Share

Luka hati

last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-20 03:48:56

HATI ALINA (8)

________________

"Ini toh yang namanya Gus Alif, Kyai?" tanya Kyai Ahmad-- ayah Hanifah.

Tampak sekali raut bahagia terpancar di wajah Kyai sepuh itu, begitupun dengan Bu Nyai Husniah-- ibu Hanifah.

"Leres, Kyai. Saya Alif," sahut Gus Alif tersenyum takzim. Hanifah hanya menunduk sedark tadi, mengingat di depannya telah duduk laki-laki yang bukan mahramnya.

"Neng Hanifah ini pemalu ya, Bu Nyai Hus?" goda Ibu Nyai Fatma pada calon besannya.

"Aslinya mboten, tapi mungkin jaga image di depan calon suami," bisik Bu Nyai Husniah pada Bu Nyai Fatma, membuat kedua bola mata Hanifah membulat sempurna.

"Maksutnya apa, Umi?" tanya Hanifah lirih dengan hati-hati. Takut jika Kyai Fuad atau Abahnya mendengar.

Bu Nyai Husniah tersenyum simpul menghadap Hanifah, sementara Bu Nyai Fatma memperlihatkan seraut wajah sumringah sebab kedatangan calon menantu kedua. Pelan-pelan hati Alina tidak dia pedulikan, yang terbayang hanya seorang bayi yang akan lahir dari rahim Hanifah kelak, jika Hanifah dan Alif memang berjodoh.

"Apa istri pertama sudah tahu rencana panjenengan, Kyai?" tanya Kyai Ahmad pada Kyai Fuad.

Alif mendongakkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Kyai Ahmad pada sang Abah.

"Pelan-pelan akan diberi pengertian nanti, yang terpenting Hanifah dan Alif bertemu lebih dulu, selanjutnya mereka bisa ta'aruf agar saling mengenal," sahut Kyai Fuad santai.

Dahi Alif dan Hanifah saling mengernyit. Alif pikir, kedatangan Hanifah dan kedua orang tuanya adalah semata-mata ingin bersilaturahmi. Begitupun dengan pemikiran Hanifah, hatinya yang tadi begitu bahagia bisa bertemu dengan sahabat karibnya, harus mendadak gelisah setelah menemukan titik terang maksut dari kedatangannya pada keluarga ini.

"Bisa Abah dan Umi jelaskan pada Hanifah maksut kedatangan kita ke ndalem ini?" selidik Hanifah dengan bibir bergetar.

"Nak, poligami itu tidak dilarang, selagi Alif merasa mampu bersikap adil padamu dan Alina kelak. Jangan menolak perjodohan ini, karena berkembangnya pesantren kita juga tidak luput dari campur tangan Kyai Fuad-- calon mertua kamu nanti, insyaallah," tutur Kyai Ahmad menggenggam lembut jemari Hanifah.

Mata Hanifah memanas, dia tidak menyangka orang tuanya akan mengorbankan masa depannya dengan dalih balas budi karena pesantren yang keluarganya miliki berdiri dan berkembang dengan bantuan Kyai Fuad.

"Apa Hanifah tidak pantas menjadi istri satu-satunya dari seorang laki-laki, Bah?" tanya Hanifah getir. Rasa kecewa menyeruak di dalam dada. Menjadi madu untuk sahabatnya sendiri bukanlah suatu hal yang dia inginkan, bahkan tidak pernah terlintas dalam benaknya jika dirinya akan menjadi istri kedua.

"Berfikirlah lebih terbuka lagi, Nduk. Pernikahan kamu dan Alif kelak bukan sebuah pernikahan yang salah. Jika kalian bersatu dalam ikatan yang sah, pesantren kita akan lebih dikenal begitu juga dengan pesantren calon mertua kamu kelak," seloroh Kyai Ahmad.

"Hanifah tidak menyangka jika Abah dan Umi rela menggadaikan masa depan Hanifah demi sebuah nama besar pesantren," lirih Hanifah, senyuman getir terpampang di sudut bibirnya yang tipis dan kemerahan. "Apalagi lelaki yang Abah dan Umi harapakan menjadi menantu adalah suami dari sahabat Hanifah sendiri, bagaimana bisa Hanifah hidup satu atap dengan wanita yang selama ini Hanifah anggap sudah seperti saudara. Terlebih untuk berbagi suami...," Hanifah terkekeh, hatinya benar-benar terluka dengan keputusan yang orang tuanya ambil.

"Bukankah itu akan membuat hubungan kalian semakin dekat, Nduk?" Bu Nyai Fatma mencoba membujuk Hanifah.

"Definisi dekat seperti apa yang Bu Nyai maksut? Jika dekat karena tinggal dalam satu atap, memang! Tapi jika yang Bu Nyai maksud adalah dekat karena sebuah keikhlasan sudah berbagi suami, Hanifah rasa itu adalah pemikiran yang sangat salah," sela Hanifah dengan nafas memburu. "Tidak ada perempuan yang rela dimadu, dengan alasan apapun, jika memang ada, itu hanya satu dari sekian persen perempuan yang ada di dunia ini, dan Hanifah tegaskan, Hanifah bukan salah satu dari sekian persen itu!" tegas Hanifah, sekalipun berkata dengan menundukkan wajahnya, kalimat yang dia ucapkan mampu menampar Bu Nyai Fatma dengan perlahan.

"Hanifah!" panggil Kyai Ahmad dengan penekanan. Wanita muda itu terdiam, jika sudah memanggil namanya dengan tegas, Hanifah tau, jika Abahnya sedang dalam keadaan marah.

"Maaf jika menyela pembicaraan Kyai dan Neng Hanifah, tapi saya punya keputusan yang lain," Alif membuka suara, setelah terdiam cukup lama.

Kyai Fuad dan Bu Nyai Fatma tersentak mendengar ucapan Alif.

"Keputusan apa, Gus?" tanya Hanifah hati-hati.

"Saya tidak berniat untuk mencari istri lagi, jujur, kedatangan Kyai dan keluarga, saya pikir hanya semata-mata karena bersilaturahmi. Tapi jika dengan tujuan lain, yakni menanggapi tawaran Abah saya...," sekilas Alif melirik ke arah Kyai Fuad yang sudah mengeraskan rahangnya. "Saya menolak perjodohan ini," lanjut Alif tegas.

"Apa maksudmu, Lif? Bukankah kemarin kamu yang mengatakan jika setuju dengan semua keputusan Abah?" sentak Kyai Fuad pada anaknya.

"Alif belum bersuara, Bah. Lagipula saya dan Alina sedang berjuang agar benih segera Allah titipkan di rahim istri saya, tolong Abah hargai sedikit keputusan Alif," jawab Alif sendu. Lelaki muda itu tidak menyangka jika Kyai Fuad tega menyakiti hati istrinya dengan mendatangkan calon madu yang notabenenya adalah sahabat Alina sendiri.

"Ini bukan karena Hanifah sahabat Alina kan, Gus?" tanya Kyai Ahmad pada Alif.

"Insyaallah tidak, bahkan jika neng Hanifah bukan sahabat istri saya, saya akan tetap menolak perjodohan ini." Kata Alif tegas.

Hanifah bernapas dengan lega mendengar penuturan suami sahabatnya itu.

"Hanifah adalah wanita yang baik, Lif. Tidak ada salahnya kamu menerima perjodohan yang sudah Abah rencanakan ini," ucap Bu Nyai Fatma lembut.

"Alif hanya akan menikah lagi jika dengan ijin Alina, ijin yang tidak didasari paksaan apapun, ijin yang murni dari hati istri Alif, Mi. Alif ingin pernikahan ini menjadi ibadah," sahut Alif sedikit frustasi.

"Saya memberi ijin, Gus...,"

Alina datang dengan membawa nampan berisi minuman dan jamuan untuk para tamu.

Sontak semua orang yang ada di ruang tamu melihat ke arah Alina ....

Bersambung

Bab terkait

  • MADU UNTUK ALINA   Ikhlas

    HATI ALINA (9)_______________Semua yang ada di ruang tamu mendadak mengatupkan mulut. Tidak ada yang berani bersuara, sampai satu per satu teh hangat tersaji di depan para tamu.Dengan mengatur debar nafas yang kian bertalu. Alina berkali-kali manarik nafas dan menghembuskannya perlahan.'semoga ini bukan keputusan yang salah,' batin Alina."Sebelumnya, ngapunten untuk Abah dan Umi jika saya sudah lancang menyela pembicaraan panjenengan semua," Alina menjeda ucapannya, dia meraup udara untuk memenuhi rongga dadanya dan menukar udara lama dengan udara baru. "Insyaallah saya setuju, jika...," Diusapnya sudut mata yang tidak terasa sudah berair. Bu Nyai Fatma dan Kyai Fuad tertunduk, merasa berdosa telah mendzolimi menantunya yang mereka bangga-banggakan selama ini."Jika Gus Alif harus menikah lagi," lanjut Alina dengan suara bergetar."Lin," panggil Alif lembut, netranya memanas melihat

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • MADU UNTUK ALINA   Rasa cinta Alif

    HATI ALINA (10)________________"Zahwa, Umi," jawab Alina lirih.Bu Nyai Fatma menyelami raut wajah Alina, mencari keseriusan dalam ucapannya. Wanita paruh baya itu tidak menyangka, jika sang menantu akan memilih Zahwa, menjadi madunya."Kenapa harus Zahwa, Lin?" selidik Bu Nyai Fatma pada Alina."Apa ada yang salah, Umi? Bukankah Zahwa adalah gadis yang baik, kecerdasan dan kesopanan Zahwa tidak diragukan lagi," ucap Alina, pikirannya menerawang jauh pada saat dimana dia menanyakan pendapat mertuanya tentang Zahwa.Bu Nyai Fatma menangkupkan kedua tangannya pada wajah. Dia tidak menyangka, menginginkan seorang cucu, akan membuat kehidupan putranya serumit ini. Semua memang hanya tentang kesabaran dan keluasan hati. Kyai Fuad terlalu berambisi ingin mengembangkan pesantrennya dengan menjodohkan lagi Alif dengan putri Kyai Ahmad, seorang cucu bukan alasan satu-satunya bagi Kyai Fuad mengapa dia bersi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • MADU UNTUK ALINA   Rencana Kyai Fuad

    HATI ALINA (1)_________________"Pertimbangkan lagi saran Abah, Lif."Samar Alina mendengar percakapan Kyai Fuad dengan Alif--suaminya di Gazebo yang terletak di depan ndalem (rumah kyai)."Kita butuh penerus untuk pondok pesantren yang sudah Abah besarkan dengan almarhum kakekmu," sambung Kyai Fuad sementara Alif masih diam. "Abah dan Umi sudah bersabar menanti keturunan dari Alina, tapi sampai 4 tahun lamanya, penantian kami sepertinya harus berhenti sampai disini," ucap Kyai Fuad lagi.Alina yang hendak menyuguhkan dua cangkir kopi menghentikan langkahnya di balik tembok pembatas gazebo.Perempuan itu meremas ujung jilbabnya dengan kuat. Dia tau kemana arah pembicaraan sang mertua meskipun hanya mendengar beberapa penggal kalimat saja."Alif tidak mampu jika harus menyakiti hati Alina, Bah!"Ucapan Ali

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • MADU UNTUK ALINA   Akankah Zahwa?

    HATI ALINA (2)_________________"Ning Alin," tepukan tangan di pundak Alina membuat dia tersadar dari lamunan panjangnya.Seluruh jamaah santri putri penduduk bait Al-Hikmah sedari tadi sudah berdiri menunggu Alina mulai memimpin sholat Dhuhur."Astaghfirullah," gumam Alina lirih.Zahwa menatap heran pada istri putra Kyai Fuad yang mereka panggil Gus Alif itu.Ya, gadis dengan usia dua tahun di bawah Alina itu memberanikan diri membangunkan sang pemimpin dari lamunan panjangnya. Pasalnya, Zahwa adalah badal (pengganti) dari Alina ketika ada sesuatu yang mendesak.Rakaat pertama berjalan dengan lancar, meskipun pikiran Alina berkelana jauh membayangkan hadirnya madu dalam rumah tangga yang sudah dia bangun sejak 4 tahun silam.Rakaat kedua, pikiran Alina mengacaukan bacaan surah pendek yang sedang Alina lantunkan. Tepukan punggung

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • MADU UNTUK ALINA   Keresahan Alina

    HATI ALINA (3)__________________Sepeninggal Bu Nyai Fatma, Alina kembali berkutat dengan kitab kuning di hadapannya. Nanti sore adalah jadwalnya mengajar di bait As-shoghir, pesantren khusus anak kelas 1-6 SD jika menurut sekolah umum.Alif memasuki kamarnya dan mendapati sang istri tengah menthola'ah kitab fiqh di tangannya."Masuk kelas jam berapa, Lin?" tanya Alif basa-basi."Insyaallah, pukul 4 sore, Gus. Kalau tidak ada halangan," jawab Alina dengan menatap netra sang suami.Alif dibuat salah tingkah dengan tatapan mata Alina. Pasalnya, tiap tatapan yang Alina berikan, selalu membuat getaran tersendiri bagi hati Alif."Sini Lin, saya mau ngomong sebentar," Alif menepuk ranjang kosong di sebelahnya.Alina beranjak dari tempatnya duduk dan menghampiri sang suami dengan perasaan berkecamuk.&n

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • MADU UNTUK ALINA   Keegoisan mertua

    HATI ALINA (4)_________________Sepanjang mengajar, Alina mencuri-curi pandang pada Zahwa yang terduduk di pojokan ruangan. Gadis sederhana itu memindai kitab di tangannya sembari mendengarkan penjelasan dari Alina.'Benar-benar tidak puas terhadap ilmu yang sudah di dapat' Batin Alina.Dan itu bagus, setiap santri harus memiliki rasa ketidakpuasan terhadap ilmu yang sudah di dapat. Dengan begitu, para santri akan selalu menthola'ah kitab mereka mencari pengetahuan baru dan ilmu-ilmu baru. Alina kagum dengan semangat belajar yang Zahwa miliki.Tanpa Alina sadari, Zahwa menatap heran pada istri Gus Alif tersebut, yang tetiba berhenti mendikte para santri memaknai kitab mereka.Alina gelagapan melihat tatapan Zahwa dan beberapa santri yang lain. Diraupnya wajah cantik nan putih itu dengan kedua tangan."Zah, tolong gant

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • MADU UNTUK ALINA   Ikhtiar promil

    HATI ALINA (5)_______________Keesokan harinya, Bu Nyai Fatma kembali mengajak Alina berbicara dari hati ke hati. Bu Nyai Fatma merasa menyesal telah menorehkan luka di hati menantunya kemarin sore, karena telah mengatakan hal yang begitu menyakitkan bagi Alina."Nikmat setiap orang itu berbeda-beda, Nak. Jika ada satu keinginan kamu yang belum tercapai hingga kini, jangan jadikan alasan jika kamu belum mendapatkan kenikmatan, bisa saja Allah sedang memberimu kenikmatan yang lain, yang sedang orang lain harapkan." Bu Nyai Fatma mencoba memberi pengertian pada Alina yang sempat lepas kendali pada ucapannya."Apa memiliki madu adalah sebuah kenikmatan, Umi?" lirih Alina."Insyaallah, jika kamu bisa melaluinya dengan hati yang ikhlas.""Alina memang keturunan Kyai, Umi. Tapi hati Alina sama dengan hati wanita di luaran sana, tidak akan mampu melihat suami hidup dengan wanita lain selain diri ki

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • MADU UNTUK ALINA   Merasa disisihkan

    HATI ALINA (6)_______________"Bagaimana jika nanti hasilnya mengecewakan, Gus?" tanya Alina dengan mata berkaca-kaca."Allah berfirman, Ana 'inda dzonni 'abdibii yang artinya Aku bersama dengan prasangka hambaku. Jadi berprasangka baiklah pada setiap takdir Allah, Lin." Tegur Alif pada istrinya.Alina menunduk, lagi, dirinya merasa malu pada Sang Pencipta. Kecintaannya pada makhluk, membuat syak wasangka Alina begitu buruk pada penciptanya.'astaghfirullah' batin wanita muda itu beristighfar.Akhirnya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, mereka saling terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.____________"Hasilnya keluar besok siang ya, Pak, Bu. Besok bisa langsung ke bagian administrasi dan menemui saya, akan saya jelaskan hasil dari tes kesuburan bapak dan ibu," jelas seorang dokter wanita pada Alif dan Alina.Istri Alif sejak tadi sibuk memilin uju

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-19

Bab terbaru

  • MADU UNTUK ALINA   Rasa cinta Alif

    HATI ALINA (10)________________"Zahwa, Umi," jawab Alina lirih.Bu Nyai Fatma menyelami raut wajah Alina, mencari keseriusan dalam ucapannya. Wanita paruh baya itu tidak menyangka, jika sang menantu akan memilih Zahwa, menjadi madunya."Kenapa harus Zahwa, Lin?" selidik Bu Nyai Fatma pada Alina."Apa ada yang salah, Umi? Bukankah Zahwa adalah gadis yang baik, kecerdasan dan kesopanan Zahwa tidak diragukan lagi," ucap Alina, pikirannya menerawang jauh pada saat dimana dia menanyakan pendapat mertuanya tentang Zahwa.Bu Nyai Fatma menangkupkan kedua tangannya pada wajah. Dia tidak menyangka, menginginkan seorang cucu, akan membuat kehidupan putranya serumit ini. Semua memang hanya tentang kesabaran dan keluasan hati. Kyai Fuad terlalu berambisi ingin mengembangkan pesantrennya dengan menjodohkan lagi Alif dengan putri Kyai Ahmad, seorang cucu bukan alasan satu-satunya bagi Kyai Fuad mengapa dia bersi

  • MADU UNTUK ALINA   Ikhlas

    HATI ALINA (9)_______________Semua yang ada di ruang tamu mendadak mengatupkan mulut. Tidak ada yang berani bersuara, sampai satu per satu teh hangat tersaji di depan para tamu.Dengan mengatur debar nafas yang kian bertalu. Alina berkali-kali manarik nafas dan menghembuskannya perlahan.'semoga ini bukan keputusan yang salah,' batin Alina."Sebelumnya, ngapunten untuk Abah dan Umi jika saya sudah lancang menyela pembicaraan panjenengan semua," Alina menjeda ucapannya, dia meraup udara untuk memenuhi rongga dadanya dan menukar udara lama dengan udara baru. "Insyaallah saya setuju, jika...," Diusapnya sudut mata yang tidak terasa sudah berair. Bu Nyai Fatma dan Kyai Fuad tertunduk, merasa berdosa telah mendzolimi menantunya yang mereka bangga-banggakan selama ini."Jika Gus Alif harus menikah lagi," lanjut Alina dengan suara bergetar."Lin," panggil Alif lembut, netranya memanas melihat

  • MADU UNTUK ALINA   Luka hati

    HATI ALINA (8)________________"Ini toh yang namanya Gus Alif, Kyai?" tanya Kyai Ahmad-- ayah Hanifah.Tampak sekali raut bahagia terpancar di wajah Kyai sepuh itu, begitupun dengan Bu Nyai Husniah-- ibu Hanifah."Leres, Kyai. Saya Alif," sahut Gus Alif tersenyum takzim. Hanifah hanya menunduk sedark tadi, mengingat di depannya telah duduk laki-laki yang bukan mahramnya."Neng Hanifah ini pemalu ya, Bu Nyai Hus?" goda Ibu Nyai Fatma pada calon besannya."Aslinya mboten, tapi mungkin jaga image di depan calon suami," bisik Bu Nyai Husniah pada Bu Nyai Fatma, membuat kedua bola mata Hanifah membulat sempurna."Maksutnya apa, Umi?" tanya Hanifah lirih dengan hati-hati. Takut jika Kyai Fuad atau Abahnya mendengar.Bu Nyai Husniah tersenyum simpul menghadap Hanifah, sementara Bu Nyai Fatma memperlihatkan seraut wajah sumringah sebab kedatangan calon menantu kedua. Pelan-pelan

  • MADU UNTUK ALINA   Kedatangan Hanifah

    HATI ALINA (7)__________________Di dalam kamar, Alina meredam sendiri luka yang terasa begitu menyesakkan dada. Alina merasa, Kyai Fuad terlalu tidak sabaran pada perjuangan Alina dan suaminya. Entah mengapa, wanita cantik itu menangkap firasat lain dari permintaan Kyai Fuad pada suaminya.Kriet.Ketika pintu kamar terbuka tanpa adanya salam terlebih dahulu, Alina tahu, jika yang datang adalah suaminya."Kamu habis menangis?" Alif membelai lembut pucuk kepala Alina."Mboten, Gus." Jawab Alina berbohong.Dibenamkannya kepala sang istri pada dada bidangnya. Bukannya malah tenang, tangis wanita itu semakin menjadi berada dalam dekapan sang suami. Alina merasa dunia begitu tidak adil. Dulu, sejak kecil Kyai Fuad sudah mewanti-wanti Abah Nashor agar berkehendak menjodohkan Alina dengan Alif. Tapi kini, saat alur kehidupan tidak sesuai dengan kehendak sang mertua, Alif

  • MADU UNTUK ALINA   Merasa disisihkan

    HATI ALINA (6)_______________"Bagaimana jika nanti hasilnya mengecewakan, Gus?" tanya Alina dengan mata berkaca-kaca."Allah berfirman, Ana 'inda dzonni 'abdibii yang artinya Aku bersama dengan prasangka hambaku. Jadi berprasangka baiklah pada setiap takdir Allah, Lin." Tegur Alif pada istrinya.Alina menunduk, lagi, dirinya merasa malu pada Sang Pencipta. Kecintaannya pada makhluk, membuat syak wasangka Alina begitu buruk pada penciptanya.'astaghfirullah' batin wanita muda itu beristighfar.Akhirnya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, mereka saling terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.____________"Hasilnya keluar besok siang ya, Pak, Bu. Besok bisa langsung ke bagian administrasi dan menemui saya, akan saya jelaskan hasil dari tes kesuburan bapak dan ibu," jelas seorang dokter wanita pada Alif dan Alina.Istri Alif sejak tadi sibuk memilin uju

  • MADU UNTUK ALINA   Ikhtiar promil

    HATI ALINA (5)_______________Keesokan harinya, Bu Nyai Fatma kembali mengajak Alina berbicara dari hati ke hati. Bu Nyai Fatma merasa menyesal telah menorehkan luka di hati menantunya kemarin sore, karena telah mengatakan hal yang begitu menyakitkan bagi Alina."Nikmat setiap orang itu berbeda-beda, Nak. Jika ada satu keinginan kamu yang belum tercapai hingga kini, jangan jadikan alasan jika kamu belum mendapatkan kenikmatan, bisa saja Allah sedang memberimu kenikmatan yang lain, yang sedang orang lain harapkan." Bu Nyai Fatma mencoba memberi pengertian pada Alina yang sempat lepas kendali pada ucapannya."Apa memiliki madu adalah sebuah kenikmatan, Umi?" lirih Alina."Insyaallah, jika kamu bisa melaluinya dengan hati yang ikhlas.""Alina memang keturunan Kyai, Umi. Tapi hati Alina sama dengan hati wanita di luaran sana, tidak akan mampu melihat suami hidup dengan wanita lain selain diri ki

  • MADU UNTUK ALINA   Keegoisan mertua

    HATI ALINA (4)_________________Sepanjang mengajar, Alina mencuri-curi pandang pada Zahwa yang terduduk di pojokan ruangan. Gadis sederhana itu memindai kitab di tangannya sembari mendengarkan penjelasan dari Alina.'Benar-benar tidak puas terhadap ilmu yang sudah di dapat' Batin Alina.Dan itu bagus, setiap santri harus memiliki rasa ketidakpuasan terhadap ilmu yang sudah di dapat. Dengan begitu, para santri akan selalu menthola'ah kitab mereka mencari pengetahuan baru dan ilmu-ilmu baru. Alina kagum dengan semangat belajar yang Zahwa miliki.Tanpa Alina sadari, Zahwa menatap heran pada istri Gus Alif tersebut, yang tetiba berhenti mendikte para santri memaknai kitab mereka.Alina gelagapan melihat tatapan Zahwa dan beberapa santri yang lain. Diraupnya wajah cantik nan putih itu dengan kedua tangan."Zah, tolong gant

  • MADU UNTUK ALINA   Keresahan Alina

    HATI ALINA (3)__________________Sepeninggal Bu Nyai Fatma, Alina kembali berkutat dengan kitab kuning di hadapannya. Nanti sore adalah jadwalnya mengajar di bait As-shoghir, pesantren khusus anak kelas 1-6 SD jika menurut sekolah umum.Alif memasuki kamarnya dan mendapati sang istri tengah menthola'ah kitab fiqh di tangannya."Masuk kelas jam berapa, Lin?" tanya Alif basa-basi."Insyaallah, pukul 4 sore, Gus. Kalau tidak ada halangan," jawab Alina dengan menatap netra sang suami.Alif dibuat salah tingkah dengan tatapan mata Alina. Pasalnya, tiap tatapan yang Alina berikan, selalu membuat getaran tersendiri bagi hati Alif."Sini Lin, saya mau ngomong sebentar," Alif menepuk ranjang kosong di sebelahnya.Alina beranjak dari tempatnya duduk dan menghampiri sang suami dengan perasaan berkecamuk.&n

  • MADU UNTUK ALINA   Akankah Zahwa?

    HATI ALINA (2)_________________"Ning Alin," tepukan tangan di pundak Alina membuat dia tersadar dari lamunan panjangnya.Seluruh jamaah santri putri penduduk bait Al-Hikmah sedari tadi sudah berdiri menunggu Alina mulai memimpin sholat Dhuhur."Astaghfirullah," gumam Alina lirih.Zahwa menatap heran pada istri putra Kyai Fuad yang mereka panggil Gus Alif itu.Ya, gadis dengan usia dua tahun di bawah Alina itu memberanikan diri membangunkan sang pemimpin dari lamunan panjangnya. Pasalnya, Zahwa adalah badal (pengganti) dari Alina ketika ada sesuatu yang mendesak.Rakaat pertama berjalan dengan lancar, meskipun pikiran Alina berkelana jauh membayangkan hadirnya madu dalam rumah tangga yang sudah dia bangun sejak 4 tahun silam.Rakaat kedua, pikiran Alina mengacaukan bacaan surah pendek yang sedang Alina lantunkan. Tepukan punggung

DMCA.com Protection Status