Guys, menurut kalian ceritanya seru nggak? Jangan lupa mampir ke cerita-cerita Qey yang lain ya.. Ada 3 comedy romance lain loh di beranda Qey. Terima kasih karena sudah mendukung Qey, teman-teman. Jangan bosen yak.
Ya udah terpaksa!Adnan menyugar rambut depannya ke belakang. Ia terkekeh mengingat jawaban yang Cinta berikan tempo hari. Ekspresi gadis itu terlihat sangat menggemaskan ketika melontarkan kata terpaksa.“Cinta, Cinta..” Desah Adnan, mulai ter-Cinta-Cinta.Sejak dirinya menginjak usia pergaulan sosial, Adnan belum sekalipun dihadapkan pada jenis penolakan. Seperti Cinta yang dulunya mengejar dirinya, seperti itu lah gambaran dirinya dikala muda. Ia selalu menjadi dambaan para gadis-gadis disekitarnya.Bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi memang seperti itu faktanya. Ia tak mempunyai ketertarikan dalam sebuah hubungan, khususnya dalam hubungan romansa yang kerap dijadikan untuk penyemangat diri.Pada masa-masa sekolahnya dulu, ia mengejar berbagai hal yang sekiranya dapat meningkatkan kualitas dirinya. Sebagai anak yang kelak akan melanjutkan tanggung jawab papinya, menurutnya— hubungan percintaan hanya akan menghambat proses pengembangannya.Wasting time! Ia tak suka membuang wak
Cinta menangis dengan Adnan yang tidak diperbolehkan untuk mendekatinya. Gadis itu merasa sangat kecewa karena Adnan menyebarkan hal yang tidak-tidak tentang dirinya— terlebih orang-orang terus mempercayai kata-kata Adnan meski dirinya telah menjelaskan jika kehamilannya tidaklah benar.Di atas single sofa tamu ruang kerja Adnan, Samuel memandang penuh iba calon menantu kesayangan istrinya. Ia mengakui jika tindakan Adnan kali ini memang sudah terlewat batas.Anak itu benar-benar kehilangan akalnya dengan menyiramkan bensin ke dalam percikan api. Perihal Cinta yang tak dapat mempercayai kesungguhannya saja belum terselesaikan, dan sekarang Adnan malah membuat ulah yang mencederai nama baik gadis itu.“Adnan, Adnan..” desah Samuel, memijat pelipisnya.Adnan selalu saja membuat kepalanya pening jika berurusan dengan masalah percintaan. Mungkin memang itulah kelemahan putra kebanggaannya. Pemuda itu sempurna disegala bidang, tapi tidak jika menyangkut urusan perempuan.“Mami udah sampe m
Cinta kini telah resmi menjadi calon menantu keluarga Wiyoko. Berita tersebut dipublikasikan langsung oleh pengacara keluarga Adnan sehingga secara tidak langsung, kabar tersebut juga menegaskan perihal kandasnya hubungan asmara Adnan bersama Arabela.“Kami tidak dapat membuka rahasia dibalik tidak berlanjutnya hubungan klien kami dengan Saudari Arabela. Hal ini ditujukan untuk menghormati privasi yang bersangkutan sebagai publik figur.”“Jika kelak ada ketidakpuasan, Saudari Arabela dapat menyampaikan keluhannya kepada tim kami. Sesuai dengan arahan klien kami, kami bersedia menanggapi keluhan tersebut bahkan jika itu mengharuskan kami untuk menempuh jalur hukum.” Pesan bernada ancaman turut dipublikasikan untuk menghalangi langkah Arabela.Adnan benar-benar telah bersiap untuk segala kemungkinan yang ada. Ia tak bisa menebak jalan pikiran mantan kekasihnya, tapi dengan kebungkamannya yang memilih untuk tidak membeberkan rahasia dibalik kandasnya hubungan mereka, mungkin saja akan me
Setelah pekikan yang Adnan yakini berasal dari mulut Cinta dan bundanya, suara calon ayah mertuanya pun kembali muncul, menyapa indera pendengaran pria itu.‘Apa Bun? Adnan suruh foto yang lebih alay lagi?! Okeh! Ayah sampe…’Klik!Mengetahui sambungan teleponnya terputus, Adnan lantas mengeluarkan karbondioksida dari mulutnya.Seiring dengan rasa malu yang merajai kesadarannya, napas Adnan terengah dengan rongga dada yang mengembang lalu mengempis berulang kali.Kebodohan apa yang telah ia lakukan?! Karena kebodohannya itu, jari-jari tangannya bahkan sampai gemetaran layaknya orang terkena tremor.“Stupid you, Adnan!” Umpatnya, mandiri sembari memukul keningnya dengan layar ponsel.“What's wrong?! Cinta nggak ada di rumah?” tanya Nathan. Pria itu membawa dua botol minuman penghilang mabuk yang dirinya bawa dari Korea lalu menyerahkannya satu pada tangan Adnan.“Dia cepet ngilangin mabuk.. Di gue sih ngefek, nggak tau ke lo gimana..”“Gue nggak butuh lagi, but thanks..” Ujar Adnan kemu
Cinta memasuki mobil Adnan yang terparkir di depan gerbang rumahnya. Perempuan muda itu menutup pelan pintu mobil sembari berkata, “parah ih! Nggak masuk dulu ke dalem..” Sebelum Adnan berhasil melontarkan jawaban, dengan tangan memasangkan sabuk pengaman ke tubuhnya, Cinta pun kembali bersuara. “Ayah nungguin Mas Adnan tauk!” Kalimatnya terhenti bersamaan dengan terdengarnya suara 'klak’, yang berasal dari pertemuan baja sabuk dengan kepala pengaitnya.“Mas..” Adnan menjatuhkan kepalanya ke atas roda kemudi. Mengubur wajahnya agar Cinta tak melihat tampang memalukannya ketika mengaku. “Mas malu,” aku Adnan, susah payah dengan bahu dan punggung yang bergetar.Sepanjang malam ia tidak bisa memejamkan mata karena memikirkan kata-kata yang disematkan oleh ayah kekasihnya. Namun dari insomnia-nya itu, ia pun dihadapkan pada pemikiran lain, dimana apa yang telah ia lakukan merupakan tindakan yang wajar sebagai seorang kekasih. … akan tetapi, apalah arti sudut pandang pribadi jika yang
Dibalik tampangnya yang tenang, jiwa Cinta mereog selayaknya pentas Reog Ponorogo. Andai sekarang ia tidak sedang menjaga image, bisa dipastikan ia akan melompat kesana-kemari. “Tasnya biar Mas yang bawain.” “Oh! Sekalian tuker posisi aja gimana, Mas? Lama-lama jobdesk aku, kamu juga deh yang ngerjain.”“Boleh.. Mas sudah biasa kok ngerjain kerjaan kamu.” Hwik!Cinta pun merasa senang dan tersindir dalam waktu yang bersamaan. Kalimat Adnan seolah menegaskan jika tanpa bertukar jabatan pun, lelaki itu sudah biasa mengerjakan pekerjaannya. Tapi memang benar sih! Ia kan hanya sekretaris abal-abal. Keberadaannya pun sekedar mengisi kursi dan meja kosong di depan ruang kerja Adnan. Masalah pekerjaan, yang penting ia sudah melakukan absen, lalu salary-nya akan aman. 'Wedew.. Kalau dipikir-pikir again, gue nggak ada gunanya ya jadi karyawan. Cuman beban perusahaan doang ternyata.’“Mikirin apa, heum?”“Nope..” Cinta menggelengkan kepala, menyerahkan shoulder bag-nya sebelum kembali mela
Palu telah diketuk bersama dengan jatuhnya keputusan tentang kapan diadakannya pernikahan Cinta dan Adnan. Kesepakatan itu pun jatuh pada hari dimana sang mempelai wanita dilahirkan ke dunia.Jika dihitung, hari yang Adnan nantikan itu akan tiba dalam waktu 5 bulan mendatang. Meski sempat mengajukan rasa keberatannya, suara Adnan nyatanya tidak didengar. Kali ini Adnan tak mempunyai pendukung karena sang mami membelot, menyeberang dari kubunya ke kubu sebelah.“Sabar, Nan. 5 bulan tuh termasuk cepet itungannya.” Pungkas kakak perempuan Adnan. Janda beranak satu itu diam-diam menertawakan ketidak-sabaran sang adik. ‘Dulu aja ditolak-tolak, sekarang maunya sat-set kayak besok tuh udah kiamat aja,’ cibirnya, membatin.Bukan tanpa alasan mengapa keberatan Adnan ditolak. Jika menuruti kata hati, mereka tentu ingin pernikahan diadakan secepat mungkin. Contohnya saja satu bulan ke depan, seperti keinginan si mempelai pria. Namun sebuah pernikahan tentu tak boleh dirancang secara asal-asalan,
Adnan tak ingin mengambil resiko dengan adanya kesalahpahaman. Ia akui dirinya bukan pria suci, tapi ia juga tidak sebodoh itu dengan menambahkan masalah baru ke dalam kerumitan hidupnya bersama Arabela, terlebih menghadirkan keturunan yang ia tahu jelas tak akan mungkin diterima oleh keluarganya.Ia sangat sadar jika kesalahan sebesar itu akan semakin membuat keduanya dibenci, terutama oleh sang mami yang jelas-jelas tak pernah mau memberikan lampu hijaunya. Maka dari itu, setiap kali keduanya memadu kasih, ia selalu memastikan keamanan hubungan mereka. Apalagi Adnan juga kerap menemani Arabela untuk melakukan pencegahan supaya tidak kebobolan.Untuk itu lah, Adnan pun menantang Arabela. Melemparkan kesediaan sang mantan kekasih guna melakukan pemeriksaan medis bersamanya, yang tentu saja berdampingkan para kuasa hukum miliknya— karena jujur saja, Adnan sama sekali tidak dapat mempercayai informasi yang Arabela sampaikan terkait kehamilannya, mengingat betapa tingginya mereka menjaga