Beranda / Romansa / MAS, KAWIN YUK?! / [1] Cinta Si Biang Rusuh

Share

MAS, KAWIN YUK?!
MAS, KAWIN YUK?!
Penulis: qeynov

[1] Cinta Si Biang Rusuh

“Heh, Heh! Anak cewek kok minumnya berdiri. Duduk dong, Cinta..”

Cinta tak mengindahkan perkataan bundanya. Gadis bernama lengkap Salsabila Cinta itu terus berdiri, mempercepat laju kerongkongannya agar susu yang bundanya siapkan cepat tandas.

Uhuk-uhuk!

Sialnya, karena terlalu terburu-buru, ia justru tersedak oleh susu yang tengah ia minum.

“Nah kan! Ngeyel sih kalau dibilangin Bunda!!” Ucap Nirmala sengit meski putrinya sudah mendapatkan azab karena telah mengabaikan ucapannya.

Sang Ayah— Dimas pun hanya menggelengkan kepala. Ia sudah sangat terbiasa menyaksikan perdebatan pagi dua srikandinya. Justru kalau tidak ada ribut-ribut seperti ini, ia malah dilanda kekhawatiran akan istri dan anaknya yang mungkin saja diam-diam terserang penyakit mematikan.

“Cinta nggak sarapan ya, Bun. Udah telat nih..”

“Hadeh! Makanya kalau Bunda suruh bangun tuh bangun, Cinta!”

Cinta menyengir, menampilkan sedikit deretan gigi depannya.

Ia juga maunya begitu, tapi mau bagaimana lagi, setiap malam sampai pagi ia selalu memimpikan atasannya yang terlewat hot. Mau bangun kan jadi mager, takut mimpinya belum terpending sebelum klimaks.

“Udah telat kan? Ya udah sekalian aja. Diem disini! Nasi gorengnya Bunda pindahin ke kotak makan dulu.”

“Ih, Bunda!! Ntar Cinta dimarahin Mas Adnan.”

Nirmala yang mendengar alasan putrinya pun memutar bola mata.

“Kata Maminya, Adnan udah pasrah sama kamu. Nggak masuk juga nggak apa-apa katanya!” lontar Nirmala membuat mata putrinya membola.

Guyon ya? Mas Adnan nggak pernah bilang gitu tuh ke Cinta.”

“Yeee, nggak percaya! Adnan kalau nggak ngeliat Bunda, karyawan kayak kamu mah udah dipecat dari ngelamar.”

‘Anying!’ umpat Cinta dalam hati.

Gadis itu tak mampu menyahuti kalimat bundanya. Ia cukup sadar diri. Jikalau memasang perlawanan pun, hati kecilnya pasti akan merasa tertikam saking benarnya kata-kata sang bunda.

“Bun, Bun, makin telat itu si Cinta. Cepet dipindah gih nasgornya.. Anak Ayah dipecat juga nggak apa-apa kok. Dia kan bisa bantuin Ayah di showroom.

“Ngapain? Ngitungin sekrup ban mobil?” sarkas Nirmala membuat Cinta menjerit karena sang bunda meremehkan kemampuannya.

“Yah, kapan sih mau tuker-tambah Bundanya? Nyari istri baru kek, yang speknya sayang banget ke Cinta.”

“Eh, anak durhaka maneh! Bunda coret juga ya kamu dari Kartu Keluarga.”

Cinta menjulurkan lidahnya. Ia berlari tanpa menunggu nasi goreng yang katanya hendak dipindahkan ke kotak bekal.

“Pak Dadaaaaaaang, Pak!! Cinta udah siap nih, berangkat hayuk!!” teriak Cinta, memanggil-manggil supir pribadi yang bundanya sediakan untuknya.

Walau terkesan seperti ibu tiri, bundanya sangatlah perhatian. Beralaskan tidak ingin ganti rugi kalau-kalau dirinya berulah di jalanan, perempuan itu pun merekrut supir untuk mengantar jemput dirinya.

Aih, itu mah pelit kan ya?!

It’s okay, emak-emak emang perhitungan kalau sama anak. Cinta yang solehot ini memahami prinsip yang agung itu kok!

“Pak Dadang in here, Neng Cinta! Siap ngepot-ngepot membelah kemacetan!” Hormat Pak Dadang, menghadap anak majikannya.

“Cakep!! Yuk kita came on, Pak! yang nggak mau minggir, tabrak aja!”

“Ashiaaap!!”

Memerlukan waktu tiga puluh menit untuk sampai di kantor tempatnya bekerja. Disaat gadis itu baru tiba, atasan yang tak lain merupakan anak dari sahabat Bundanya terlihat berada dibalik meja kerjanya.

“Ya Ampun, Mas Adnan! Mas Adnan ngapain dimeja Cinta? Pasti lagi nyari informasi tentang Cinta ya?”

Sang atasan yang mengetahui sekretarisnya telah tiba pun menegakkan punggungnya. Ia mengangkat telapak tangannya dari atas mouse. “Mas lagi lihat jadwal hari ini, Cinta. Semalam kamu nggak ada kirim ke emailnya Mas.”

“Ehehehe, salah toh.. Maaf, Mas, Cinta lupa. Keseruan nonton drakor sih abisnya..” cengir Cinta, tak berdosa.

“Sudah Mas duga.. Tolong ya, Cin. Tadi Mas liat ada meeting di luar sama pihak Joyo Diguna.”

“Sip, Sip! Tapi Cinta belom sarapan, Mas. Boleh nggak dipesenin apa gitu buat sarapan?”

Mulut Adnan sempat terbuka beberapa detik, tapi pria itu segera menutupnya kembali setelah beristigfar didalam hati.

“Oke, Mas pesenin bubur ayam ya..”

“Uluh, baik banget bosnya Cinta. Jadi betah deh kerja disini..”

Baru saja Adnan meninggalkan meja kerja sekretarisnya, si sekretaris berteriak kencang sekali sampai menembus ruang kerjanya yang terhalang oleh pintu.

“Kenapa, Kenapa?” tanya Adnan panik.

“Mas, pagi ini kita harus ketemu sama pihak Jayapura. Aaaakkk, gimana nih? Mereka pasti udah nunggu lama!”

“God!” hela Adnan, mengelus dadanya.

Salahnya juga yang tak menghubungi Cinta untuk memastikan jadwalnya. Semalam, setelah sekian lama tak dapat berquality time dengan kekasihnya, ia akhirnya dapat bertemu dan menghabiskan waktu disela-sela break shooting sang kekasih.

“Tenang, Cin. Nggak apa-apa. Mereka pasti maklum.”— kan nggak sekali dua kali— lanjut Adnan membatin.

Jayapura sendiri tidak mungkin membatalkan kerjasama mereka. Meski kerap membuat menunggu, perusahaan itu masih membutuhkan dukungan mereka untuk menstabilkan perusahaannya.

“Ya ayo, Mas! Kok malah diem aja! Time is money loh, Mas!”

Salsabila Cinta, sebenarnya yang bos disini itu siapa?

Sabar Adnan.. Kalau marahin Cinta, Mami yang bakalan marah-marah..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status