Share

[4] Giliran Cinta Biar Adil!

“Ya Ampun, Mami kan udah bilang, bawa mobilnya tuh pelan-pelan.. Belom juga ada satu jam kita pisah, ketemunya malah di kantor polisi!” 

“Coba kamu jadi anak tuh nurut apa kata Mami, Nan.. Dijamin hidup kamu bener, nggak kena azab kayak begini!”

“Udah tua loh kamu itu!”

Adnan harus rela mendengar caci-maki maminya. Perempuan itu tidak tahu saja jika yang gadis yang disukainya lah yang menyebabkan anak laki-lakinya digelandang menuju polres setempat.

“Mami, enough ya.. Diliatin Pal Polnya tuh, Mam..” Ucap papi Adnan, mencoba menenangkan sang istri yang uring-uringan. 

“Bela aja terus, Pi.. Adnan ini mending nggak usah balik Indo kalau kerjaannya bikin kesel Mami aja..”

Adnan mengerjapkan kelopak matanya. 

Padahal ia pulang ke tanah air sudah lama sekali, itu pun karena desakkan sang mami yang tak mengizinkannya menetap di Singapura.

“Cinta, Sayang.. Kamu baik-baik aja kan? Nggak ada luka apa lecet kan, Sayang?!” 

Cinta mengangguk, “nggak ada, Tante.. Jantung Cinta doang aja yang rasanya kayak lagi diajak nikah sama Mas Adnan..” 

Jika karena maminya Adnan mengerjap, maka kali ini, mata itu berotasi usai mendengar penuturan sekretarisnya.

Antik memang!

Hanya Cinta seorang yang ketika berada di kantor polisi tetap percaya diri dalam melancarkan rayuan.

Adnan salut meski gemas juga.

“Cinta, ih!! Ya udah, kamu santet aja itu si Ara biar kamunya dinikahin Adnan..”

“Heh!” Pekik papi Adnan. “Di kantor polisi ini..” imbuhnya, memperingati sang istri supaya tidak berkata yang tidak-tidak.

Jika sudah bersama calon menantu idaman, istrinya memang suka tidak tahu tempat. Lihat sendiri betapa percaya dirinya mulu sang istri ketika merencanakan tindak kejahatan. 

“Kris, kamu urus ya.. Mati cepet saya nanti kalau lama-lama disini.” Ucap papi Adnan, menyerahkan seluruh penyelesaian kepada salah satu pengacara keluarganya.

“Nan, Nan.. Abis ini Cinta dianterin pulang aja. Nggak bagus kalau lanjut kerja sedangkan dia lagi shock gini..”

Adnan mengerutkan keningnya. Berbanding terbalik dengan kalimat yang maminya ucapkan, Adnan sama sekali tak melihat adanya tanda-tanda guncangan dalam diri sekretarisnya. 

Perempuan itu terlihat seperti biasanya, masih energik dan butuh pertolongan peruqyah. 

“Mas jangan liatin Cinta mulu dong.. Cinta kan jadi salting ih..”

Nah, kan?! Adnan bilang juga apa! Cinta ini harus segera diruqyah supaya tidak menjadi hamba yang tersesat.

“Saya lihatnya ke papan dibelakang kamu, Cinta.. Kurang-kurangin ya PD-nya.. Nanti kamu gila loh.”

Plak!!!

“Kurang ajar! Berani ya kamu jahatin Cinta didepan Mami?! Mau Mami coret bagian kamu, hem?!” 

Mami Adnan lalu memeluk Cinta, meminta maaf atas kekurangajaran anaknya dan berharap Cinta tidak sakit hati atas perkataan putranya. 

“Aman, Tante.. Everything about Mas Adnan, Cinta tuh pasrah kok.. Kalau mau dijadiin selingkuhan juga Cinta pasrah, hehehehe…”

Adnan menyerah..

Ia lelah menghadapi modus Cinta. Stok sabarnya hari ini perlu diisi ulang lagi supaya still waras. 

“Ayo..” karena tidak ingin terlalu lama merasakan pening, Adnan menarik lengan Cinta, menyeret gadis itu agar mereka segera meninggalkan kantor kepolisian.

“Aduh! Anak orang ditarik-tarik begitu, kalau hamil gimana?!”

Papi Adnan mendesah. “Ditariknya ke mobil kita, Mi.. Bukan ke hotel.. Anakmu aja masih nggak doyan saka si Cinta.”

Mendengar itu, kedua pundak mami Adnan pun berjengit. 

“Hush! Harusnya Papi bilang amin dong biar Mami tuh cepet dapet cuci!” 

“Hadeh! Nanti Papi kasih tau caranya kalau ngebet pengen dapet cucu cepet. Sekarang pulang dulu. Muka Papi udah longsor, nggak kuat ketemu orang?l”

Kedua orang tua Adnan pun menyusul langkah kaki keduanya, meninggalkan pengacara keluarga yang tak dapat menahan rasa herannya.

“Tolong dimaklumi, Pak.. Kedua klien saya dijodohkan tapi salah satunya sudah punya kekasih.” 

“Itu kekasihnya?” 

“Bukan.. itu gadis yang dijodohkan dengan klien saya.”

“Oh, pantes nggak mau, orang anaknya begitu..”

Kris bergidik. Cinta memang cantik, tapi ya begitulah.. Ia kalau jadi anak atasannya pun juga pasti menolak mentah-mentah.

Di pelataran kantor polisi, Cinta dan Adnan tengah memperdebatkan suatu hal menurut Bagas aneh. Bagas sendiri adalah supir pribadi yang ditugaskan untuk mengantar jemput mami Adnan.

Disana terlihat Adnan yang berjuang mati-matian dalam mempertahankan tutur katanya. Pria itu tampak memberikan pengertian dengan suara yang sangat lembut.

Kepada siapa?!

Pada siapa lagi kalau bukan sekretarisnya!

“Cinta, nggak bisa loh kita kita berdua di depan.. Kursi joknya nggak akan cukup diduduki saya dan kamu sekaligus.”

“Bisa Mas Adnan.. Di dunia ini nggak ada yang nggak bisa..”

Kepala Adnan seketika berdenyut. Jika ia yang katanya sabar saja bisa kesal, bagaimana para manusia yang tingkat kesabarannya setipis tisu?

Bisakah mereka menghadapi kekeraskepalaan sekretarisnya ini? Sepertinya sih tidak. Adnan sanksi kalau nyawa Cinta masih tetap selamat.

“Ya sudah.. Sekarang kamu kasih tahu saya caranya..”

“Abis Cinta kasih tau, Mas Adnan nggak boleh nyuruh Cinta duduk belakang ya?”

“Ya kalau kamu nggak mau, biar saya yang duduk sama Mami-Papi.”

Cinta pun mencebik dengan bibir yang ia monyongkan setelahnya.

“Aduh!! Panas di luar, kenapa nggak masuk mobil, Cinta? Nanti kamu pusing loh.” Ujar mami Adnan, khawatir. Perempuan itu berlari sesaat setelah mengetahui keberadaan Cinta.

“Bentar, Tante. Cinta lagi ngajuin transaksi penting.”

“Eh, transaksi apa?” tanya mami Adnan, kepo.

“itu, Mas Adnan nggak percaya kalau kita berdua bisa duduk didepan bareng Mas Bagas..”

“Lah?! Emangnya bisa? Kan jadi sempit, Cin.”

“Bisa.. Kan Mas Adnan pangku Cinta.. Nggak bakalan sempit kan kalau kayak gitu?”

“Ngaco kamu!” sentak Adnan, meski nada suaranya tidak meninggi. “Sudah.. Biar saja yang duduk dibelakang.”

Menyaksikan raut kecewa calon menantu kesayangannya, Diah pun melayangkan pukulan pada punggung bahu Adnan.

“Turutin aja kenapa, Nan!! Nggak usah sok suci. Kamu kan juga pasti sering mangku si Ara.. Giliran Cinta dong sekarang! Jadi laki-laki tuh harus adil, Adnan!”

“YA?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status