranmu.”
Bethany telah sepakat untuk menerima Alex menjadi partner dalam menjalankan aksi balas dendamnya. Bethany mengatakan akan mengajak Alex ke apartemen Bella untuk melihat bukti-bukti perundungan yang dialami oleh Bella.Alex menyetui hal tersebut. Alex menunjukkan jalan pintas keluar hotel agar tidak diketahui oleh para karyawan yang sedang berpesta. “Jika aku tidak datang, apa kau berencana untuk meracuni para tamu di pesta itu?” tanya Alex ketika mereka sudah berada di dalam mobilnya. “Aku tidak mungkin seceroboh itu,” jawab Bethany sambil membuka topeng berukir yang sedari tadi cukup menyiksa. “Bukankah datang ke pesta itu sebagai Bella saja sudah merupakan tindakan yang ceroboh?” Alex kembali mencecar pertanyaan yang sangat membuatnya penasaran. “Aku memang sengaja mencari pusat perhatian, tapi tidak mengira MC itu menyebutkan nama tamu yang hadir. Bukankah pakaianku hari ini sangat berbeda style dengan Bella?”
Bethany terdiam mematung setelah Alex meninggalkannya. Bethany mencoba untuk mengabaikan perkataan Alex.Bethany mulai duduk dan melihat mejanya sangat berantakan, sepertinya orang-orang mengira tempat ini sudah tidak bertuan dan menjadikannya gudang tempat pembuangan dokumen yang sudah tidak terpakai.Bethany kembali mengingat ucapan Nancy di lobby tadi, ‘Jadi, Bella mengajukan cuti, bukan menghilang?’Tiba-tiba, Bethany makin tidak mengerti apa yang menimpa kembarannya tersebut. Belum sempat Bethany menyalakan laptopnya, seseorang mendatanginya dan memberikan setumpuk dokumen dengan wajah yang terlihat sangat jengkel.“Akhirnya aku tidak perlu melakukan ini lagi sendirian.”Bethany mengenali wajah itu, dia adalah Robert, staff keuangan yang duduk persis di sebelah meja kerja Bella. Dia juga salah satu orang yang fotonya dipajang Bella di kamarnya.Kalau orang-orang itu bukan orang yang merundung Bella seperti yang diragukan oleh Alex, lalu kenapa Bella memasang foto mereka di sana?
Alex mengantar Bethany pulang dengan mobilnya. Sepanjang jalan, mereka hanya terdiam tanpa saling mengatakan sepatah kata pun.Sesampainya di apartemen, Alex sampai harus memposisikan Bethany duduk di kursi kayu area dapur agar mudah dikeringkan.Alex memeriksa lemari baju dan mengambil sepasang piyama di dalamnya. Ia juga membuka laci tempat beberapa pakaian dalam.Alex sempat ragu untuk mengambilnya. “Maaf, Bella. Ini demi kembaranmu.”Alex mengambil sepasang pakaian dalam dan segera menuju Bethany yang masih dengan tatapan kosongnya. Bethany langsung menuruti perintah Alex untuk berganti pakaian.“Hei! Hei!” Alex hampir saja menyaksikan Bethany telanjang di hadapannya, ia segera mengantar Bethany ke kamar mandi dan menyuruhnya berganti baju di dalam sana.Bethany masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil napas panjang, mencoba menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus dikatakannya setelah ini.Setelah berpikir hampir setengah jam, Bethany akhirnya keluar. Alex segera menghampir
Bethany melihat keraguan dalam tatapan Alex tentang pernyataannya. “Kau meragukanku?” “Kau berpikir mereka harus menjadi timmu daripada harus mencurigai mereka sebagai para perundung Bella, begitu?” tanya Alex memperjelas pernyataan Bella barusan. “Ya ... aku memiliki alasan.” Bethany mulai cemberut. “Kau memiliki alasan. Ah ... kedengarannya menarik. Beri tahu aku.” Alex berpindah posisi mendekat ke arah Bethany dan menatapnya dengan serius. “Pertama, aku belum menemukan motif apa pun yang menghubungkan orang-orang itu dengan Bella. Kedua, kalau benar mereka adalah para perundung Bella, bukankah lebih baik aku lebih dekat dengan mereka agar bisa mencari tahu lebih dalam?” “Ya ... pemikiranmu cukup masuk akal. Tapi, ada satu hal yang belum kau ketahui.” “Apa itu?” “Dalang dari semua ini.” Bethany membuka matanya lebih lebar, terkejut dengan pernyataan Alex yang benar-benar dia lewatkan. Dia sama sekali belum bertemu pria yang menyebabkan Bella dirundung dan menghilan
Bethany melihat siapa yang baru saja datang. Betty, orang yang baru saja ia bicarakan diam-diam dengan Alex. Wanita berusia akhir 40 tahun dengan kacamata tebal dan rambut klimis dikuncir kuda. “Silakan masuk.” Bethany memberinya ijin dan menyuruhnya untuk duduk. Betty mengambil kursi di seberang Robert. Bethany nampak cukup terkejut melihat kemiripan Betty dan Robert. Mereka terlihat seperti saudara kembar berbeda jenis kelamin. Alex menyikutnya dari samping, membuyarkan lamunannya dan memberinya kode untuk memulai rapat ini. “Sepertinya semua sudah lengkap. Sebelum kita saling memperkenalkan diri, kami akan menjelaskan lebih dulu project yang akan kita kerjakan.” Alex mengambil alih percakapan dan menyalakan layar yang berada di tengah ruang rapat tersebut. “Baiklah, seperti yang kalian sudah ketahui. Aku, Bella Redwig—yang ditugaskan oleh Danny untuk menyelesaikan sebuah project yang selama ini selalu dihindari pada staff divisi marketing. Mereka menyebutnya, project buangan.”
Mereka semua sangat terkejut melihat kejadian di hadapan mereka. Mereka bahkan tidak sanggup mengangkat barang bawaan mereka sendiri. Pabrik yang menjadi satu-satunya harapan bagi mereka, kini habis terbakar. “Apa yang kalian lakukan? Cepat bantu kami!” Seseorang tiba-tiba memberi mereka beberapa ember dan menyuruh mereka untuk membantu. Alex dengan sigap menggulung lengan bajunya dan berlari menuju sumber air. Bethany yang melihatnya kembali tersadar dan tahu apa yang harus ia lakukan. “Cepat, bantu mereka!” Bethany berteriak kepada beberapa koleganya yang masih diam mematung. “Apakah pemadam kebakaran tidak akan datang?” tanya Vallery sambil ikut berlari.“Kemungkinan mereka tidak akan secepat dan setanggap seperti di kota,” jawab Betty yang sudah melepaskan kacamatanya. Mereka akhirnya perlahan berhasil memadamkan api. Tapi, hanya sebatas itu. Tidak terlihat satu benda pun yang terselamatkan. Bethany melihat sekeliling dan matanya tertuju pada beberapa orang yang menangis di
Keesokan harinya, Bethany dan timnya sudah berkumpul untuk membahas rencana mereka selanjutnya. Ia merasa tidak enak karena telah menyeret mereka ke dalam situasi ini demi untuk menemukan kembarannya. “Jadi, Alex. Kau menjanjikan satu minggu untuk kami mengatasi situasi ini. Apa kau memiliki rencana?” tanya Bethany pada Alex yang duduk di hadapannya. “Okay, sejujurnya. Kebakaran di pabrik itu sedikit menguntungkan bagi kita.” “Apa maksudmu?” tanya Bethany terheran. “Pabrik itu, dan apa yang dibuat di dalamnya, sudah tidak memiliki harapan jika terus dilanjutkan. Jadi, ini bagus karena kita bisa mereset semuanya. Memulainya dari awal.” “Maksudmu, kita bisa dalam waktu seminggu, mendirikan pabrik baru?” tanya Robret dengan skeptis. “Tentu saja tidak. Tapi, kita bisa membuat perjanjian baru dengan para warga.” Alex memperlihatkan sebuah dokumen di laptopnya, mereka melihat ada tabel nama-nama tumbuhan yang tidak mereka kenal. “Ini adalah daftar nama tumbuhan yang hanya
Bethany hampir berteriak karena gerakan yang tak terduga dari Alex. Kini Alex mencengkeram pinggulnya erat, seperti tidak akan melepaskannya. Bethany tidak berpikir ini konsekuensi yang akan dia terima akibat mencium pipi Alex sekilas. Alex makin mendekatkan dirinya dengan tubuh Bethany, suara napasnya makin jelas terdengar berat. Alex tampak ingin mengatakan sesuatu yang ia tahan sejak tadi. Bethany akhirnya mencoba melepaskan pelukan Alex pada pinggulnya. “Apa yang kau lakukan? Lepas!” protes Bethany.“Kau yang menggodaku duluan,” jawab Alex dengan tatapan misteriusnya. “Oke maaf. Aku melakukannya hanya karena ....” Bethany memikirkan kata yang tepat untuk dia ucapkan. “Karena kau sangat baik padaku.”“Oh. Jadi begitu, aku baik padamu?” Lagi-lagi Alex tampak kecewa dengan ucapan Bethany dan mulai melonggarkan cengkeramannya. “Aku harus pergi sebelum mereka kembali.” Bethany akhirnya keluar pemandian air hangat tersebut dengan perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumny