Bethany melihat siapa yang baru saja datang. Betty, orang yang baru saja ia bicarakan diam-diam dengan Alex. Wanita berusia akhir 40 tahun dengan kacamata tebal dan rambut klimis dikuncir kuda. “Silakan masuk.” Bethany memberinya ijin dan menyuruhnya untuk duduk. Betty mengambil kursi di seberang Robert. Bethany nampak cukup terkejut melihat kemiripan Betty dan Robert. Mereka terlihat seperti saudara kembar berbeda jenis kelamin. Alex menyikutnya dari samping, membuyarkan lamunannya dan memberinya kode untuk memulai rapat ini. “Sepertinya semua sudah lengkap. Sebelum kita saling memperkenalkan diri, kami akan menjelaskan lebih dulu project yang akan kita kerjakan.” Alex mengambil alih percakapan dan menyalakan layar yang berada di tengah ruang rapat tersebut. “Baiklah, seperti yang kalian sudah ketahui. Aku, Bella Redwig—yang ditugaskan oleh Danny untuk menyelesaikan sebuah project yang selama ini selalu dihindari pada staff divisi marketing. Mereka menyebutnya, project buangan.”
Mereka semua sangat terkejut melihat kejadian di hadapan mereka. Mereka bahkan tidak sanggup mengangkat barang bawaan mereka sendiri. Pabrik yang menjadi satu-satunya harapan bagi mereka, kini habis terbakar. “Apa yang kalian lakukan? Cepat bantu kami!” Seseorang tiba-tiba memberi mereka beberapa ember dan menyuruh mereka untuk membantu. Alex dengan sigap menggulung lengan bajunya dan berlari menuju sumber air. Bethany yang melihatnya kembali tersadar dan tahu apa yang harus ia lakukan. “Cepat, bantu mereka!” Bethany berteriak kepada beberapa koleganya yang masih diam mematung. “Apakah pemadam kebakaran tidak akan datang?” tanya Vallery sambil ikut berlari.“Kemungkinan mereka tidak akan secepat dan setanggap seperti di kota,” jawab Betty yang sudah melepaskan kacamatanya. Mereka akhirnya perlahan berhasil memadamkan api. Tapi, hanya sebatas itu. Tidak terlihat satu benda pun yang terselamatkan. Bethany melihat sekeliling dan matanya tertuju pada beberapa orang yang menangis di
Keesokan harinya, Bethany dan timnya sudah berkumpul untuk membahas rencana mereka selanjutnya. Ia merasa tidak enak karena telah menyeret mereka ke dalam situasi ini demi untuk menemukan kembarannya. “Jadi, Alex. Kau menjanjikan satu minggu untuk kami mengatasi situasi ini. Apa kau memiliki rencana?” tanya Bethany pada Alex yang duduk di hadapannya. “Okay, sejujurnya. Kebakaran di pabrik itu sedikit menguntungkan bagi kita.” “Apa maksudmu?” tanya Bethany terheran. “Pabrik itu, dan apa yang dibuat di dalamnya, sudah tidak memiliki harapan jika terus dilanjutkan. Jadi, ini bagus karena kita bisa mereset semuanya. Memulainya dari awal.” “Maksudmu, kita bisa dalam waktu seminggu, mendirikan pabrik baru?” tanya Robret dengan skeptis. “Tentu saja tidak. Tapi, kita bisa membuat perjanjian baru dengan para warga.” Alex memperlihatkan sebuah dokumen di laptopnya, mereka melihat ada tabel nama-nama tumbuhan yang tidak mereka kenal. “Ini adalah daftar nama tumbuhan yang hanya
Bethany hampir berteriak karena gerakan yang tak terduga dari Alex. Kini Alex mencengkeram pinggulnya erat, seperti tidak akan melepaskannya. Bethany tidak berpikir ini konsekuensi yang akan dia terima akibat mencium pipi Alex sekilas. Alex makin mendekatkan dirinya dengan tubuh Bethany, suara napasnya makin jelas terdengar berat. Alex tampak ingin mengatakan sesuatu yang ia tahan sejak tadi. Bethany akhirnya mencoba melepaskan pelukan Alex pada pinggulnya. “Apa yang kau lakukan? Lepas!” protes Bethany.“Kau yang menggodaku duluan,” jawab Alex dengan tatapan misteriusnya. “Oke maaf. Aku melakukannya hanya karena ....” Bethany memikirkan kata yang tepat untuk dia ucapkan. “Karena kau sangat baik padaku.”“Oh. Jadi begitu, aku baik padamu?” Lagi-lagi Alex tampak kecewa dengan ucapan Bethany dan mulai melonggarkan cengkeramannya. “Aku harus pergi sebelum mereka kembali.” Bethany akhirnya keluar pemandian air hangat tersebut dengan perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumny
Bethany menatap Alex dengan serius, menunggu penjelasannya. Ia tidak terpikir ide apa pun bahwa Alex dengan tega melakukan itu kepada dirinya dan kepada timnya. Alex menarik napas panjang dan mencoba memberi jalan suara pada tenggorokannya agar tidak terbata-bata dalam menjelaskan. “Oke, dengar baik-baik. Kebakaran itu, ya itu jelas aku yang merencakannya. Dengan Danny.” “Danny? Dia juga terlibat dalam hal ini?” Bethany makin terkejut mendengar nama atasan barunya yang juga ikut andil dalam pembakaran pabrik tersebut. “Kau tahu, kebakaran itu. Kami sudah memastikannya dengan baik bahwa itu terjadi dengan aman. Tapi, tidak boleh ada yang tahu hal ini, Okay. Apa aku bisa mempercayaimu?” tanya Alex dengan nada yang sedikit ragu. “Itu tergantung jawabanmu,” jawab Bethany menegaskan posisinya bahwa dialah orang yang harus dibuat percaya, bukan sebaliknya. “Baiklah. Seperti yang kukatakan sebelumnya. Project ini dinamakan project buangan. Bukan hanya sekedar tidak ada yang mau
Bethany sudah kembali ke kamarnya, ia langsung memasukan dirinya sendiri ke dalam futon di lantai dan menarik selimut sampai hampir menutupi seluruh wajahnya. Ia merasa aneh dengan perasaan ini, ia tidak suka melihat Alex berpelukan dengan Wendy, atau lebih tepatnya—dengan wanita lain. Bethany menghembuskan napas beberapa kali untuk menenangkan dirinya. Bethany hampir terkecoh dengan perasaannya sendiri. Ia teringat akan Bella. Sampai saat ini belum ada petunjuk sedikit pun tentang keberadaan Bella. Dan ia bahkan belum menemukan pelaku perundungannya. Dia baru sadar bahwa dia tidak tidur sendirian di kamar, ia mengintip ke arah Betty dan Vallery yang tertidur dengan lelap. Dia berpikir sejenak, mungkin dia harus mengakui siapa dirinya kepada rekan satu timnya. Lagipula, dia sangat penasaran alasan mereka setuju untuk bergabung. ***“Untuk apa kita dikumpulkan sepagi ini?” kata David yang masih menguap dan mengucek matanya. Setelah semalaman berpikir, Bethany akhirnya membulatkan
Keesokan harinya, keenam anggota Revenge Squad telah berkumpul di ruang tamu penginapan. Mereka menatap tegang sebuah kertas yang dipegang oleh Alex. “Akan aku buka sekarang,” kata Alex sambil mengelus-elus amplop putih yang ia pegang seakan akan ada jin yang keluar dari dalamnya. Suara robekan kertas terdengar seperti instrumen musik film horror bagi mereka. Begitu menegangkan dan membuat setiap jantung waspada akan adanya jumpsqare.Alex tiba-tiba memasang ekspresi sedih di wajahnya. “Tidak apa-apa, kita akan coba cara lain,” kata Bethany mencoba menebak apa hasil dari uji laboratorium terhadap sample bahan baku produk kosmetik yang akan mereka buat. Alex kemudian duduk di kursinya dan menatap timnya satu per satu. Mencoba pengertian mereka akan hasil yang telah ia terima. “Sepertinya kita gagal,” ucap Vallery yang hampir menangis. Alex kemudian membuka suaranya lagi. “Kita berhasil.”Dua kata yang membuat seisi ruangan pecah dengan keriuhan sorak bahagia mereka. Pek
Setelah peresmian hubungannya dengan Alex, Bethany malah makin merasa bersalah kepada Bella. Tidak seharusnya dia malah bersenang-senang dengan orang lain ketika saudarinya menghilang. Tapi, rasa sukanya tidak bisa ia sembunyikan lagi. Alex juga telah membuktikan bahwa dia selalu ada untuknya dan membantunya. Bethany dan Alex kembali ke dalam ruangan. Anggota timnya sudah tidak ada, Bethany mencarinya di sekeliling penginapan dan menemukan mereka tertidur di kamar penginapan masing-masing. “Biarkan saja. Mereka belum tidur nyenyak sejak kemarin.” Alex mencegah Bethany ketika akan membangunkan para rekannya. “Jadi, selagi mereka tidur. Apa sebaiknya kita ....” Alex menyentuh lengan Bethany perlahan dengan jarinya dan tersenyum jahil.“Apa?! Jangan coba macam-macam!” Bethany sedikit memundurkan badannya dan menyilangkan kedua tangannya di dada. Alex tertawa kecil dan makin menggodanya.“Apa yang kau pikirkan? Aku hanya ingin mengajakmu berkeliling.”Bethany masih cemberut dengan kel