Share

Bab 4 - Adaptasi

Penulis: Zenaira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-07 15:09:02

Bethany terdiam mematung setelah Alex meninggalkannya. Bethany mencoba untuk mengabaikan perkataan Alex.

Bethany mulai duduk dan melihat mejanya sangat berantakan, sepertinya orang-orang mengira tempat ini sudah tidak bertuan dan menjadikannya gudang tempat pembuangan dokumen yang sudah tidak terpakai.

Bethany kembali mengingat ucapan Nancy di lobby tadi, ‘Jadi, Bella mengajukan cuti, bukan menghilang?

Tiba-tiba, Bethany makin tidak mengerti apa yang menimpa kembarannya tersebut. Belum sempat Bethany menyalakan laptopnya, seseorang mendatanginya dan memberikan setumpuk dokumen dengan wajah yang terlihat sangat jengkel.

“Akhirnya aku tidak perlu melakukan ini lagi sendirian.”

Bethany mengenali wajah itu, dia adalah Robert, staff keuangan yang duduk persis di sebelah meja kerja Bella. Dia juga salah satu orang yang fotonya dipajang Bella di kamarnya.

Kalau orang-orang itu bukan orang yang merundung Bella seperti yang diragukan oleh Alex, lalu kenapa Bella memasang foto mereka di sana?

“Aku pasti membuatmu repot belakangan ini.” Bethany akhirnya membuka percakapan dengan sedikit waspada.

“Jangan berbicara padaku. Kerjakan itu semua hari ini, atau bos akan memarahi kita,” jawab Robbert dengan wajah kesalnya.

Bethany kemudian mengalihkan pandangannya dan terkejut dengan setumpuk dokumen yang diberikan oleh Robert.

Bethany mencoba beradaptasi dengan pekerjaan Bella. Beberapa kali ia harus membuka g****e untuk mencari cara kerja yang benar agar bisa menyelesaikan rumus akuntansi berkas-berkas yang harus dikerjakannya.

Terlalu mencurigakan jika dia menanyakan hal-hal remeh seperti ini kepada staff lainnya. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul dua belas siang.

Alex sudah mengiriminya pesan bahwa dia akan menghampirinya untuk mengajaknya makan siang. Ia memastikan untuk tidak datang telat seperti pagi ini, pria itu sudah nongkrong di belakangnya sejak tiga puluh menit yang lalu.

Alex sudah menunggu Bethany yang masih berusaha menyelesaikan sederet rumus formula excel yang cukup asing baginya.

“Apa kau masih lama?” tanya Alex yang sudah mulai bosan. Ia hanya berputar-putar di kursi kantor yang berada di belakang Bethany, menunggu wanita itu menyelesaikan pekerjaan saudari kembarnya.

Ia merasa Bethany bekerja terlalu keras, itu hanya akting apakah memang dia orang seperti itu? Alex memandang wanita itu dengan kagum.

“Sedikit lagi. Dan ... Yap! Akhirnya aku selesai.” Bethany meregangkan tubuhnya. Alex mendekati kayar laptopnya dan menyaksikan sebuah tabel kosong yang telah dikerjakannya.

“Kau bilang ini selesai?” Alex berusaha menahan tawanya. Ia pikir apa yang dikerjakan dengan serius sejak tadi oleh Bethany kalau hasilnya hanya berupa sebuah tabel.

“Hei! Jangan meremehkan tabel kosong ini. Aku sudah mensetting formula untuk dapat menyelesaikan setumpuk dokumen ini.” Bethany menepuk tumpukan dokumen yang ada di mejanya.

“Aku akan melanjutkannya nanti setelah makan siang. Ayo, tunjukan di mana aku bisa makan?” tanya Bethany dengan pelan agar tidak terlalu terdengar oleh karyawan lain.

Sejak tadi, mata para staff sudah memandanginya, apalagi dengan kehadiran Alex yang sedang berpura-pura menjadi pacarnya.

“Sebelum kita makan siang, aku akan mengenalkanmu pada seseorang. Ayo ikut aku!” kata Alex yang akhirnya bisa berdiri dari kursi malas yang sejak tadi didudukinya.

“Danny, ini Bethany. Bethany, ini Danny.” Tiba-tiba saja Alex menyebutkan nama asli Bethany pada seseorang di ruangan manajer yang kini mereka datangi.

Bethany melotot ke arah Alex dan tidak tahu harus berkata apa.

“Kita harus memiliki seseorang dengan pengaruh kuat. Danny cukup dekat dengan Bella asal kau tahu.” Alex menjelaskan alasannya membongkar identitas Bethany kepada Danny, atasannya di divisi marketing.

Bethany menarik napas panjang dan akhirnya mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan manajer yang bernama Danny tadi. “Bethany, mungkin Alex sudah menceritakan semuanya padamu. Jadi, mohon bantuannya.”

Danny menyambut uluran tangan Bethany dan menjabatnya, ia tersenyum dan mengatakan, “Aku juga ingin tahu keberadaan Bella.”

Setelah berkenalan, Danny mengajak Bethany dan Alex makan siang di luar kantor yang cukup tidak sering dikunjungi oleh para karyawan Magesty. Mereka ingin membicarakan sesuatu tanpa di dengar atau dimata-matai oleh siapa pun.

Sesampainya mereka di resto tujuan, Bethany tidak sabar untuk menanyakan pertanyaan yang sedari tadi dipendamnya sendiri.

“Sedekat apa kau dengan Bella?” kedua pria di hadapannya saling memandang. Alex membuka suara terlebih dahulu, ia mengangkat telapak tangannya dan membisikan sesuatu seolah-olah tidak ingin orang di sebelahnya mendengar ucapannya.

“Aku juga penasaran. Apa mereka berkencan?” Danny menyikut lengan Alex dan menyanggah ucapannya.

“Aku dan Bella pernah satu project. Dia sangat potensial. Aku juga sangat tidak percaya dengan rumor skandal mengenai dirinya dan pak tua itu. Sekarang, aku ingin menawarkanmu untuk pindah divisi agar menjadi bawahanku. Agar kita bisa lebih mudah berkomunikasi dan membicarakan hal ini lebih sering.”

Bethany sangat tidak menduga tawaran tersebut. Namun, dia mengatakan akan memikirkannya terlebih dahulu.

Sembilan jam berlalu, sedikit lebih lama dari yang Bethany bayangkan. Pekerjaan rutin seperti itu ternyata tidaklah mudah.

Bagaimana Bella bisa kuat duduk lama dan menyelesaikan angka-angka sebanyak itu di dalam laptopnya? Pantas saja Bella harus memakai kacamata, matanya saja sudah hampir menyerah.

Bethany pergi ke toilet, ia merasa ada yang sedikit aneh dengan hari ini. Semua terlihat biasa saja.

Tidak ada yang menanyakan ketidakhadirannya selama ini, maupun yang menyerangnya. ‘Terlalu damai,’ batinnya.

Seluruh karyawan sudah pulang. Toilet wanita pun sudah kosong. Ia masuk ke dalam salah satu bilik toilet dan menyelesaikan urusannya.

Baru saja akan keluar dari bilik tersebut, dia sudah mendapati dirinya disiram air oleh seseorang dari bilik sebelah. Terdengar langkah kaki dibarengi suara pintu yang ditutup.

Tersadar ia harus memeriksa siapa yang melakukannya, Bethany segera keluar bilik dan menyadari sesuatu. ‘Orang itu telah kabur,’ pikir Bethany.

Bethany merasa sekujur tubuhnya lemas, ia terduduk di lantai. Ponselnya berbunyi, sebuah suara yang ia kenal menanyakan keberadaannya di sambungan telepon.

“Di mana kau sekarang?” tanya Alex yang terdengar cukup khawatir.

“Aku di dalam toilet.” Bethany menjawab Alex dengan suara gemetar.

Beberapa saat kemudian, Alex datang dan melihat keadaannya yang sudah terduduk lemas dengan kondisi sangat basah kuyup. Alex membuka jasnya dan menutupi tubuh Bethany.

Bethany memandang Alex sebentar kemudian kembali melihat ke arah lain dengan tatapan kosong, ia kemudian tertawa seperti orang gila.

Alex hanya melihatnya dengan kening yang berkerut. Sedetik kemudian, Bethany mulai membuka suara, “Jadi ini yang telah dialami Bella selama ini.”

Bethany menunjuk ke arah cermin di dalam toilet itu. Alex memutar wajahnya mengikuti arah jari Bethany menunjuk.

Sedetik kemudian dia tercengang melihat tulisan berwarna merah yang sangat besar pada cermin di hadapannya “MATI SAJA KAU, DASAR JAL*NG!”

Bab terkait

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 5 - Pembentukan Tim

    Alex mengantar Bethany pulang dengan mobilnya. Sepanjang jalan, mereka hanya terdiam tanpa saling mengatakan sepatah kata pun.Sesampainya di apartemen, Alex sampai harus memposisikan Bethany duduk di kursi kayu area dapur agar mudah dikeringkan.Alex memeriksa lemari baju dan mengambil sepasang piyama di dalamnya. Ia juga membuka laci tempat beberapa pakaian dalam.Alex sempat ragu untuk mengambilnya. “Maaf, Bella. Ini demi kembaranmu.”Alex mengambil sepasang pakaian dalam dan segera menuju Bethany yang masih dengan tatapan kosongnya. Bethany langsung menuruti perintah Alex untuk berganti pakaian.“Hei! Hei!” Alex hampir saja menyaksikan Bethany telanjang di hadapannya, ia segera mengantar Bethany ke kamar mandi dan menyuruhnya berganti baju di dalam sana.Bethany masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil napas panjang, mencoba menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus dikatakannya setelah ini.Setelah berpikir hampir setengah jam, Bethany akhirnya keluar. Alex segera menghampir

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 6 - Dalang

    Bethany melihat keraguan dalam tatapan Alex tentang pernyataannya. “Kau meragukanku?” “Kau berpikir mereka harus menjadi timmu daripada harus mencurigai mereka sebagai para perundung Bella, begitu?” tanya Alex memperjelas pernyataan Bella barusan. “Ya ... aku memiliki alasan.” Bethany mulai cemberut. “Kau memiliki alasan. Ah ... kedengarannya menarik. Beri tahu aku.” Alex berpindah posisi mendekat ke arah Bethany dan menatapnya dengan serius. “Pertama, aku belum menemukan motif apa pun yang menghubungkan orang-orang itu dengan Bella. Kedua, kalau benar mereka adalah para perundung Bella, bukankah lebih baik aku lebih dekat dengan mereka agar bisa mencari tahu lebih dalam?” “Ya ... pemikiranmu cukup masuk akal. Tapi, ada satu hal yang belum kau ketahui.” “Apa itu?” “Dalang dari semua ini.” Bethany membuka matanya lebih lebar, terkejut dengan pernyataan Alex yang benar-benar dia lewatkan. Dia sama sekali belum bertemu pria yang menyebabkan Bella dirundung dan menghilan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 7 - Project Buangan

    Bethany melihat siapa yang baru saja datang. Betty, orang yang baru saja ia bicarakan diam-diam dengan Alex. Wanita berusia akhir 40 tahun dengan kacamata tebal dan rambut klimis dikuncir kuda. “Silakan masuk.” Bethany memberinya ijin dan menyuruhnya untuk duduk. Betty mengambil kursi di seberang Robert. Bethany nampak cukup terkejut melihat kemiripan Betty dan Robert. Mereka terlihat seperti saudara kembar berbeda jenis kelamin. Alex menyikutnya dari samping, membuyarkan lamunannya dan memberinya kode untuk memulai rapat ini. “Sepertinya semua sudah lengkap. Sebelum kita saling memperkenalkan diri, kami akan menjelaskan lebih dulu project yang akan kita kerjakan.” Alex mengambil alih percakapan dan menyalakan layar yang berada di tengah ruang rapat tersebut. “Baiklah, seperti yang kalian sudah ketahui. Aku, Bella Redwig—yang ditugaskan oleh Danny untuk menyelesaikan sebuah project yang selama ini selalu dihindari pada staff divisi marketing. Mereka menyebutnya, project buangan.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 8 - Hangus Terbakar

    Mereka semua sangat terkejut melihat kejadian di hadapan mereka. Mereka bahkan tidak sanggup mengangkat barang bawaan mereka sendiri. Pabrik yang menjadi satu-satunya harapan bagi mereka, kini habis terbakar. “Apa yang kalian lakukan? Cepat bantu kami!” Seseorang tiba-tiba memberi mereka beberapa ember dan menyuruh mereka untuk membantu. Alex dengan sigap menggulung lengan bajunya dan berlari menuju sumber air. Bethany yang melihatnya kembali tersadar dan tahu apa yang harus ia lakukan. “Cepat, bantu mereka!” Bethany berteriak kepada beberapa koleganya yang masih diam mematung. “Apakah pemadam kebakaran tidak akan datang?” tanya Vallery sambil ikut berlari.“Kemungkinan mereka tidak akan secepat dan setanggap seperti di kota,” jawab Betty yang sudah melepaskan kacamatanya. Mereka akhirnya perlahan berhasil memadamkan api. Tapi, hanya sebatas itu. Tidak terlihat satu benda pun yang terselamatkan. Bethany melihat sekeliling dan matanya tertuju pada beberapa orang yang menangis di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 9 - Menjadi Dekat

    Keesokan harinya, Bethany dan timnya sudah berkumpul untuk membahas rencana mereka selanjutnya. Ia merasa tidak enak karena telah menyeret mereka ke dalam situasi ini demi untuk menemukan kembarannya. “Jadi, Alex. Kau menjanjikan satu minggu untuk kami mengatasi situasi ini. Apa kau memiliki rencana?” tanya Bethany pada Alex yang duduk di hadapannya. “Okay, sejujurnya. Kebakaran di pabrik itu sedikit menguntungkan bagi kita.” “Apa maksudmu?” tanya Bethany terheran. “Pabrik itu, dan apa yang dibuat di dalamnya, sudah tidak memiliki harapan jika terus dilanjutkan. Jadi, ini bagus karena kita bisa mereset semuanya. Memulainya dari awal.” “Maksudmu, kita bisa dalam waktu seminggu, mendirikan pabrik baru?” tanya Robret dengan skeptis. “Tentu saja tidak. Tapi, kita bisa membuat perjanjian baru dengan para warga.” Alex memperlihatkan sebuah dokumen di laptopnya, mereka melihat ada tabel nama-nama tumbuhan yang tidak mereka kenal. “Ini adalah daftar nama tumbuhan yang hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 10 - Pelaku Sebenarnya

    Bethany hampir berteriak karena gerakan yang tak terduga dari Alex. Kini Alex mencengkeram pinggulnya erat, seperti tidak akan melepaskannya. Bethany tidak berpikir ini konsekuensi yang akan dia terima akibat mencium pipi Alex sekilas. Alex makin mendekatkan dirinya dengan tubuh Bethany, suara napasnya makin jelas terdengar berat. Alex tampak ingin mengatakan sesuatu yang ia tahan sejak tadi. Bethany akhirnya mencoba melepaskan pelukan Alex pada pinggulnya. “Apa yang kau lakukan? Lepas!” protes Bethany.“Kau yang menggodaku duluan,” jawab Alex dengan tatapan misteriusnya. “Oke maaf. Aku melakukannya hanya karena ....” Bethany memikirkan kata yang tepat untuk dia ucapkan. “Karena kau sangat baik padaku.”“Oh. Jadi begitu, aku baik padamu?” Lagi-lagi Alex tampak kecewa dengan ucapan Bethany dan mulai melonggarkan cengkeramannya. “Aku harus pergi sebelum mereka kembali.” Bethany akhirnya keluar pemandian air hangat tersebut dengan perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 11 - Kepercayaan

    Bethany menatap Alex dengan serius, menunggu penjelasannya. Ia tidak terpikir ide apa pun bahwa Alex dengan tega melakukan itu kepada dirinya dan kepada timnya. Alex menarik napas panjang dan mencoba memberi jalan suara pada tenggorokannya agar tidak terbata-bata dalam menjelaskan. “Oke, dengar baik-baik. Kebakaran itu, ya itu jelas aku yang merencakannya. Dengan Danny.” “Danny? Dia juga terlibat dalam hal ini?” Bethany makin terkejut mendengar nama atasan barunya yang juga ikut andil dalam pembakaran pabrik tersebut. “Kau tahu, kebakaran itu. Kami sudah memastikannya dengan baik bahwa itu terjadi dengan aman. Tapi, tidak boleh ada yang tahu hal ini, Okay. Apa aku bisa mempercayaimu?” tanya Alex dengan nada yang sedikit ragu. “Itu tergantung jawabanmu,” jawab Bethany menegaskan posisinya bahwa dialah orang yang harus dibuat percaya, bukan sebaliknya. “Baiklah. Seperti yang kukatakan sebelumnya. Project ini dinamakan project buangan. Bukan hanya sekedar tidak ada yang mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 12 - Sebuah Pengungkapan

    Bethany sudah kembali ke kamarnya, ia langsung memasukan dirinya sendiri ke dalam futon di lantai dan menarik selimut sampai hampir menutupi seluruh wajahnya. Ia merasa aneh dengan perasaan ini, ia tidak suka melihat Alex berpelukan dengan Wendy, atau lebih tepatnya—dengan wanita lain. Bethany menghembuskan napas beberapa kali untuk menenangkan dirinya. Bethany hampir terkecoh dengan perasaannya sendiri. Ia teringat akan Bella. Sampai saat ini belum ada petunjuk sedikit pun tentang keberadaan Bella. Dan ia bahkan belum menemukan pelaku perundungannya. Dia baru sadar bahwa dia tidak tidur sendirian di kamar, ia mengintip ke arah Betty dan Vallery yang tertidur dengan lelap. Dia berpikir sejenak, mungkin dia harus mengakui siapa dirinya kepada rekan satu timnya. Lagipula, dia sangat penasaran alasan mereka setuju untuk bergabung. ***“Untuk apa kita dikumpulkan sepagi ini?” kata David yang masih menguap dan mengucek matanya. Setelah semalaman berpikir, Bethany akhirnya membulatkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21

Bab terbaru

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 58 - Jenius yang Sebenarnya

    -Kembali ke masa kini- "Jenius yang sebenarnya?" tanya Alex masih tidak mengerti ucapan Bella. "Rencana yang dibuat untuk menjatuhkan Wilson itu rencananya. Kalian pikir akan sejauh apa dampak dari rencananya ini?" tanya Bella mencoba memberi teka-teki. "Tunggu. Maksudmu, kau ingin kita memikirkan apa yang akan terjadi setelah Hardvey putus dari Wilson? Bukankah tujuannya hanya untuk membuat Wilson patah hati agar merasakan sesuatu yang berharga baginya direbut? Seperti yang dia lakukan pada Robert, merebut jabatannya di kantor." Danny mulai menjelaskan sesuatu yang ia rencanakan dengan Bethany dan rekan lainnya. Bethany mendengus pelan. "Kalian terlalu menganggap remeh rencana ini." Belum sempat Danny dan Alex bertanya lebih lanjut maksud dari ucapan Bella tersebut, ponsel Danny berdering. Ia melihat nama David di layar ponselnya. Danny segera mengangkat panggilan tersebut dan membuat percakapannya dengan mode loudspeaker. Bella mencegahnya, ia melirik ke arah Alex

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 57 - Obsesi

    (Flashback ke Bab 45) -Pertemuan pertama Bethany & Bella setelah beberapa bulan kabar hilangnya Bella- "Bagaimana? Sangat melelahkan bukan?Menyamar sebagai Bella," ucap orang itu dengan sebuah senyum kepuasan. Bethany terkejut dengan suara yang sangat ia kenal. Dengan tangan bergetar ia memalingkan wajahnya dari arah cermin ke sumber suara. Seseorang yang sangat mirip dengannya kini sudah berada di hadapannya. "B-Bella?!" Bethany dengan sigap memeluk kembarannya. Tubuhnya masih gemetar seakan tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat sekarang. "Kau baik-baik saja, kembaranku?" tanya Bella dengan senyum dan mata yang mulai berkaca-kaca. "Pertanyaan macam apa itu?! Aku yang seharusnya bertanya padamu. Apa kau baik-baik saja?" Bethany melonggarkan pelukannya dan menatap wajah kembarannya dengan untuk meluapkan seluruh emosinya. Ia teringat sebuah foto dengan luka yang bercucuran darah pada sebuah pergelangan tangan yang ada di dalam roadmap di balik lukisan yan

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 56 - Kesalahpahaman

    Danny dan Bella masih terus saling menautkan bibir mereka. Tanpa sadar, dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan mereka sejak tadi. Orang yang telah dengan geram dan menahan emosinya sendiri. Tidak puas hanya dengan menonton, orang itu akhirnya mendekati kedua kekasih yang baru saja melakukan 'reuni panas' mereka. Ia mencengkram kemeja Danny dan dengan cepat meninju wajahnya hingga tersungkur. Dengan rasa terkejut yang amat sangat dan menahan rasa sakit di wajahnya, Danny melihat siapa orang yang telah melakukan itu padanya. "Alex?! Sial. Apa yang kau lakukan?!" teriak Danny yang sangat tidak menerima pukulan tadi. Alex hanya terdiam dan malu mengungkapkan rasa cemburunya yang teramat sangat. Di sisi lain, wanita yang tadi bercumbu dengan Danny masih mematung terkejut dengan kejadian barusan. Wanita itu menghampiri Danny yang masih terduduk di atas aspal dingin basement hotel itu. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan khawatir. "Hei, apa aku benar-benar semudah

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 55 - Kembalinya Dia yang Hilang

    Keesokan paginya, sesuai janji yang dibuat oleh Danny dan Hardvey, mereka akan bertemu di basement hotel pukul sembilan pagi. Tanpa sepengetahuan Hardvey, David sudah memasangkan kamera pengawas di beberapa titik di lokasi pertemuan rahasia tersebut. Tidak hanya Danny, seseorang yang melewatkan malam panas dengannya juga sudah berada di sana untuk mengawasi. Lebih tepatnya, seorang wanita yang harus berada di sana untuk menjadi cameo dalam drama kali ini. "Kenapa dia lama sekali?" ucap Danny merasa gelisah. Tidak hanya gelisah karena menunggu targetnya yang akan datang. Namun, dia juga gelisah karena dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Hatinya masih berdebar mengingat kejadian panas semalam. Tubuhnya terasa lelah namun segar. Keringat dingin mulai terlihat di wajahnya, ia mencoba menahan diri untuk fokus pada rencana mereka kali ini. "Kau harus tenang," ucap wanita di sebelahnya. "Bagaimana aku bisa tenang? Aku masih memikirkan kejadian semalam, kau tahu?

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 54 - Hasrat Terpendam

    Pintu lift tertutup. Di sana, hanya ada dirinya dan Hardvey yang terlihat sangat terkejut akan tindakannya barusan. "Hei, apa yang kau-" Hardvey makin terkejut lagi melihat orang yang ada di hadapannya. "Kau, Willy kan?" tanya Hardvey begitu teringat orang yang beberapa kali tanpa sengaja bertemu dengannya. Terutama rambut perak yang sangat mencolok itu. Danny kebingungan, dia menyipitkan matanya setelah mendengar nama asing di telinganya. Beberapa saat kemudian dia tersadar bahwa orang di hadapannya menyebutkan nama samaran yang ia buat kemarin. "Ya, benar. Oh, kau Hardvey kan? Aktor yang kemarin menyeleksiku di audisi?" jawabnya. "Ya. Kau, menginap juga di sini?" tanya Hardvey mulai penasaran dan sedikit bersemangat. "Ya, aku menginap di sini." Danny mulai sedikit gugup. Firasat tidak enak kembali mulai dirasakannya. Apalagi, aktor itu kini semakin mendekatkan diri padanya. "Hei, kita tiga kali bertemu secara tidak sengaja seperti ini. Pasti ini takdir," ucap H

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 53 - Takdir yang Disengaja

    Setelah mengetahui letak hotel tempat Hardvey menginap, Danny dan David membooking kamar di hotel tersebut untuk melakukan rencana selanjutnya. Bethany membantu mereka di sana untuk mengawasi aksi mereka. "Kenapa dia harus menginap di hotel? Bukankah dia punya rumah pribadi yang lebih memiliki privasi?" tanya Danny. "Mungkin karena skandal itu, jadi dia terpaksa tidak tinggal di rumahnya dulu untuk sementara waktu," jawab Bethany. David yang sedang menyiapkan alat sadapnya menyahut, "Ya, benar. Jika kau melihat berita media online, skandal itu masih jadi topik pembicaraan yang panas di kalangan selebriti." "Bukankah hal seperti itu biasa di kalangan selebriti? Bahkan banyak selebriti yang terang-terangan mengaku mereka penyuka sesama jenis." Danny mulai mempertanyakan rasa penasarannya tentang skandal yang dibesar-besarkan tersebut. "Mungkin jika Hardvey adalah selebriti yang tidak laku di pasaran, berita itu akan cepat lenyap. Tapi, dia adalah salah satu selebriti ya

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 52 - Audisi

    "Hei, Danny. Apa kau mendengarku? Sudah cukup. Jangan terbawa suasana. Cepatlah keluar!" teriak Bethany di sambungan telepon. Danny langsung berdiri dari posisinya dan bergegas keluar toilet. Di luar toilet ia segera memegang earphone yang ada di telinganya. "Hei! Kau sangat kejam! Jangan mengatakan sesuatu seolah-olah aku menikmatinya!" teriak Danny dengan frustasi. "Bukankah kau sudah kelewatan menggodanya?" tanya David. Bethany hanya cekikikan dan tampak tidak merasa bersalah. "Tenang saja. Aku tahu persis dia tergila-gila dengan saudari kembarku. Dia tidak mungkin terbawa suasana seperti itu dengan laki-laki." Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu mobil van itu diketuk begitu kencang berkali-kali. Bethany menyadari siapa yang sebentar lagi akan masuk dan memakinya. Setelah pintu mobil van itu terbuka, terlihat raut wajah Danny yang penuh amarah. "Kurang ajar kau! Kata-katamu-" "Dia memang kelewatan. Tapi tenang dan masuklah. Kita harus bergegas perg

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 51 - Pura-Pura yang Menjijikan

    Beberapa jam kemudian, Danny dan Bethany sudah berada di dalam sebuah Cafe yang cukup sepi. "Hey, tidakkah warna silver ini terlalu mencolok?" kata Danny sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan warna rambut barunya. "Tenang saja, itu hanya untuk sementara. Kita butuh menjadikan dirimu pusat perhatian aktor itu, kau tahu," jawab Bethany berusaha menenangkannya. Danny dan Bethany mencari tempat duduk yang letaknya paling sudut di Cafe tersebut. Setelah duduk, Danny melihat sekeliling dan tidak menemukan target mereka. "Kau yakin dia akan datang ke sini?" tanya Danny. Bethany cekikikan dan berniat menggodanya. "Kau menjadi tidak sabar." "Diam kau! Jangan membuatku memikirkan hal menjijikan lagi." Bethany mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah. Dia juga sebenarnya sedikit tidak tega. "David sudah mencari tahu Cafe langganan tempat Hardvey dan manajernya biasa membahas project baru mereka. Dan ... karena hari ini adalah ulang tahun pemilik Cafe ini, dia pasti ak

  • MASK-UP : Revenge for My Twin   Bab 50 - Gelang

    "Alex?" ucap Bethany ketika hampir bersamaan dengan terbukanya pintu apartemen. "Ah, ternyata bukan," sambungnya lagi. 'Apa yang kuharapkan? Tentu saja Alex tidak akan ke sini lagi setelah bilang putus dariku,' batinnya dengan sedikit kecewa. "Kalau tidak salah, kau pengawalnya Alex yang di rumah sakit itu kan? Apa tadi kau yang mengirim pesan kepadaku menggunakan nomor telepon Alex?" tanyanya kepada pria bertubuh besar berotot di hadapannya. "Benar Nona. Perkenalkan, saya Gerard. Saya ke sini untuk mengembalikan ini." Bethany langsung membuka sebuah kotak kecil yang diberikan Gerard padanya. Ia melihat gelang yang pernah diberikan Alex di desa Woodwill. Bethany terkejut dan matanya membelalak, "Di mana kau menemukannya?! Aku benar-benar berpikir gelang ini sudah hilang." "Di kantor, Nona. Saya menemukan itu di dekat pintu masuk," jawab Gerard. Bethany mengambil gelang itu. Mengusap inisial nama BA di baliknya. Kemudian, ia mengembalikan gelang itu lagi kepada G

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status