“Mas, you sure kita makan disini?”Cinta mengamati lantai basement tempat dimana Adnan memarkirkan mobilnya. “.. ini Mall loh, Mas. Tempat rame,” timpal Cinta, mengingatkan Adnan jika tempat yang laki-laki itu pilih memiliki resiko tinggi akan munculnya gosip tak sedap tentang keduanya.“Kamu punya referensi lain?”“Nggak sih.. yang pengen makan kan bukan aku. Tapi ini aku lagi nggak pake setelan kerja. Mas beneran yakin kita nyari makannya disini?”“Kamu takut dinyinyirin sama netizen ya?”“Mana ada!”Sejak kapan ia takut dengan jari-jari orang tidak dikenal. Disaat akun media sosialnya penuh dengan hujatan pun, ia justru membalas cacian-cacian fans kekasih atasannya menggunakan emot cium. Lagipula ia memang mengincar atasannya kok. Hehehe...“Its okay, Cin. Kalau pun ada gosip tentang kita, saya tinggal membenarkan saja.”“Loh, loh, loh! Nggak bahaya tah? Ntar dimarahin pacarnya loh.”Adnan memalingkan wajahnya, menatap Cinta dengan senyum merekah di wajah tampannya. “Pacar saya sek
Usai mengatakan hal yang membuat fans Arabela berpikir cukup keras, Adnan lantas mengejar kepergian Cinta. Pria itu pun berhasil menyamakan langkah kaki keduanya, tepat ketika Cinta berbelok memasuki antrian sebuah gerai es krim.“Chocolate?”“Sok tau banget, sumpah! Orang aku lagi pengen rasa mint.”“Mbak, mint sat..”“Mas Adnan, iiih!! Pake coklat juga!!”“Choco mint ya?” tanya Adnan begitu sabar dalam menghadapi ke-ngambek-an gadis yang hendak ia jadikan sebagai calon istri masa depannya.“Eum.. Pake matcha juga..” Sahut Cinta menambah lagi rasa es krim yang ingin ia beli.“Mbak, tolong ya..” Ucap Adnan pada crew outlet.Pria yang tak lagi mengenakan tuxedonya itu menyerahkan black card miliknya dan Cinta yang melihatnya pun segera menyambar kartu tersebut. “Scan barcode aja, Mbak.” Tuturnya sembari mengotak-atik layar ponsel guna membuka aplikasi keuangannya.“Kenapa? Biar saya saja yang bayar.” Ujar Adnan karena dirinyalah yang membawa pergi Cinta ke luar.“Come on, Mas.. Tagihann
“Mas Adnan kok kampret sih?!”Orang tua Cinta menepuk mandiri kening mereka. Mimpi apa mereka bisa mempunyai anak semata wayang yang barbarnya mengalahkan penguasa jalanan.“Yah, Ayah aja deh yang nasih tau Adnan.” Ujar Nirmala, meminta agar suaminya mengambil alih ponsel ditangan putri mereka.Untuk alasan yang ketiganya tidak ketahui, pagar rumah mereka tiba-tiba diserbu oleh banyaknya pencari berita. Kedatangan mereka menanyakan keberadaan Cinta dan Cinta yang awalnya tidak tahu pun sempat beradu mulut dengan para wartawan.“Gara-gara orang-orang itu Cinta jadi nggak bisa beli bubur ayam Mang Kidi, Mas Adnan. Cinta BM!”“BM tuh apaan, Yah?”Dimas mengedikan bahunya. Mana tahu dirinya bahasa kekinian, terlebih bahasa itu diceploskan oleh putrinya yang kelewat unik.“Banyak mau, Bunda.. Bunda nggak gahul ah!”“Laaah! Kata-katanya nggak tepat tuh! Kamu kan pengennya cuman buryam, Cin.”“Hais!” gerutu Cinta sembari mengembuskan napasnya. Susah memang kalau berinteraksi dengan ibu-ibu. B
Ya udah terpaksa!Adnan menyugar rambut depannya ke belakang. Ia terkekeh mengingat jawaban yang Cinta berikan tempo hari. Ekspresi gadis itu terlihat sangat menggemaskan ketika melontarkan kata terpaksa.“Cinta, Cinta..” Desah Adnan, mulai ter-Cinta-Cinta.Sejak dirinya menginjak usia pergaulan sosial, Adnan belum sekalipun dihadapkan pada jenis penolakan. Seperti Cinta yang dulunya mengejar dirinya, seperti itu lah gambaran dirinya dikala muda. Ia selalu menjadi dambaan para gadis-gadis disekitarnya.Bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi memang seperti itu faktanya. Ia tak mempunyai ketertarikan dalam sebuah hubungan, khususnya dalam hubungan romansa yang kerap dijadikan untuk penyemangat diri.Pada masa-masa sekolahnya dulu, ia mengejar berbagai hal yang sekiranya dapat meningkatkan kualitas dirinya. Sebagai anak yang kelak akan melanjutkan tanggung jawab papinya, menurutnya— hubungan percintaan hanya akan menghambat proses pengembangannya.Wasting time! Ia tak suka membuang wak
Cinta menangis dengan Adnan yang tidak diperbolehkan untuk mendekatinya. Gadis itu merasa sangat kecewa karena Adnan menyebarkan hal yang tidak-tidak tentang dirinya— terlebih orang-orang terus mempercayai kata-kata Adnan meski dirinya telah menjelaskan jika kehamilannya tidaklah benar.Di atas single sofa tamu ruang kerja Adnan, Samuel memandang penuh iba calon menantu kesayangan istrinya. Ia mengakui jika tindakan Adnan kali ini memang sudah terlewat batas.Anak itu benar-benar kehilangan akalnya dengan menyiramkan bensin ke dalam percikan api. Perihal Cinta yang tak dapat mempercayai kesungguhannya saja belum terselesaikan, dan sekarang Adnan malah membuat ulah yang mencederai nama baik gadis itu.“Adnan, Adnan..” desah Samuel, memijat pelipisnya.Adnan selalu saja membuat kepalanya pening jika berurusan dengan masalah percintaan. Mungkin memang itulah kelemahan putra kebanggaannya. Pemuda itu sempurna disegala bidang, tapi tidak jika menyangkut urusan perempuan.“Mami udah sampe m
Cinta kini telah resmi menjadi calon menantu keluarga Wiyoko. Berita tersebut dipublikasikan langsung oleh pengacara keluarga Adnan sehingga secara tidak langsung, kabar tersebut juga menegaskan perihal kandasnya hubungan asmara Adnan bersama Arabela.“Kami tidak dapat membuka rahasia dibalik tidak berlanjutnya hubungan klien kami dengan Saudari Arabela. Hal ini ditujukan untuk menghormati privasi yang bersangkutan sebagai publik figur.”“Jika kelak ada ketidakpuasan, Saudari Arabela dapat menyampaikan keluhannya kepada tim kami. Sesuai dengan arahan klien kami, kami bersedia menanggapi keluhan tersebut bahkan jika itu mengharuskan kami untuk menempuh jalur hukum.” Pesan bernada ancaman turut dipublikasikan untuk menghalangi langkah Arabela.Adnan benar-benar telah bersiap untuk segala kemungkinan yang ada. Ia tak bisa menebak jalan pikiran mantan kekasihnya, tapi dengan kebungkamannya yang memilih untuk tidak membeberkan rahasia dibalik kandasnya hubungan mereka, mungkin saja akan me
Setelah pekikan yang Adnan yakini berasal dari mulut Cinta dan bundanya, suara calon ayah mertuanya pun kembali muncul, menyapa indera pendengaran pria itu.‘Apa Bun? Adnan suruh foto yang lebih alay lagi?! Okeh! Ayah sampe…’Klik!Mengetahui sambungan teleponnya terputus, Adnan lantas mengeluarkan karbondioksida dari mulutnya.Seiring dengan rasa malu yang merajai kesadarannya, napas Adnan terengah dengan rongga dada yang mengembang lalu mengempis berulang kali.Kebodohan apa yang telah ia lakukan?! Karena kebodohannya itu, jari-jari tangannya bahkan sampai gemetaran layaknya orang terkena tremor.“Stupid you, Adnan!” Umpatnya, mandiri sembari memukul keningnya dengan layar ponsel.“What's wrong?! Cinta nggak ada di rumah?” tanya Nathan. Pria itu membawa dua botol minuman penghilang mabuk yang dirinya bawa dari Korea lalu menyerahkannya satu pada tangan Adnan.“Dia cepet ngilangin mabuk.. Di gue sih ngefek, nggak tau ke lo gimana..”“Gue nggak butuh lagi, but thanks..” Ujar Adnan kemu
Cinta memasuki mobil Adnan yang terparkir di depan gerbang rumahnya. Perempuan muda itu menutup pelan pintu mobil sembari berkata, “parah ih! Nggak masuk dulu ke dalem..” Sebelum Adnan berhasil melontarkan jawaban, dengan tangan memasangkan sabuk pengaman ke tubuhnya, Cinta pun kembali bersuara. “Ayah nungguin Mas Adnan tauk!” Kalimatnya terhenti bersamaan dengan terdengarnya suara 'klak’, yang berasal dari pertemuan baja sabuk dengan kepala pengaitnya.“Mas..” Adnan menjatuhkan kepalanya ke atas roda kemudi. Mengubur wajahnya agar Cinta tak melihat tampang memalukannya ketika mengaku. “Mas malu,” aku Adnan, susah payah dengan bahu dan punggung yang bergetar.Sepanjang malam ia tidak bisa memejamkan mata karena memikirkan kata-kata yang disematkan oleh ayah kekasihnya. Namun dari insomnia-nya itu, ia pun dihadapkan pada pemikiran lain, dimana apa yang telah ia lakukan merupakan tindakan yang wajar sebagai seorang kekasih. … akan tetapi, apalah arti sudut pandang pribadi jika yang
Siang itu tidak ada balasan, terlebih persetujuan yang terlontar dari mulut Nathan. Pembicaraan terkait hubungan mereka pun berakhir mengambang. Terhenti begitu saja tanpa adanya bait penyelesaian.Dihadapan Nathania pun, keduanya bersikap seolah tak pernah terlibat dalam sebuah ketegangan. Mereka berinteraksi normal layaknya sepasang kekasih pada umumnya— dengan saling mencurahkan perhatian, khususnya untuk si kecil ‘Thania.’Namun apa yang tampak siang itu, sungguh berbeda dengan apa yang Nathan perlihatkan dihadapan sahabatnya.“Wae geurae?” bentak Nathan dengan tangan mencengkram kerah kemeja Adnan.Sial sekali bagi Adnan. Ditengah malam yang seharusnya dapat ia gunakan untuk memeluk erat tubuh sang istri, ia justru harus sibuk mengurusi tingkah polah pelaku peneroran nomor pribadinya.“Sayang.” Adnan meneleng, memalingkan wajahnya ke arah Cinta yang sibuk merekam kegilaan sahabat karibnya.“Waeeee?” sentak Nathan sembari mengguncang tubuh Adnan.Adnan meringis. Ingin sekali rasany
“Hye?” pekik Nathan, tersentak. Pria setengah Korea itu kembali bersuara setelah berhasil menguasai keterkejutan yang dialaminya. “I mean, apa maksud kamu, Grace?” tuntutnya, kali ini dengan intonasi yang lembut.Grace sendiri tampak tak dapat mengendalikan kecemasan pada raut wajahnya. Perempuan itu ingin membuka mulut, tapi tak ada satu pun kalimat yang akhirnya keluar dari bibirnya.“Grace?”“...” Sayangnya, panggilan Nathan tak membuahkan hasil. Grace— wanita itu tetap setia dengan kebungkamannya.“Karena kamu nggak ngejawab, aku anggap kamu nggak pernah ngomong kayak tadi. Or, kita bisa bahas ini dilain waktu when nggak ada Thania yang nungguin kita.” Ucapnya lalu berjalan melewati Grace.Menyadari tak adanya pergerakan dari wanita yang menjalin kesepakatan dengannya, Nathan pun menghentikan langkah kakinya. Sahabat Adnan itu kemudian memutar tubuhnya. Berkata, “We have to hurry. Apa kamu ingin membuat Thania marah karena kita yang terlalu lama?” Meski bersama pengasuhnya, pembica
Melihat keadaan Adnan, Nathan yang semula ingin meminta pendapat, mengurungkan niatnya. Pemuda yang saat ini tengah menjalin kerjasama asmara dengan kakak sahabatnya itu, memutuskan berpamit dengan meninggalkan sebuah pesan yang ia tinggalkan untuk sahabatnya.Jangan sampai menyesal kalau sampai gantian Cinta yang marah ke kamu— begitulah isi pesan yang ditinggalkan oleh Nathan. Pria itu memperingati Adnan supaya tidak melanjutkan ngambeknya mengingat aksi kekanakannya bisa saja menjadi boomerang yang menyerang dirinya sendiri.“Kalau aku translate kata-katanya Oppa..” belum sempurna Cinta mengucapkan kalimatnya, Adnan pun sudah bergegas mengosongkan kursi kerjanya.Pria yang menikahi Cinta setelah menjadi korban perselingkuhan itu, berjongkok tepat dibawah kaki-kaki istrinya. Telapak kakinya berjinjit untuk menyamakan tinggi tubuhnya dengan sepasang paha sang istri yang lututnya sedang terlipat. “Mas salah, Sayang. Jangan bales dendam ya?”Insting Adnan mengatakan jika otak pintar san
Nyatanya, hal itu merupakan bagian dari pengujian yang sengaja Cinta berikan.Cinta ingin melihat seberapa seriusnya si pria dalam mencari pekerjaan. Jika dia memang memiliki niat yang dalam, entah apapun pekerjaannya, dia pasti tidak akan melewatkan kesempatan yang ada dan pada ujian pertamanya, pria itu pun lolos.Zaman sekarang, jumlah pengangguran jauh lebih besar dibandingkan persentase lowongan kerja yang tersedia. Memilah pekerjaan sesuai dengan standar pribadi hanya akan membuat seseorang lebih lama menganggur.Sepenggal kisah dari seseorang yang Cinta kenal dengan nama panggungnya— sebut saja dia Qeynov weleh-weleh blaem-blaem. Dia seorang gadis dengan usia kelulusan di angka 26 pada tahun 2021. Eung! 7 tahun lamanya Qeynov mengenyam bangku perkuliahan. Untung saja dia tidak di drop out dari kampus tempatnya berkuliah.Setelah mendapatkan ijazahnya pada bidang ilmu psikologi, Qeynov sudah mengirim lamaran dengan jumlah yang tak terhitung banyaknya. Kala itu, Qeynov masih berp
“Hoho-hohoho! Warteg Baharriw.” Ucap Cinta setelah mengacakkan lengan dipinggang. Wanita hamil itu menarik sebuah anggukkan kemudian berseru, “jengkol! I’m coming!” Cinta tampak begitu exited memasuki Warung Tegal yang menggoda imannya. Sungguh emosi yang berbanding terbalik, dengan apa yang suaminya tampakkan.Adnan sendiri sedang merasakan jantungnya yang terus saja berdetak tanpa irama. Laki-laki itu tak berhenti merapalkan mantra, memohon agar setidaknya ada keajaiban yang dapat mengubah pikiran istrinya.“Aaaak! Nggak sabar.” Pekik Cinta sembari memperhatikan aktivitas jual-beli dihadapannya.Sebagai anak tunggal yang tumbuh dengan limpahan kasih sayang sang ayah— eung, ayahnya, Bapak Dimas yang rasa sayangnya tidak bisa diukur menggunakan segala macam alat di dunia.Kali ini, Bunda Nirmala tidak diajak. Alasannya tentu karena bundanya membesarkan dirinya dengan cara yang berbeda dari sang ayah. Wanita yang melahirkannya itu meminjam kekuatan komplotan para ibu tiri sadis, yang m
Untuk apapun itu, asal kamunya bahagia— Kalimat tersebut menjadi penutup suksesnya perayaan ke 3 bulan jabang bayi dirahim Cinta.Keterkejutan yang membuat Adnan terperangah pun tak berlangsung lama. Ia dengan cepat mengubah mimik mukanya, menyadarkan diri, bahwasanya haram hukumnya menaruh ekspektasi yang begitu tinggi pada istri uniknya.Unpredictable, begitu definisi yang pas untuk menggambarkan betapa uniknya jalan pikiran Cinta. Manusia mana yang akan melobi Tuhannya dengan cara licik seperti yang dilakukan oleh istri Adnan itu.Hanya Cinta yang bisa. Hanya wanita itu seorang karena yang lainnya pasti takut kalau harus bercosplay menjadi pemeran dalam sinetron bertemakan pengazaban.“Bye-Bye, nanti empat bulan lagi, kita seru-seruan lagi ya..” Seru Cinta yang saat ini tengah melepas kepulangan para tamu spesialnya.“Masih ada acara 7 bulanan. Kalian yang sehat-sehat. Pokoknya nanti kalau Mbak Cinta undang, kalian harus dateng semua. Dilarang sok sibuk! Soalnya Bu Kepala Panti baka
Sejak cahaya matahari menggantikan sinar penerangan ruas-ruas jalan perumahan elit kediaman orang tua Adnan, sebuah rumah bergaya Eropa dengan halamannya yang luas kini tengah diramaikan oleh puluhan pekerja dari tiap-tiap tenan. Mereka merupakan orang-orang terpilih yang diusung dalam satu vendor untuk perayaan kehamilan ke-3 bulan Cinta.Sejak terjaganya si bintang utama pula, kedua orang tuanya yang tak lagi tinggal bersamanya, sudah berbondong, memindahkan diri mereka guna menemani sang putri tercinta.Dimas sendiri menyengajakan diri untuk mengosongkan seluruh jadwalnya, begitupun dengan papi mertua Cinta, Samuel. Keduanya sepakat untuk hanya fokus pada acara syukuran cucu pertama mereka. Meninggalkan segala bentuk pekerjaan walau harus menanggung kerugian berkat gagalnya transaksi bisnis mereka hari ini.“Kok ada Mamang-Mamang cilok segala?”Cinta menyengir, memamerkan deretan giginya. “Spesial dipanggil, soalnya itu cilok pertama yang bisa masuk ke perut Cinta, Yah.”“Owh, itu y
“Mami ayo! Mas Adnannya pingsan, Mami!” rengek Cinta dengan tangan terus menyeret paksa lengan ibu mertuanya.Tepat dibelakang tubuh keduanya, Samuel mengekor dengan mata kurang dari satu watt. Sebelum gedoran pada daun pintu kamarnya, orang tua Adnan itu memang telah bersiap untuk mengistirahatkan diri. Mereka hampir saja memejamkan mata jika saja suara kepanikan menantunya tak terdengar menembus daun pintu.“Iya, Sayang. Tenang ya. Suami kamu nggak akan kenapa-napa. Dari kecil dia nggak punya riwayat sakit keras kok.”Sebenarnya Diah sendiri sanksi putranya bisa tak sadarkan diri. Sejak kecil pun Adnan memiliki daya tahan tubuh yang sangat baik. Meski menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan mengembangkan wawasan bisnisnya, anak itu sama sekali tak melupakan rutinitas olahraga hariannya.Sebelum menikah pun, Adnan selalu menyempatkan diri untuk berolahraga di pagi hari. Entah itu sekedar berlari mengelilingi komplek perumahan, atau aktivitas fisik seperti gym ringan di
Jenuh— satu kata itu akhirnya menyambangi benak & hati Cinta.Aneh kan, Pemirsa?Padahal ia sudah menamatkan diri untuk menjadi manusia mageran dengan memanfaatkan kehamilannya. Akan tetapi... Wush! Bak dilahap oleh sapuan ombak, kejenuhan pun tiba-tiba datang, menggulung dan menenggelamkan dirinya ke dasar laut.Kira-kira, apa yang harus dirinya lakukan untuk mengusir kejenuhannya ini. Sejak mengandung anak suaminya, ruang geraknya menjadi begitu terbatas. Rutinitas yang ia lakoni pun selalu sama setiap harinya.Fix! Ia benar-benar membutuhkan sebuah penyegaran. Tapi apa?!“Huft, payah! Nih otak tumben nggak mau jalan.” Keluh Cinta, mengomentari kerja otaknya yang tiba-tiba saja melambat. Biasanya, tanpa bersusah payah pun, perangkat lunaknya itu selalu memunculkan ide-ide segar. Kenapa disaat ia membutuhkan, pengontrol utama tubuh itu malah mengadat, seperti motor matic karbu yang tidak pernah dibawa ke bengkel untuk melakukan perawatan.“Bingung banget kayaknya, Cin. Kenapa? Pengen