Adnan merasa tak tenang. Dia dalam lift yang membawa-nya turun, kakinya terus saja bergerak mengelilingi kotak lift.
Sampai pada lobby perusahaan keluarganya, Adnan pun bergegas untuk keluar. Pria itu lalu memacu kuda-kuda kakinya.
“Selamat siang, Pak Adnan..” Sapa beberapa karyawan setiap kali mereka berpapasan dengan Adnan.
“Ya, ya.. Sorry saya buru-buru..” Ucap Adnan, meminta pengertian jika saja tanggapannya terdengar dingin ditelinga para karyawannya.
Ketika indera penglihatannya menangkap Cinta yang hendak menaiki sebuah mobil, Adnan pun berteriak disela-sela langkah kakinya. “Cintaaa... Ciiiin!!”
“Cin.. Tunggu Mas, Cintaa!!”
Nahas, Cinta mengabaikan panggilan Adnan. Meski gadis itu sempat ditahan oleh pihak keamanan yang berjaga di depan pintu lobby, nyatanya Cinta tetap menutup pintu mobilnya dan berlalu pergi seolah Adnan tak pernah memanggil namanya.
“Pak, kenapa sekretaris saya dibiarkan pergi?”
“Bu Cinta bilang ada emergency, Pak Adnan.”
“Ya?”
“Kata Bu Cinta, Ayahnya ketahuan selingkuh dengan janda sebelah. Bu Cinta buru-buru, Pak, makanya nggak bisa nunggu Bapak.”
“Se-Selingkuh?!” beo Adnan, tergagap.
“Betul, Pak.. Kasihan ya, Pak. Mata Bu Cinta sampai bengkak tadi saya lihat.”
Adnan menyugar rambutnya ke belakang. Tak lupa ia menyempatkan diri untuk mengucapkan terima kasih sebelum memutar tubuhnya.
“Ayahnya Cinta ada affair? Nggak mungkin.” Gumam Adnan, sanksi akan alasan yang Cinta berikan agar dirinya diloloskan.
“Anak itu!” Adnan menggeleng-gelengkan kepalanya, gemas. Dari banyaknya hal yang dapat dijadikan alasan, mengapa Cinta sampai terpikirkan untuk menggunakan sang ayah.
“Cintanya mana, Nan? Nggak ke kejar?” tanya papi Adnan, bertepatan dengan Adnan yang membuka pintu ruang kerjanya.
“Kabur, Pi..”
“Wah! Abis kamu kalau dia ngelapor ke Mami..”
Ya sudah lah, Adnan pasrah saja. Dengan begitu ia akan tahu alasan mengapa Cinta sampai menangis.
30 menit pun berlalu. Disaat ketiganya tengah asyik membicarakan sesuatu, ponsel pribadi Adnan tiba-tiba saja berdering.
“Mami?" tanya Papi Adnan, sangat tepat sasaran.
Andan mengiyakan dengan gerakan kepala.
“Cepet angkat!! Udah ngadu kali itu calon mantunya.” Titah sang papi. Ia tampak serius memperhatikan Adnan dari tempat duduknya.
“Ahaha.. Saya jadi ikutan tegang, Om.” Oceh Nathan. Keseruan mereka dalam membicarakan perkembangan bisnis masing-masing keluarga kini berganti menjadi sebuah ketegangan.
“Om tiap hari tegang terus, Kim.. Pokoknya kalau udah urusan Adnan, Cinta sama Maminya, muter-muter kepala Om.”
“Padahal Adnan have a girlfriends ya, Om?”
Adnan melirik papinya. Ia menunggu jawaban apa yang akan papinya berikan kepada sahabatnya. Namun setelah sekian lama dirinya menunggu, papinya hanya diam, tak membalas.
Maka dari itu, Adnan pun memilih untuk segera menerima panggilan dari sang mami.
“Halo, Mi.. Ad..” belum selesai salam dan kalimat tanya Adnan terucap, diseberang sana maminya sudah berteriak nyaring. Perempuan itu mempertanyakan perihal Cinta yang secara mendadak ingin resign dari perusahaan mereka.
‘Kamu apain calon mantu Mami, Adnan?! Kenapa dia nangis isek-isekkan terus bilang nggak mau lagi kerja sama kamu?!’
“Mi, nggak mungkin. Kita fine aja tadi. Adnan juga nggak tau kenapa dia nangis. Adnan berani sumpah kalau Adnan nggak ngapa-ngapain Cinta.”
‘Kalau nggak diapa-apain kenapa dia minta RESIGN, ADNAN?!’ tekan sang mami, ngegas.
“I don’t know.. Adnan cuman suruh dia beli makanan. Just it, Mi..”
‘Tau lah! Nggak usah pulang ke rumah Mami kamu! Hidup aja sana di apartemen pacar kamu yang pemain FTV itu! Emang kamu pikir Mami nggak tau siapa yang beli itu unit, Hah?!’
“....”
‘Mami kecewa, Nan.. Kalau kamu emang nggak mau nikah sama Cinta, at least jangan nyakitin hati anak temen Mami. Kamu bisa omongin baik-baik.”
“Mam..”
‘Stop!! Talk to my hand ya, Adnan!’
Bagaimana caranya? Tangan maminya kan ada di rumah.
‘Mulai detik ini Mami usir kamu.. Silahkan nikah sama Anabel, Cerybel, Bel-Bel itu! Kita putus hubungan, bye!’’
“Ya Tuhan.. Mami..” desah Adnan. Sayangnya, sambungan telepon telah dimatikan sepihak oleh maminya.
“How, How? Apa kata Mami kamu, Nan?”
“Mami ngusir Adnan, Pi.” Jawab Adnan, lirih. Pria itu terlihat sangat putus asa sekarang.
Ia sungguh tak menyangka jika maminya tega memutuskan hubungan ibu dan anaknya hanya dikarenakan seorang gadis yang notabenenya merupakan orang luar.
“MATEK, kamu!” Seru sang papi.
“Sebenernya si Cinta kamu apain sih, Nan? Dia ngadu apa ke Mami mu?”
Adnan mengacak rambutnya, frustasi. “Nggak tau, Pi. Mami cuman bilang kalau Cinta minta resign.” Jelas Adnan sesuai dengan apa yang dirinya dengar.
Baru kali ini ia tak dapat membela diri sepanjang dirinya berargumen dengan maminya. Andai maminya menjelaskan alasan dibalik resign-nya Cinta, ia mungkin bisa membersihkan nama nama baik yang maminya curigai.
“Mami nuduh Adnan nyakitin Cinta..” Adnan menghela napasnya. “Masalahnya Adnan nggak ngerasa ngelakuin itu, Pi. Tanya Nathan. Iya kan, Tan?”
“Nan, maybe.. Just maybe, okay? Mungkin Cinta denger obrolan kita tentang dia. Timing kita ngebahas dia sama Om yang masuk ngabarin kalau dia nangis almost deketan, Nan..” tutur Nathan menyampaikan asumsinya. Jika dipikir-pikir kembali, obrolan mereka lah satu-satunya perihal yang dapat menyakiti hati sekretaris pria itu.
“Ah, ya, ya! Bisa jadi itu, Nan.. Waktu Papi masuk ke sini, pintu ruangan kamu nggak 100% nutup loh.”
“Astaga,” hela Adnan, mendesah.
“Kamu samperin ke rumahnya sana.. Coba ngomong baik-baik sama Cintanya. Mamimu nggak gampang, Nan, kalau urusannya nyangkut Cinta.”
“Adnan harus apa, Pi?”
“Be gentle.. Minta maaf ke Cintanya. Kamu nggak akan tau jodoh kamu siapa sebelum ijab qobul selesai kamu ucapin, Nan. Terlalu keras nolak Cinta bisa jadi bumerang buat kamu. Nggak selamanya loh Cinta mau mertahanin rasa sukanya ke kamu..”
“... yang namanya perasaan itu berubah-ubah, Adnan. Hari ini mungkin Cinta suka kamu, tapi hari-hari berikutnya siapa yang bisa jamin? Who knows kan kalau dia sukanya pindah ke Kim..”
“Amin, Om..”
Selorohan Nathan yang mengaminkan kalimat papi Adnan membuat anak dan ayah itu memalingkan wajah mereka. Keduanya menatap Nathan dengan pandangan yang sulit diartikan.
“Jangan ditikung lah, Kim. Tante kamu maunya cuman Cinta loh yang jadi mantunya. Kalau nggak Cinta, temen kamu ini bisa-bisa jadi perjaka tua sampai ajal menjemput.”
Nathan pun tergelak sejadinya. Pria keturunan Korea itu merasa terhibur dengan kunjungannya ke kantor Adnan.
“Pake mobil Papi sana, Nan. Ntar biar Papi minta jemput Bagas pulangnya.”
Adnan mau tak mau beranjak. Pria itu meminta maaf pada Nathan. “Next gue yang ke apart lo, Tan.. Kita lanjut di sana kalau masalah gue sama Cinta udah clear..”
“Whenever you come, the doors are always open, Bro..”
“Hus-Hus! Kim biar nemenin Papi ngobrol..” Usir sang papi, satu gerakan dengan maminya yang juga mengusirnya.
*
*
Setidaknya membutuhkan waktu hampir satu jam untuk sampai di kediaman orang tua Cinta. Rumah dua lantai yang tampak asri itu terlihat begitu sepi, seolah penghuninya tidak ada ditempat.
Tak mematikan mesin mobil, Adnan pun turun dari tunggangannya, berjalan menuju pos penjaga rumah Cinta.
“Selamat Sore.. Lho, Mas Adnan..” Sapa satpam yang tidak asing lagi dengan sosok Adnan. Selain dikarenakan Adnan yang beberapa kali ikut menghadiri acara keluarga, pria itu juga kerap mengantarkan anak majikannya pulang.
“Cintanya ada, Pak? Saya ada perlu dengan Cinta.”
“Mbak Cinta, Mas?! Ya nggak ada to, Mas. Sekarang kan belom waktunya pulang kerja. Mobil sama Pak Dadang aja belom ada tuh disana.” Satpam itu menunjuk lokasi dimana biasanya mobil pribadi Cinta terparkir.
“Kalau Ibu dan Bapak, ada, Pak?”
“Nggak ada di rumah juga, Mas. Tadi sih bilangnya mau ke Bandung. Pulangnya baru nanti malem setahu saya.”
“Cinta nggak ikut mereka, Pak?” tanya Adnan seiring dengan harapannya yang berdoa semoga Cinta pergi bersama kedua orang tuanya.
“Lah, ya enggak, Mas.. Kan saya udah bilang kalau Mbak Cintanya belom pulang kerja. Mas Adnan emangnya nggak papasan di kantor?”
Adnan menggaruk kepalanya, tampak sekali jika dirinya gugup.
“Sepertinya saya yang nyarinya nggak bener, Pak. Ya sudah, kalau begitu saya pamit ya, Pak..”
“Mas Adnan kok aneh..” Mata penjaga rumah Cinta memicing. “Anak majikan saya nggak mungkin ilang diculik orang kan?”
Duar!!
Boleh kah daku meminta review man teman? Jangan lupa kasih bintang untuk cerita ini yak. Oh iya. Selain on going cerita ini, Qey juga ada cerita baru yang judulnya Ketika Keyla Jadi Istri Kedua loh. Jangan lupa mampir yak semua
‘Maaf, pemilik nomor yang Anda hubungi sedang tidak mood berbicara dengan Anda. Silahkan hubungi lagi tahun depan..’Klik!Dibalik roda kemudinya, Adnan pun terperanjat. Ia bahkan belum sempat melayangkan salam sapaan, tapi pemilik nomor yang ia hubungi sudah lebih dulu memblokade akses komunikasi mereka.Tahu jika Cinta akan mengulangi hal yang sama, Adnan pun memilih mengirimkan pesan singkat melalui aplikasi perpesanan.Cinta, kamu dimana? Bisa kita bertemu? Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan kamu.Satu detik setelah pesannya terbaca, kedua mata pria itu pun membola. Ia tak lagi menemukan foto Cinta pada profil kolom chat mereka. Singkatnya, kontaknya telah dimasukkan ke dalam daftar hitam atau ramai dikenal dengan block.“Lalu saya harus bagaimana?” gumam Adnan, bermonolog. Hubungan dengan maminya sedang dipertaruhkan, sedangkan Cinta yang memegang kunci dari hubungan mereka justru menghilang.Ponsel Adnan berdering. Tanpa melihat ID penelepon, Adnan yang mengira jik
Susah payah Adnan mengejar dan menangkap tubuh Cinta. Setelah bermain kejar-kejaran mengelilingi tenda restoran, Adnan akhirnya dapat memboyong Cinta ke dalam mobilnya.Andai saja gadis itu tak kehilangan energi, mereka mungkin akan bermain sampai matahari menyinari kota Jakarta.“Kamu terlalu unik sampai-sampai saya nggak kuat ngadepinnya, Cinta.”“Babi, go away.. Gue naksirnya udahan aja.. Capek..” Racau Cinta, pelan, sembari memiringkan tubuhnya.Adnan mengulum bibirnya. Ia lalu membalas racauan yang Cinta udarakan dengan, “ya.. Lebih banget begitu, Cinta. Jangan sakit lagi gara-gara saya. Saya yakin di luar sana akan ada laki-laki yang jauh lebih pantas menerima cinta kamu.” Adnan membelai puncak kepala Cinta. Namun ia segera menarik tangannya cepat.Pekerjaan rumah Adnan tak selesai hanya pada ditemukannya Cinta. Tertangkapnya gadis yang kabur itu menjadi titik awal pekerjaan besar Adnan.Cinta yang tak sadarkan diri tidak memungkinkan untuk diantarkan pulang ke kediaman orang tua
Hangat!Cinta merasakan kehangatan seolah guling yang ia dekap dalam tidurnya berbeda dengan malam-malam sebelumnya.Guling itu terasa seperti suhu tubuh manusia, terlebih telinganya juga menangkap adanya detak beraturan yang tampaknya berasal dari jantung seseorang.‘Wait, jantung?!’Sadar akan adanya keganjilan pada gulingnya, mata yang tertutup pun terbuka dengan lebarnya.Cinta termangu dalam keadaan shock berat.“Shit!” Cinta mengumpat tertahan kala menyadari jika dirinya kini tidak sedang berada di kamarnya.“What, What..” Pekik Cinta panik dengan tubuh terdorong ke belakang. Bersamaan dengan hal itu, Cinta pun mengetahui jika saat ini dirinya tengah tertidur di dalam pelukan seseorang.Kedua mata Cinta pun terbelalak hebat. Ia menyusupkan kedua tangannya pada sela-sela tubuh keduanya, lalu membekap mulutnya kuat-kuat.“Te-telanjang..” gagap Cinta usai mengetahui penampilan pria yang memeluknya.Jangan tanya mengapa Cinta bisa mengetahui jenis kelamin manusia jahanam yang melaku
Berselang beberapa detik dari kepergian Cinta, Adnan pun mengekor keluar. Pria itu berjalan cukup santai meski tahu kehebohan seperti apa yang nantinya akan menimpanya.“Mbak, tolong sisir untuk rapiin rambut Mbak Cinta..” pinta Adnan pada pelayan yang baru saja menyuguhkan jamuan untuk kedua orang tua Cinta.Ia memposisikan diri dibelakang tubuh Cinta, melayangkan tangan kanannya pada puncak kepala sang adik. “Rambut kamu acak-acakan, Cin. Sini saya rapihin.” Ucapnya membuat orang-orang yang melihat keduanya terhenyak ditempat.Keadaan tersebut tak berlangsung lama. Setelah mampu menguasai dirinya, ibunda Cinta pun mengirimkan sinar laser dari sorot matanya yang tajam.“Cinta.. Bisa kamu jelasin kenapa kamu ngilang, terus tiba-tiba malemnya nginep di rumah Tante Diah?”“An-Anu..” Cinta membelitkan jari tangannya, tampak kentara jika dirinya sedang gugup.Setelah mendapatkan informasi terkait keberadaan sang putri, baik Nirmala atau pun Dimas, keduanya berniat membawa pulang Cinta. Nam
Hari pun berganti usai Cinta berhasil diboyong pulang oleh kedua orang tuanya. Anehnya, pada hari itu Adnan merasakan perasaan takut yang datang secara tiba-tiba. Ia merasa jika pulangnya Cinta akan mempersulit langkahnya dalam mengembangkan hubungan mereka.Benar saja! Ketika pada keesokkan hari saat ia hendak menjemput Cinta untuk berangkat bekerja bersama, kabar tentang resign-nya Cinta kembali menyeruak masuk ke dalam gendang telinganya.“Tapi sebagai atasan Cinta, saya belum menyetujui permintaan resign tersebut, Om.”“Ya kamu kan tinggal bilang setuju aja, Nan.”Adnan dengan lembut mengembuskan napasnya.“Bukan maksud saya untuk mempersulit pengunduran diri sepihak Cinta..” Adnan menekan kata ‘sepihak,’ meski dengan raut wajah yang terlihat begitu tenang.Ia lalu menjelaskan jika pengunduran diri seorang pekerja normalnya melalui beberapa tahapan formal, termasuk adanya surat resmi yang ditujukan kepadanya selaku atasan Cinta atau melalui pihak HRD perusahaan.“.. dan yang terpe
Huft!Rupanya menganggur ditengah belitan masalah itu rasanya sangat tidak nyaman. Ia jadi tidak mempunyai kesibukan disaat isi kepalanya sedang ramai-ramainya.Mungkin ini lah alasan mengapa beberapa perusahaan menerbitkan adanya larangan berpacaran untuk karyawannya, khususnya pada karyawan didalam satu divisi yang sama—jawabannya pasti agar tidak terjadi penurunan kualitas kerja karena adanya masalah pribadi karyawannya.Seperti dirinya..“Hee?! Gue sama Mas Adnan kan nggak pacaran tapinya! Goblok lo, Cin!!” Makinya mandiri lalu membenturkan keningnya pada permukaan ranjang.Ranjangnya yang empuk pun membuat kepalanya memantul. Alhasil, Cinta mengerang karena merasakan sakit pada batang lehernya.“Cuman mikirin dia aja leher gue kecengkak! Wah, bawa sial nih Mas Adnan!”Cinta kemudian merubah posisi tidurnya, yang semula tengkurap menjadi telentang. Ia mengangkat telapak tangannya. Merekahkan kelima jarinya sembari mengintip langit-langit kamar.“Tapi kalau boleh jujur, gue sebener
[Kamu dimana?[Saya merindukan kamu, Cinta]“Allahuakbar!”Ponsel ditangan Cinta terjatuh.“Nggak, nggak!! Nggak mungkin chatnya kayak gitu! Mata gue pasti katarak!”Tak yakin dengan isi pesan yang Adnan kirimkan, Cinta pun meraih kembali ponselnya. Untuk kedua kalinya, Cinta membaca pesan itu, kali ini dengan kelopak mata yang ia buka lebar-lebar.“Allahuakbar-Allahuakbar!! Setan mana yang udah nyabotase HP-nya Mas Adnan, Lord?! Beraninya dia nge-PHP-in Hambamu ini!” pekik Cinta, marah-marah.Ting..Suara notifikasi yang menandakan adanya pesan masuk membuat Cinta menatap horor layar ponselnya.Cinta, please..Saya sedang membutuhkan kehadiran kamu sekarang..Duar!!“Kamera.. Kameranya ada disebelah mana sih? Gue mau lambai tangan aja deh!! Nggak like gue kalau prank-nya begini! Please lah! Hati udah potek, jangan dijahilin dong!”Tampaknya hantu yang menyabotase ponsel Adnan belum merasa puas. Layar ponsel yang semula menampakkan ruang obrolan, kini berubah menjadi panggilan masuk d
“Mas, you sure kita makan disini?”Cinta mengamati lantai basement tempat dimana Adnan memarkirkan mobilnya. “.. ini Mall loh, Mas. Tempat rame,” timpal Cinta, mengingatkan Adnan jika tempat yang laki-laki itu pilih memiliki resiko tinggi akan munculnya gosip tak sedap tentang keduanya.“Kamu punya referensi lain?”“Nggak sih.. yang pengen makan kan bukan aku. Tapi ini aku lagi nggak pake setelan kerja. Mas beneran yakin kita nyari makannya disini?”“Kamu takut dinyinyirin sama netizen ya?”“Mana ada!”Sejak kapan ia takut dengan jari-jari orang tidak dikenal. Disaat akun media sosialnya penuh dengan hujatan pun, ia justru membalas cacian-cacian fans kekasih atasannya menggunakan emot cium. Lagipula ia memang mengincar atasannya kok. Hehehe...“Its okay, Cin. Kalau pun ada gosip tentang kita, saya tinggal membenarkan saja.”“Loh, loh, loh! Nggak bahaya tah? Ntar dimarahin pacarnya loh.”Adnan memalingkan wajahnya, menatap Cinta dengan senyum merekah di wajah tampannya. “Pacar saya sek
Andai saja tombol CTRL + Z dapat digunakan untuk membatalkan tindakannya, Simon akan menekannya dan mengembalikan situasi sampai pada titik dimana otaknya berpikir untuk meminta bantuan kepada Cinta.Ya! Dari sana!Ia akan langsung menekan tombol delete ketika ide sesat itu mulai terlintas. Kemudian membuka recycle bin, menghapus kembali data yang telah ia hapus agar hilang permanen dari otak kecilnya.Masalahnya, nasi sudah menjadi bubur sekarang. Ia pun bukan perangkat lunak yang dapat dioperasikan dengan menggunakan rumus-rumus di atas. Ia manusia biasa dan bukan Nabi, Boy!Eh, eh. Bercandya!Ck!Nahas memang. Kebodohannya dalam mengambil tindakan, tidak dapat dibatalkan apalagi dikembalikan seolah semuanya tidak pernah terjadi. Sekali lagi, ia manusia bukan mesin rakitan berteknologi mutakhir.Namun sebagai manusia, situasi seperti sekarang ini tidak akan menumbangkannya. Mengapa tidak? Ia bukanlah alat yang kemutakhirannya dikendalikan oleh makhluk bernyawa. Ia jauh lebih mutakhi
Menurut Cinta, Simon adalah satu-satunya manusia yang banyak tingkah. Dia layak mengantongi label sebagai manusia terbobrok sepanjang masa. Jika ada nominasi pun, pemuda itu akan menang dalam perebutan nominasi ‘Manusia dengan Rasa Syukur Terminim,’ sejagad raya.Ya, dialah pemenangnya untuk urusan persyukuran duniawi.Jangan salah kaprah. Simon menang bukan karena dia pandai bersyukur. Nominasinya kan sudah jelas. Terminim! It means, kadar syukurlah berada di tingkat terbawah dibandingkan dengan peserta lainnya.Kasarnya, Simon itu manusia yang patut untuk segera diambil nyawanya.“Fucek! Nggak pernah ya aku se-emosi ini sama human.”‘Mana adaaaaa!!’ jerit dewi batin Adnan. Hoaks itu. Istrinya every day, every time tidak pernah, tidak emosian.Tolong ampuni istrinya yang lupa diri. Di kamus wanitanya itu, hanya tertulis satu kalimat. Yaitu, Cinta tidak pernah salah. Kalau Cinta salah, maka kembali lagi ke kalimat pertama.“Mas, habis ini kamu harus mandi air kembang tujuh rupa ya. Ta
“Pi, Pi! Jangan lupa sama kesepakatan kita tadi ya.” Ucap Cinta setengah berteriak dengan kepala yang melongok melewati kaca mobil Adnan. “Bye-Bye, Papi. Ketemu lagi abis sarapan ya. Love you, muaaach!” Suaranya terdengar ceria, lengkap bersama lambaian tangan untuk berpamitan kepada papi mertuanya.“Ya Tuhan, Mami. Kamu tuh sebenernya ngedapetin mantu apa malaikat maut sih? Tiap hari loh Papi berasa mau tutup usianya.” celoteh Samuel setelah mobil putranya kembali melaju, meninggalkan dirinya yang enggan ikut sarapan bubur bersama keduanya.Menantu mereka memang selalu ada saja gebrakannya. Iya juga heran kenapa bisa begitu. Cinta seakan tak bisa hidup anteng, menikmati kehidupannya dengan duduk manis tanpa membuat huru-hara.“Ck! Gimana caranya ngusir Nathan?” monolog Samuel, kebingungan.Kalau saja Nathan bukan suami putrinya, pengusiran itu akan sangat mudah untuk dilakukan. Masalahnya, Nathan sekarang bukan lagi orang luar di keluarga mereka. Statusnya setara dengan Cinta— sama-sa
“Sayang..” Cinta memalingkan wajah, menatap Adnan yang kini menghampiri dirinya. “Sarapannya Mas bawa kesini ya?” tawar Adnan agar istrinya tak melewatkan sang istri tak melewatkan makan paginya. Setelah mengetahui jika perempuan yang tertawa bersama Adnan ternyata mempunyai seorang suami, Cinta yang kepalang malu pun memutuskan untuk kabur ke ruang keluarga. Ia kehilangan muka karena terhasut oleh sepotong video yang diberikan Nathan kepadanya. “Nggak laper. Mas aja yang sarapan.” Mendengar jawaban sang istri, Adnan yang berjarak beberapa centi dari Cinta, ikut mendudukkan dirinya pada kursi yang sama dengan istrinya. “Kok gitu, Mami? Dedek dari semalem nggak dikasih maem loh. Dia pasti laper.” Semalam setelah memarahi Adnan, Cinta memilih mengurung diri di dalam kamar. Ia tidak menampakkan batang hidungnya meski Adnan memohon agar sang istri menyudahi kemarahannya. Ada satu hal yang lebih mengejutkan untuk Adnan. Dibandingkan kemarahan tiba-tiba sang istri tadi malam, kabar m
Ya Tuhan, beginikah penampakan perempuan ketika hamil besar?!— Cinta merasa dirinya sangatlah seksi. Dari seluruh penampilannya, penampilan kali ini benar-benar spektakuler. Perutnya yang membesar dengan lubang pusar menonjol membuatnya merasakan perasaan bangga sebagai seorang wanita. “Seksoy bet gue. Aaaak! Kek gitar Spanyol. Menonjol dimana-mana.” Adnan hanya bisa menganga. Istrinya ini sedang kerasukan setan apa ya? Sejak keluar dari kamar mandi, wanita itu hanya mematut dirinya di cermin sembari berlenggok memamerkan kesintalan tubuh hamilnya.Adnan sih bukannya tidak suka. Suami mana yang tidak suka dengan tingkah seduktif istrinya. Hanya saja, pagi ini ia memiliki rapat yang keberadaannya tak bisa untuk dibatalkan dan istri cantiknya tahu akan hal itu.“Mas, Mas!” Seru Cinta, memutar tubuhnya menghadap Adnan. “Liat Mas, tete aku. Tumpeh-tumpeh.”“Sa-Sayang..” Ucap Adnan, terbata.“Anjrot muncrat!”Seketika saja kepala Adnan dilanda pening yang begitu hebat.Tak kuat melihat a
“Dasar pengkhianat!!” “Awh, ampun, Yang. Mas salah. Mas ngaku, Sayang.” Adnan mengaduh sembari menghindari pukulan yang Cinta layangkan secara membabi buta pada bagian atas tubuhnya. Cinta yang tak mudah luluh meski Adnan telah meminta maaf pun, menarik daun telinga pria itu.Alhasil, Adnan pun terbawa oleh jeweran sang istri. “Kamu kan yang ngasih tau barang-barang inceran aku ke Oppa?” Belum berakhir kekagetannya atas kunjungan tiba-tiba Nathan, Cinta pun kembali dikagetkan saat membuka satu per satu hadiah yang ditinggalkan pria itu untuknya. “Gimana bisa dia tau to do list-nya aku, Heh?!” sentak Cinta dengan tangan yang lagi-lagi menyerang dada Adnan. “Kan Mas udah ngaku, Yang. Mas yang kasih daftarnya.”“Bener-bener ya kamu, Mas. Apa coba! Kamu jatoh miskin apa gimana kok ngehibahin tanggung jawab belanjain aku ke dia?” “Enggak, Sayang. Mas bukannya miskin. Mas cuman kelewat pinter buat manfaatin momen.” balas Adnan lalu menyengir. Sangat disayangkan jika ia harus melewatk
“Mas, minggir! Aku harus nyelametin masa depannya Thania.” “Sayang, Nathan nggak seperti yang kamu bayangin. Kamu salah paham, Yang.” “Heh! Mana ada salah paham. Jelas-jelas dia bilang sendiri kalau.. Heump-eump-ump..” Kalimat Cinta menjadi tak jelas sebab Adnan yang membekap mulut wanita itu. “Aaah!” Desah Cinta keras usai menyingkirkan tangan Adnan. Cinta melebarkan kelopak mata, memelototi Adnan sebelum kemudian melayangkan tamparan pada dada suaminya. “Mau jadi duda kamu?!” sentaknya, mengomel karena Adnan seolah ingin membunuhnya. Adnan menggelengkan kepala. “Bumil, sabar. Nggak boleh emosian. Tarik napas, Sayang. Buang pelan-pelan.” Ujar Adnan seraya membelai punggung wanita kesayangannya.Dalam satu hari, entah sudah berapa kali istrinya menarik urat. Wanita hamil yang satu ini terlalu mudah meledak. Sumbu amarahnya sangat pendek. Disulut sedikit saja, langsung duar! Bumi pun bergoyang bersama seluruh penghuninya. “Coba dicerna lagi kalimatnya Nathan, Yang.”Belum sempat
“Hiyyaaaa!! Ya udah kawinnya sama aku aja, Oppaaaa!”“HEEEEEE!!”Tempelengan lembut tak ayal mendarat dikepala Cinta. Pelakunya adalah Adnan yang tak lagi bisa menahan kekesalannya kepada sang istri.Disaat tubuh istrinya oleng ke samping, pria itu dengan cepat menarik lengan sang istri lalu memerangkap tubuhnya ke dalam pelukkan.“Mas! Kamu noyor kepala aku?”“Mas nggak mau minta maaf, abis kamunya yang mulai duluan.” Tutur Adnan, kali ini tak akan merendahkan diri demi melindungi dirinya dari amukan istri cantiknya.Sekali-kali wanita bar-bar yang ia nikahi harus tahu kapan tepatnya wanita itu boleh bercanda dan dengan candaan seperti apa yang boleh dia lontarkan sehingga tidak mengusik batas kesabarannya.“Aku sampe..” Cinta menelengkan kepalanya. “Wiiiing!” lalu mendorong kepalanya untuk me-reka ulang adegan.Situasi yang semula tegang pun mencair dengan sangat cepat. Dua bintang utama yang belum lama ini masih berdebat tentang sebuah pernikahan, kini berusaha keras untuk tak mene
Gentleman— tak ada lagi kata yang dapat mendeskripsikan betapa memukaunya seorang Nathan didalam benak Cinta.Pria itu begitu cepat bergerak seolah dirinya tengah berlomba dengan waktu. Dia benar-benar menepati ucapannya. Memboyong ibu kandungnya datang melamar disaat hari bahkan belum berganti.“Sat-set banget ya, Mas. Nggak nyesel deh aku pernah ngefans.”“Nakal.” Pungkas Adnan, mencubit gemas pipi kiri sang istri.Jujur saja, jika mengikuti kata hati, ia cemburu. Ia tidak suka Cinta memuja pria lain meski pemujaan itu tak lagi dilakukan oleh istrinya. Namun untuk kali ini saja, ia akan memendam kecemburuannya. Menurutnya, sahabatnya memang layak dipuja.“Dia itu kayak Mas, Yang. Kalau udah serius ya nggak pake lama.”“Idih! Iyain aja deh.”“Eh, kok gitu? Kan Mas langsung ngelamar kamu juga, Yang.”“After many drama ya, Mas. Kamu nggak amnesia kan, kalau pernah mau ngasih aku ke Oppa?”Pertanyaan itu membuat Adnan meringis.“Kalau mantan kamu nggak ketahuan selengki, sekarang mungkin