Home / Romansa / MAS, KAWIN YUK?! / [3] Pertanyaan Pembawa Bencana

Share

[3] Pertanyaan Pembawa Bencana

Author: qeynov
last update Last Updated: 2024-08-28 20:53:53

“Adnan, bawa mobilnya pelan-pelan aja, nggak usah ngebut, kasihan Cinta nanti takut.”

Ehey, nggak apa-apa Tante. Cinta tuh malah suka loh dibawa ngebut. Kalau kebutan-butan ntar jantung Cinta berdebar kayak pas lagi deket-deket Mas Adnan,” ucap Cinta, cengengesan.

Diah pun tertawa. Wanita itu mencolek dagu gadis yang ia harap dapat mengisi kursi menantu di keluarganya. “Waduw-Waduw. Bisaan banget nih, Cinta. Padahal Adnan yang digombalin, tapi kok Tante yang happy, ya?!”

“He-he-he..”

“Cinta..”

Cinta memalingkan wajahnya menghadap Adnan. Gadis itu tersenyum sembari menjawab, “ya, Sayang?”

Jawaban nyeleneh ala Cinta itu membuat Adnan mengembuskan napas. ‘Sabar,’ batin Adnan. Seperti itulah Cinta. Ia tak perlu mengambil hati kenyelenehan sekretarisnya.

“Ayo.. Jam makan siang sudah terlewat.” Ajak Adnan, sangat baku. Berbeda saat dirinya tengah berbincang dengan keluarganya.

Perbedaan sikap itu nyatanya mengusik maminya. Diah pun langsung menegur Adnan, mengatakan jika sikap putranya terlihat sangat menjengkelkan. “ini Cinta loh, Adnan! Anaknya Tante Nirmala, bukan bawahan kamu yang lainnya!” tutur Diah, mengingatkan siapa Cinta di hidup mereka.

Bagi keluarga Adnan, Cinta bukanlah orang luar. Sosoknya telah dikenal sejak gadis itu memakai diapers. Mereka bahkan sempat bertetangga sebelum akhirnya keluarga Cinta pindah ke kawasan lain.

Keluarga Cinta sendiri pindah karena mengalami kemerosotan usaha. Untuk mempertahankan showroom yang dibangun secara turun-temurun, ayah Cinta yang menjadi penerus pun terpaksa menjual rumah mewahnya sebagai modal tambahan.

Beruntung keadaan tersebut tak berlangsung lama. Meski tak dapat membeli kembali rumah yang mereka jual, tapi hunian tempat Cinta tinggal sekarang tergolong berada di kawasan yang sama elitnya dengan dulu.

“Kamu tau sendiri kan, gimana Mami sayang banget sama Cinta?”

“Maafin Adnan, Mi.. Adnan kebiasa karena di kantor kita kan nggak boleh beda-bedain karyawan.”

“Ck, alasan!” decak Diah, tak menerima alibi yang putranya kemukakan.

“Cinta, jangan sakit hati ya. Adnan emang gitu sejak kenal sama pacar barunya..”

Hah! Beginilah deritanya jika cinta tak direstui. Membuat sedikit masalah, kekasihnya pasti dibawa-bawa. Padahal kekasihnya saja tidak sedang bersama mereka.

“Cinta oke aja kok, Tante..” Cinta berjinjit. Gadis itu mendekatkan bibirnya ke telinga Diah seraya berbisik, “malah seksi tau Tan cara ngomongnya Mas Adnan. Cinta berasa lagi ngejar-ngejar Om-Om, hihihi..”

Kalimatnya itu pun meledakkan tawa Diah hingga terpingkal.

“Emang nggak salah Tante milih kamu jadi calon mantu..”

Adnan lagi-lagi memperluas stock sabarnya.

Ia sudah menganggap Cinta seperti adik sendiri. Tak sekalipun ia pernah melihat Cinta sebagai seorang wanita. Setiap pertemuan yang mempertemukan mereka sebelum terjadinya kontrak kerja, ia artikan layaknya jam pengasuhan dadakan.

“Mi, Bagas udah keliatan tuh..”

“Ah, iya, iya.. Cinta, besok kita makan siang bareng lagi ya..”

“Iya, Tante. Thania juga mau maem sama Tante Cinta lagi.”

Cip, Cip! Besok Tante Cinta bawain cimol ya buat kita ngemil.”

“Aaaa, maauuu...” pekik Nathania, tampak begitu antusias.

Antara Cinta dan Nathania memang sangatlah dekat. Mungkin karena Cinta termasuk pribadi yang humble, sehingga anak kecil pun senang bermain dengannya.

Diah dan Grace bercipa-cipiki sebelum ketiganya berpisah, sedang Nathania melambaikan tangan, berdada kepada Cinta sebagai salam perpisahan mereka.

“Mas..”

“Ya, Cin?”

“Kok diem? Mas nggak ngambil mobil?” tanya Cinta.

Adnan tertegun. Sekretarisnya memang agak lain. Gadis itu tak seperti sekretaris kebanyakan. Bisa dikatakan, disini, ialah yang tampak seperti pekerja.

Heum, Mas ambil dulu. Kamu jangan kemana-mana.”

Cinta menyodorkan ibu jarinya, tanda bahwa dia mengerti akan perintah Adnan.

DI DALAM MOBIL yang Adnan kemudikan, Cinta yang merasa bosan pun merubah posisi duduknya.

“Mas.. Mas Adnan..” Panggilnya mendayu, meminta perhatian dari atasannya yang kini sedang mengontrol roda kemudi.

“Cinta mau tanya sesuatu boleh nggak?”

“Tergantung dengan apa yang akan kamu tanyakan Cinta.”

“Aih, kok gitu sih Mas?” protes Cinta, mencebik.

“Saya sedang fokus sekarang. Kalau kamu tanya yang aneh-aneh, kemungkinan besar kita bisa kecelakaan dan membahayakan pengendara lain.” Aku Adnan, jujur sekali.

Cinta pun mengerucutkan bibir. Telunjuk gadis itu terulur, menusuk-nusuk lengan kiri Adnan yang berbalutkan tuxedo hitam.

“Nggak aneh kok, cuman agak ke ranah pribadi. Boleh ya?” Rayu Cinta, memelas.

Tak tega mendengar nada lemah Cinta, Adnan pun mengalah. Pria itu memberikan izinnya dengan syarat Cinta tak boleh menanyakan sesuatu yang menyebabkan keduanya kedalam masalah.

“Yeeee!! Makasih Mas. Cinta mulai ya..”

Dibalik roda kemudi, Adnan mempersiapkan mental. Ia tidak tahu hal pribadi apa yang akan Cinta sasar— hanya saja, ia perlu untuk mempersiapkan diri mengingat uniknya sekretarisnya.

“Ehem.. Jawab yang jujur ya..”

Cinta mengepalkan tangannya lalu mengantarkan kepalannya ke depan bibir Adnan, seakan menganggap jika tangannya itu adalah sebuah microphone.

“Pertama, apa sih yang bikin Mas suka sama Mbak Ara?”

Diam-diam Adnan merasa lega. Ternyata Cinta tidak sedang kumat, begitulah pikir pemuda yang hampir melewati masa expirednya itu.

“Karena dimata saya dia sangat cantik,” tutur Adnan, bangga dengan kecantikan kekasihnya.

“Alah, basi! Mana ada cewek yang nggak cantik Mas Adnan! Mas Adnan nggak asik nih!”

Adnan pun terkekeh. “Kan kamu suruh saya jujur, Cin. Saya sudah jujur loh..”

“Hih!! Old people emang nggak kreatif!” dumel Cinta.

Next..” Adnan meminta Cinta untuk menggulir pada pertanyaan selanjutnya. Jika tidak salah dengar, Cinta tadi menyebutkan adanya indikasi kalau pertanyaan yang akan dia ajukan tak hanya satu buah saja.

“Apa iihh! Belom, belom! Kasih jawaban lagi. Ya kali cuman itu doang yang bikin Mas Adnan klepek-klepek sampe nentang keluarga!”

Cinta ingin mengorek informasi lebih dalam. Kalau hanya cantik saja, pesonanya sebagai gadis cantik juga tidak kaleng-kaleng. Ia bahkan selalu menjadi most wanted setiap kali bersekolah— itulah mengapa saat cintanya bertepuk sebelah tangan, harga dirinya sangat-sangat menolak untuk percaya.

“Oke, Oke. Tolong duduk yang tenang, Cinta. Tangan kamu menghalangi pandangan saya.”

Cinta menurunkan tangannya, membenarkan letak microphon abal-abalnya sesuai perintah Adnan.

As person, Arabela menawan. Dia mandiri..”

“Aduh, Mas Adnan!!” Sekali lagi Cinta mengudarakan protesnya. “Kalau mandiri sih Cinta juga mandiri, Mas. Tiap hari loh Cinta mandinya sendiri!”

Adnan tidak tahu apakah ia harus menangis atau tertawa mendengar dumelan sekretarisnya. Siapa pun pasti tahu bukan ‘itu,’ yang dirinya maksud dengan kata mandiri.

“Udah deh, kita ganti aja sistem jawabnya.. Jawaban Mas jelek, nggak memuaskan rasa ingin tahunya Cinta!”

Cinta lantas menjelaskan jika Adnan hanya perlu menjawab dengan ‘ya’, atau ‘tidak,’ dari setiap pertanyaan yang gadis itu ajukan.

“Paham kan, Mas?”

“Ya, Mas paham, Cinta.”

Cinta bertepuk tangan sekali.

Pak!

Okay, here we go! Bener atau nggak Mas suka sama Mbak Ara karena te*teknya super gede?!”

Cyyyiiiiittttt!!!!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • MAS, KAWIN YUK?!   [4] Giliran Cinta Biar Adil!

    “Ya Ampun, Mami kan udah bilang bawa mobilnya tuh pelan-pelan. Belom juga ada satu jam kita pisah, ketemunya malah di kantor polisi!”“Coba kamu jadi anak tuh nurut apa kata Mami, Nan. Dijamin hidup kamu bener, nggak kena azab kayak begini!”“Udah tua loh kamu itu!”Adnan harus rela mendengar caci-maki maminya. Wanita itu tidak tahu saja jika penyebab mengapa anak laki-lakinya sampai digelandang menuju kantor polisi setempat, tak lain disebabkan oleh calon menantu yang sangat diidam-idamkan olehnya.“Mami, enough ya. Diliatin Pak Pol-nya tuh, Mam..” Ucap papi Adnan, mencoba menenangkan sang istri yang uring-uringan.“Bela aja terus, Pi. Adnan ini mending nggak usah balik Indo kalau kerjaannya bikin kesel Mami aja..”Adnan mengerjapkan kelopak mata. Padahal ia pulang ke tanah air sudah lama sekali, itu pun karena desakkan sang mami yang tak mengizinkannya menetap di Singapura.“Cinta, Sayang. Kamu baik-baik aja kan? Nggak ada luka apa lecet kan, Sayang?!”Cinta mengangguk, “nggak ada, T

    Last Updated : 2024-08-28
  • MAS, KAWIN YUK?!   [5] Mungkinkah Adnan Cemburu?!

    Bagaimana caranya agar Cinta mengerti bahwa hubungan mereka tidak dapat berkembang menjadi sebuah romansa?! Pemikiran itulah yang terus mendiami otak Adnan sejak dirinya menduduki kursi kerja di ruang kantornya. Adnan tak memikirkan mobil mahalnya yang harus memasuki tempat reparasi. Ia merasa bahwa kejadian nahas itu terjadi akibat kesalahannya yang rupanya masih belum sigap menghadapi sikap ajaib sekretarisnya.“Cinta, bagaimana cara untuk menghentikan kamu?” monolog Adnan sembari mengetuk-ngetukkan punggung ruas jari tengah pada meja kerjanya.Bibir pria itu terlipat ke dalam dengan wajah yang kental akan ekspresi berpikir keras.“Hah!” hembus Adnan melalui kedua lubang hidungnya.Sungguh, kasih sayang yang Cinta berikan untuknya sangatlah memberatkan. Dengan menolak Cinta bukan berarti dirinya ingin menyakiti hati gadis itu.Tidak! Penolakan itu tak bermaksud demikian.Adnan menolak karena ia memang tak lebih terhadap anak sahabat ibunya. Selain itu, ia juga harus menjaga hati k

    Last Updated : 2024-08-28
  • MAS, KAWIN YUK?!   [6] Ketika Menantu Idaman Menangis

    “Mas Oppa, Mas..”“Cinta, Mas dan Oppa kan artinya sama. Pakai saja salah satu.” Ujar Adnan, mencoba membenahi panggilan ganda yang diberikan Cinta untuk Nathan.“Loh, enggak.. Menurut Cinta tuh harus disebut dua-duanya, Mas Adnan.”Nathan tertawa kecil. Sejak Cinta membawakan sendiri minuman yang Adnan pesan untuk dirinya, ia sudah mengira jika Cinta pasti akan bergabung ke dalam obrolan mereka— dan benar saja.. Alih-alih kembali ke mejanya, gadis itu justru mendudukkan diri pada lengan single sofa yang Adnan tempati.Anehnya, sebagai seorang atasan sekaligus anak pemilik perusahaan, Adnan sama sekali tidak terlihat memendam amarah kala mendapati kelancangan bawahannya. Pria itu bersikap biasa saja seolah hal tersebut bukanlah bentuk ketidak-sopanan pekerjanya.“Ya sudah.. Suka-Suka kamu saja, Cin..” balas Adnan dengan helaan napas yang menjadi pembuka kalimatnya.“Mas Adnan nggak nanya alasannya?”“Saya harus tanya?”“Ung..” Angguk Cinta.Nathan menyimak interaksi keduanya. Kalau sa

    Last Updated : 2024-08-28
  • MAS, KAWIN YUK?!   [7] Cinta Minta Resign

    Adnan merasa tak tenang. Dia dalam lift yang membawa-nya turun, kakinya terus saja bergerak mengelilingi kotak lift.Sampai pada lobby perusahaan keluarganya, Adnan pun bergegas untuk keluar. Pria itu lalu memacu kuda-kuda kakinya.“Selamat siang, Pak Adnan..” Sapa beberapa karyawan setiap kali mereka berpapasan dengan Adnan.“Ya, ya.. Sorry saya buru-buru..” Ucap Adnan, meminta pengertian jika saja tanggapannya terdengar dingin ditelinga para karyawannya.Ketika indera penglihatannya menangkap Cinta yang hendak menaiki sebuah mobil, Adnan pun berteriak disela-sela langkah kakinya. “Cintaaa... Ciiiin!!”“Cin.. Tunggu Mas, Cintaa!!”Nahas, Cinta mengabaikan panggilan Adnan. Meski gadis itu sempat ditahan oleh pihak keamanan yang berjaga di depan pintu lobby, nyatanya Cinta tetap menutup pintu mobilnya dan berlalu pergi seolah Adnan tak pernah memanggil namanya.“Pak, kenapa sekretaris saya dibiarkan pergi?”“Bu Cinta bilang ada emergency, Pak Adnan.”“Ya?”“Kata Bu Cinta, Ayahnya ketahu

    Last Updated : 2024-09-04
  • MAS, KAWIN YUK?!   [8] Efek Cinta Minum Soju

    ‘Maaf, pemilik nomor yang Anda hubungi sedang tidak mood berbicara dengan Anda. Silahkan hubungi lagi tahun depan..’Klik!Dibalik roda kemudinya, Adnan pun terperanjat. Ia bahkan belum sempat melayangkan salam sapaan, tapi pemilik nomor yang ia hubungi sudah lebih dulu memblokade akses komunikasi mereka.Tahu jika Cinta akan mengulangi hal yang sama, Adnan pun memilih mengirimkan pesan singkat melalui aplikasi perpesanan.Cinta, kamu dimana? Bisa kita bertemu? Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan kamu.Satu detik setelah pesannya terbaca, kedua mata pria itu pun membola. Ia tak lagi menemukan foto Cinta pada profil kolom chat mereka. Singkatnya, kontaknya telah dimasukkan ke dalam daftar hitam atau ramai dikenal dengan block.“Lalu saya harus bagaimana?” gumam Adnan, bermonolog. Hubungan dengan maminya sedang dipertaruhkan, sedangkan Cinta yang memegang kunci dari hubungan mereka justru menghilang.Ponsel Adnan berdering. Tanpa melihat ID penelepon, Adnan yang mengira jik

    Last Updated : 2024-09-04
  • MAS, KAWIN YUK?!   [9] Janji Adnan untuk Bertanggung Jawab

    Susah payah Adnan mengejar dan menangkap tubuh Cinta. Setelah bermain kejar-kejaran mengelilingi tenda restoran, Adnan akhirnya dapat memboyong Cinta ke dalam mobilnya.Andai saja gadis itu tak kehilangan energi, mereka mungkin akan bermain sampai matahari menyinari kota Jakarta.“Kamu terlalu unik sampai-sampai saya nggak kuat ngadepinnya, Cinta.”“Babi, go away.. Gue naksirnya udahan aja.. Capek..” Racau Cinta, pelan, sembari memiringkan tubuhnya.Adnan mengulum bibirnya. Ia lalu membalas racauan yang Cinta udarakan dengan, “ya.. Lebih banget begitu, Cinta. Jangan sakit lagi gara-gara saya. Saya yakin di luar sana akan ada laki-laki yang jauh lebih pantas menerima cinta kamu.” Adnan membelai puncak kepala Cinta. Namun ia segera menarik tangannya cepat.Pekerjaan rumah Adnan tak selesai hanya pada ditemukannya Cinta. Tertangkapnya gadis yang kabur itu menjadi titik awal pekerjaan besar Adnan.Cinta yang tak sadarkan diri tidak memungkinkan untuk diantarkan pulang ke kediaman orang tua

    Last Updated : 2024-09-05
  • MAS, KAWIN YUK?!   [10] When Adnan Ditolak Cinta

    Hangat!Cinta merasakan kehangatan seolah guling yang ia dekap dalam tidurnya berbeda dengan malam-malam sebelumnya.Guling itu terasa seperti suhu tubuh manusia, terlebih telinganya juga menangkap adanya detak beraturan yang tampaknya berasal dari jantung seseorang.‘Wait, jantung?!’Sadar akan adanya keganjilan pada gulingnya, mata yang tertutup pun terbuka dengan lebarnya.Cinta termangu dalam keadaan shock berat.“Shit!” Cinta mengumpat tertahan kala menyadari jika dirinya kini tidak sedang berada di kamarnya.“What, What..” Pekik Cinta panik dengan tubuh terdorong ke belakang. Bersamaan dengan hal itu, Cinta pun mengetahui jika saat ini dirinya tengah tertidur di dalam pelukan seseorang.Kedua mata Cinta pun terbelalak hebat. Ia menyusupkan kedua tangannya pada sela-sela tubuh keduanya, lalu membekap mulutnya kuat-kuat.“Te-telanjang..” gagap Cinta usai mengetahui penampilan pria yang memeluknya.Jangan tanya mengapa Cinta bisa mengetahui jenis kelamin manusia jahanam yang melaku

    Last Updated : 2024-09-05
  • MAS, KAWIN YUK?!   [11] Drama Keluarga Adnan

    Berselang beberapa detik dari kepergian Cinta, Adnan pun mengekor keluar. Pria itu berjalan cukup santai meski tahu kehebohan seperti apa yang nantinya akan menimpanya.“Mbak, tolong sisir untuk rapiin rambut Mbak Cinta..” pinta Adnan pada pelayan yang baru saja menyuguhkan jamuan untuk kedua orang tua Cinta.Ia memposisikan diri dibelakang tubuh Cinta, melayangkan tangan kanannya pada puncak kepala sang adik. “Rambut kamu acak-acakan, Cin. Sini saya rapihin.” Ucapnya membuat orang-orang yang melihat keduanya terhenyak ditempat.Keadaan tersebut tak berlangsung lama. Setelah mampu menguasai dirinya, ibunda Cinta pun mengirimkan sinar laser dari sorot matanya yang tajam.“Cinta.. Bisa kamu jelasin kenapa kamu ngilang, terus tiba-tiba malemnya nginep di rumah Tante Diah?”“An-Anu..” Cinta membelitkan jari tangannya, tampak kentara jika dirinya sedang gugup.Setelah mendapatkan informasi terkait keberadaan sang putri, baik Nirmala atau pun Dimas, keduanya berniat membawa pulang Cinta. Nam

    Last Updated : 2024-09-05

Latest chapter

  • MAS, KAWIN YUK?!   [101]

    “O-iya loh. Mirip.” Samuel tak hentinya memandangi album foto berisikan potret bayi mungil yang tak lain adalah menantu perempuannya. Ia lalu menggeser pandangan, memindai kembali rupa cucu hasil pernikahan putranya dengan wanita itu. “Nggak ada bedanya sama sekali. Plek-ketiplek kayak yang Cinta bilang.” Plak! Gemas dengan keheranan suaminya, Diah pun melayangkan pukulan pada pundak pria paruh baya itu. “Apa sih, Pi? Masa baru percaya sekarang. Kita loh punya fotonya Cinta dari segala usia.” Tutur ibu kandung Adnan itu, memarahi Samuel yang baru bisa mempercayai penuturan mereka. Sudah dibilang Amora itu cetakannya Cinta. Tidak ada satupun bagian dari Cinta yang terlewat dalam proses terbentuknya rupa cucunya. “ini kali ya, yang dibilang kita punya 7 kembaran.” Diah melengos sedangkan Dimas, besannya— pria itu mengedikkan bahu. ‘Suka-Suka lo aja-lah, Sam.’ lontar Dimas, membatin. “Ckckckck! Niar banget loh sampe bawain foto bayi aku. Orang tuh nengok lahiran bawa makanan

  • MAS, KAWIN YUK?!   [100]

    Amora Anindya Wiyoko— nama itu Adnan ciptakan dengan mengingat sang istri dalam setiap pertimbangannya. Amora, suku pertama ini Adnan ambil dari kata amor yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia, akan merujuk pada nama wanita yang telah bertaruh nyawa untuk melahirkan putrinya. Sedangkan untuk Anindya, Adnan mengambilnya dari bahasa Sansekerta yang berartikan cantik. Paras ayu Cinta pasti akan menurun pada sang putri. Adnan berharap putrinya kelak dapat tumbuh rupawan seperti halnya istri yang ia kasihi. “Astaga.. Cinta banget mukanya. Padahal anak cewek loh.” Dan, yah! Harapan Adnan terkabul. Gen istrinya bekerja lebih banyak, membuat Adnan kini mempunyai miniatur wanita yang sangat dirinya cintai. “Bangun-bangun pingsan ini anaknya.” Mendengar celotehan ibu mertuanya, Adnan pun tak dapat menahan kekehannya. Semoga saja istrinya tidak berulah setelah sadar. “Aneh banget ya? Anak cewek loh. Kok malah lebih mirip mamanya daripada papanya.” Ucap Dimas, ikut heran sama se

  • MAS, KAWIN YUK?!   [99]

    “Simon gimana, Mas? Ada bales?” Adnan menggenggam erat telapak tangan Cinta. “Sayang.. Nggak usah mikirin Simon dulu ya.” Ia lalu meminta agar sang istri fokus pada persalinannya saja. Bagaimanapun juga, ketidakhadiran istrinya dalam pernikahan pria itu berada diluar kendali manusia. Absennya Cinta disebabkan oleh perihal yang tidak dapat diganggu gugat oleh seorang makhluk. Sungguh, ini benar-benar diluar kuasa mereka. “Iya, Cin. Bunda juga udah minta maaf ke maminya Simon. Kamu tenang aja. Simon pasti ngerti.” Ucap Nirmala, membelai kepala putrinya. Dini hari menjelang subuh, sahabatnya menelepon, mengabarkan jika Cinta mengalami kontraksi hebat. Setelah dilarikan ke rumah sakit ibu dan anak di daerah Kemang, dalam perjalanannya menyusul sang putri, ia mendapatkan kabar bila Cinta sudah mengalami pecah ketuban. Saat itulah, ditengah kepanikannya, ia menghubungi mami Simon. “Sakit, Mas.” “Sabar ya, Sayang. Kamu.. Kamu mau operasi aja?” tanya Adnan, semakin tak tega melihat sang i

  • MAS, KAWIN YUK?!   [98]

    “Bun, shopping yuk.” Ajak Cinta, tiba-tiba.Mendengar itu, Nirmala pun menghentikan aktivitas menyulam yang sedang ia kerjakan. Ia menatap sang putri, lalu bertanya, “mau belanja apa?” Saat putri dan menantunya berkunjung bersama suaminya, ibunda Cinta itu tengah mengisi waktu luangnya dengan menciptakan sebuah karya yang nantinya akan ia jadikan sebagai hadiah kelahiran cucu pertamanya.“Emang kalau shopping harus udah ada yang mau dibeli dulu ya?”“Ya, iya dong. Kocak ini anak. Kalau nggak ada yang mau dibeli, ngapain kamu ngajakin Bunda belanja?”“Astaga, Bun. Konsep dari mana itu? Nggak mesti ya! yang penting pergi aja dulu. Ntar juga pasti ada yang pengen dibeli.”Nirmala pun berdecak dan decakkannya itu membuat Cinta kembali berkata-kata.“Please, Bun. Jangan pelit-pelit banget sama diri sendiri. Suami Bunda loh banyak duit. Matanya dimanjain. Kalau nemu barang bagus, bungkus. Shopping diluar kebutuhan nggak akan bikin Bunda miskin kok.”Nirmala menggelengkan kepala, tak habis p

  • MAS, KAWIN YUK?!   [97]

    Keributan yang disebabkan oleh Cinta di dalam showroom milik sang ayah dapat teratasi dengan cepat setelah Dimas mendatangkan relasinya bersama datangnya satu unit motor bebek keluaran terbaru ke hadapan si ibu hamil. “Kalau ini dijamin Ibunya bisa naikin.” Seloroh Dimas, menepuk bagian kepala motor yang didatangkannya.Tahu bahwa ayahnya kesal, Cinta pun meringis. “Hehe..” Ia menunjukkan deretan gigi putihnya. Memasang ekspresi bersalah yang dibalut dengan cengiran manisnya. Ia kan hanya ingin berbuat baik. Berhubung ayahnya mempunyai bisnis jual-beli kendaraan, situasi itu hendak ia manfaatkan agar dirinya tak perlu keluar uang.“Moge yang tadi keren loh padahal. Ibu beneran nggak mau?” tanya Cinta untuk memastikan apakah si ibu benar-benar tidak berminat dengan motor yang ia pilihkan.Sedikit ngeyel nggak ngaruh kan? Toh keluarga ayahnya tidak akan jatuh miskin hanya karena menghibahkan sebuah motor.“Nggak, Non. Bahaya. Selain saya nggak bisa naikinnya, di lingkungan saya pasti r

  • MAS, KAWIN YUK?!   [96]

    Kata siapa menjadi istri pria kaya akan menghindarkan kita dari berbagai masalah? Siapa yang bilang, hah?!Sebagai istri pria keyong-reyong yang nantinya akan mewarisi kerajaan bisnis papi mertuanya, Cinta dengan sungguh menolak keras statement menyesatkan kaum materialistis itu.Para wanita yang memiliki pemikiran sesempit itu, Cinta yakin mereka hanya hidup di dalam angan-angan indah belaka. Mereka jelas merupakan kaum-kaum pengkhayal yang tak melibatkan unsur kelogisan ke dalam cara berpikirnya.Mana ada kaya sama dengan bebas masalah. Tidak seperti itu, Suketi! Karena yang namanya masalah pasti tidak memandang kasta. Akan tiba masanya dia datang tanpa membawa surat undangan. Seperti sekarang contohnya.“Hiks, itu orangnya mati nggak, Pak?” Cinta bertanya dengan tangis sesenggukannya.Secara tidak sengaja ia terlibat dengan kecelakaan ketika hendak menyusul Adnan. Sejak meninggalkan kediaman orang tua suaminya, ia tidak pernah menyusun planning untuk menabrak pengendara lain di jal

  • MAS, KAWIN YUK?!   [95]

    “Engh.” Cinta mengerang. Wanita itu menengadahkan kepala, menarik napas dalam-dalam untuk ia hembuskan lagi keluar. “Mau kemana, Sayang?!” Dibelakang meja kerjanya, Adnan memperhatikan pergerakan sang istri. Sedari tadi ia melihat Cinta yang bergerak gelisah seolah tak mau duduk tenang di atas ranjang mereka. Selama masa kehamilan akhir Cinta, Adnan telah memindahkan meja dari ruang kerjanya ke dalam kamar. Maminya yang sangat khawatir dengan menantu perempuannya, meminta Adnan untuk tak berada jauh dari sisi sang istri. Sebentar lagi, meja yang ia gunakan ini juga akan diturunkan ke kamar baru mereka di lantai satu. “Ke bawah.” “Loh, ngapain?” “Feelingku bilang, bentar lagi orang Korea itu balik.” Plak! Adnan memukul kening— ini toh yang membuat istrinya tak tenang sedari tadi. “Mereka nggak akan pulang, Sayang. Kan tadi Mbak Grace telepon, bilang kalau bakalan nginep sana.” “Pulang, Mas. Mas nggak percaya sama feelingnya aku?” Adnan mau tak mau bangkit dari kursinya.

  • MAS, KAWIN YUK?!   [94]

    Samuel— ayah mertua Cinta, pria paruh baya itu hanya bisa menunduk lesu sembari mendengarkan omelan istrinya. Ia juga tidak tahu kalau putri dan menantunya yang lain tidak akan pulang ke rumah malam ini. “Lagian Papi ngapain pake janji-janji ke Cinta? Ngambek kan anaknya.” Sungguh terlalu! Jika sebelumnya ia dihadapkan pada kebingungan untuk mengusir Nathan, sekarang perasaan itu kembali ia rasakan setelah sempat merasakan kelegaan. Sebelumnya ia sangat gembira mendengar kabar bahwa Nathan tak akan pulang. Pria berdarah campuran Korea-Indonesia itu memboyong anak dan cucunya pulang ke rumah maminya. Memang setelah anak-anak mereka menikah, besannya itu memutuskan untuk pindah meninggalkan kota kelahirannya. Semarang dirasa cukup jauh meski dapat ditempuh secara singkat menggunakan pesawat. Setidaknya dengan begitu, besannya berharap jika Nathan dan keluarga kecilnya dapat lebih sering berkunjung menjenguknya. “Kayaknya Nathan tuh punya kekuatan deh, Mi. Masa iya dia tiba-tiba

  • MAS, KAWIN YUK?!   [93]

    “Kok bisa?! Kamu tau dari mana?” “Anaknya, Mbak. Dia di rumah sekarang.” “Jadi Simon pulang bawa kabar kalau dia sakit parah?!” tanya Nirmala yang anehnya justru dibalas dengan gelengan oleh mami Simon. “Loh, ah! Terus kamu tau kalau dia sakit dari mana?” “Itu— Dia bilang, dia setuju buat nikahin Louise. Gila kan?! Anakku pasti sakit parah. Kalau enggak, nggak mungkin dia tiba-tiba mau tanggung jawab.” “...” Fix! Gelar ibu durhaka abad ini pastilah dimenangkan oleh mami Simon. Wanita itu memiliki kriteria unik yang tidak dimiliki oleh para nominator lain, yaitu pemikiran yang secara tidak langsung menjadikan kata-katanya sebagai doa untuk memendekkan umur putranya. “Kok kamu diem aja sih, Mbak? Aku lagi panik loh ini.” Sama seperti bundanya yang langsung terdiam, Cinta yang diam-diam menguping pun ikut kehilangan kata-kata. Ia jadi kasihan pada Simon. Kalau saja Simon melihat kedurhakaan maminya, Cinta jamin sahabatnya itu pasti akan tantrum dua hari dua malam. “Ekstrim ju

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status