Share

5

Keesokan harinya Yanti terbangun dengan kondisi yang tidak biasa, disampingnya ada Aris yang sudah memandangnya dengan senyum yang selalu memikat hatinya. Yanti benar-benar merasa bahagia.

“Pagi sayang.” Suara bariton milik Aris membuatnya tersenyum bahagia, ada kekosongan hati yang kini mulai terisi.

“Pagi sayang, hmm, aku mau mandi trus bersiap ke kantor.”

“Mau aku anterin?”

“Hmmm, aku hari ini bakal pergi ke beberapa tempat, jadi lebih baik aku berangkat sendiri aja.”

“Aku bisa anter kemanapun kamu mau kok? Ga ada masalah, toh hari ini aku bisa off kan schedule ku.”

“Jangan gitu ahh, hmm ntar malem aja kita dinner gimana?”

“Ok ide bagus, aku yang pilih tempat ya.”

Up to you.” senyum Yanti mengembang melihat Aris yang begitu bersemangat.

Aris kemudian bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi dan Yanti kembali ke kamarnya untuk bersiap.

Saat yanti kembali ke ruang utama dirumahnya, ia bertemu dengan Tomi.

“Ma, sore ini aku pengen kita melamar Gina.”

“Hmm, ok Mama akan kosongkan jadwal lagian hari ini rasa-rasanya ga ada meeting sama klien.”

“Ok deh, Ma. Sampai ketemu nanti sore ya.” Kata Tomi sambil berlalu pergi

“Ya, sayang.”

Yanti kemudian kembali berjalan menuju ke rumah tamu di samping rumah yang digunakan semalaman bersama dengan Aris.

“Kamu dah siap?” tanya Yanti dengan senyum manisnya.

“Udah, tadi aku lihat ada mobil keluar. Anak kamu?”

“Iya, Tomi anak semata wayangku. Dia bilang kalo sore nanti dia mau melamar kekasihnya.”

“Oya? Nama anak kamu Tomi ya, haha, namanya kaya calon menantuku juga. Dia aku tanya kapan lalu untuk keseriusan dia sama anak tunggalku. Ehh ternyata dia cukup berani juga dia bilang kalo memang dia serius sama anakku, jadi ya aku suruh keluarganya untuk segera melamar.”

“Semoga lancer ya acara anak kamu.” Kata Yanti dengan menggelendot di tubuh Aris, membuat Aris gemas dan ia mengecup bibir Yanti, membuat Yanti kembali mengecup bibir pria yang ada dihadapannya.

“Kamu dah siap berangkat?” tanya Aris lembut sambil mengusap lengan Yanti.

“Iya, yuk berangkat.”

“Ok.”

Mereka berdua kemudian masuk ke mobil masing-masing, Yanti berangkat menuju ke galerinya sedangkan Aris kembali kerumah.

====

Pekerjaan Yanti pagi ini tidak begitu padat, hanya ada beberapa aktifitas untuk pembelian material bahan kain guna pesanan gaun wedding klien dan prepare untuk peragaan busana di Paris dalam waktu dekat. Yanti sangat menikmati semua kesibukannya dan tiba-tiba ponselnya berdering.

“Ma, aku dah dideket galeri Mama, aku sama Gina mampir ya.” Kata Tomi dengan suaranya yang ceria dan semangat.

“Oke deh, Mama tunggu ya, Nak. Hati-hati kalian berdua.”

“Siap, Ma.”

Tak berselang lama mereka berdua sampai di galeri milik Yanti, dengan ramah Mia menyapa Tomi anak pimpinannya itu dan mempersilahkan mereka untuk langsung keruangan Yanti.

“Haloooo, Maaa.” Sapa Tomi dari balik pintu kantor.

“Haloo anak gantengnya Mama. Sini masuk, Gina mana?”

“Tuh ngekor dibelakang Tomi.” Jawab anak tunggalnya itu sambil mengerlingkan mata kearah Gina dan disambut cubitan kecil di pinggang Tomi hingga membuatnya mengaduh.

“Halo, Tante.” Sapa Gina ramah seraya mendekat kearah Yanti.

“Halo Gina sayang, akhirnya kamu kesini juga, ya beginilah galeri Tante.”

“Keren loh Tante arsitektur dan penataannya, Gina suka lihatnya.”

“Oya? Ahh, penilaianmu jeli juga. Kapan-kapan Papa Mama kamu diajak kesini ya, biar kita bisa deket.”

“Ok deh, Tante. Kebetulan Papa juga Arsitek ya mungkin aja Papa dan Tante bisa tukar pikiran soal layout ruangan dan sebagainya.”

“Oya? Siapa nama Papamu, kali aja Tante kenal.”

“Aris, Tante. Nama lengkap Papaku Aris Ganindra. Ini fotonya, Tante.” Gina menyerahkan ponselnya dengan bersemangat.

Terpampang jelas dilayar utama ada foto keluarga milik kekasih anaknya itu dan ia tercekat memandang sosok pria yang yang teramat ia kenal ada difoto itu.

‘Aris, ’ mata Yanti terbelalak seakan tak percaya akan kenyataan yang dihadapinya kali ini.

Jantungnya seakan berhenti berdetak kala kekasih anaknya menyebut Aris dengan sebutan Papa.

“Ma, jangan lupa nanti kita kerumah Gina. Ini aku mau anter dia ke salon dulu.” Kata-kata Tomi memecah kepanikan Yanti.

“Oh iya, hmm,  kalian silahkan habiskan waktu kalian. Hmm, nanti sore kita ke rumah Gina, hati-hatai ya kalian.” Yanti berusaha menutupi keterkejutannya, namun tetap saja ia masih tergagap.

“Mama kenapa?”

“Ga papa sayang, tiba-tiba Mama pusing nih ga tau kenapa.”

“Ya udah Mama pulang aja dulu, istirahat. Atau aku anter ke klinik?’

“Ga usah, Mama pulang aja. Istirahat bentar pasti mendingan.”

“Oke deh, kita pergi dulu ya, ”

Mereka berdua kemudian berpamitan meninggalkan Yanti yang masih merasa terguncang.

====

Sore Harinya

Tok, tok, tok

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Yanti

“Maa, ayo siap-siap, Mama ga lupa kan kalo kita malem ini mau ke rumah Gina? Mama dah sehat?” Tomi berusaha membuka pintu kamar karena dirasa tidak ada jawaban dari dalam.

Terlihat Yanti terduduk lesu di tempat tidurnya, membuat Tomi cemas.

“Mama belum sehat ya?” tanya Tomi sekali lagi

“Tom, gimana kalau kita undur atau batalin aja acara lamaran kamu gimana?”

“Ma, ga bisa gitu dong! Ini aku dah siapin cincin buat Gina. Mama jangan bikin aku frustasi, Ma. Mama ini kenapa sih? Kemarin kayaknya Mama yang heboh kenapa sekarang malah kaya gini? Alesan Mama apa?!”

“Mama belum siap kamu tinggal, Tom.”

“Halahhhh!! Alesan Mama itu ga make sense buat aku, Ma!! Mama tahu kan kalau aku ga bakal ninggalin Mama?? Udah deh Ma, mendingan Mama sekarang mandi dan bergegas kurang satu jam lagi loh kita.”

“Tapi, Tom, dia itu.” Yanti seketika mengatupkan mulutnya, ia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya.

“Dia kenapa? Dia siapa? Ma, sekarang udah ga ada waktu lagi. Tomi udah bawa cincin ini buat Gina, please, Ma. Jangan hancurkan masa depan Tomi dengan alesan Mama yang ga masuk akal!” Tomi seketika bergegas pergi keluar dari kamar Yanti.

Dengan keadaan yang tertekan, Yanti kemudian menghubungi Aris namun ponselnya tak di respon bahkan sampai dua kali ia coba namun hasilnya tetap nihil.

Aduuuhhh Ris, jawab dong!!’ Yanti semakin panik.

Ia melihat ke jam dinding, waktu terus berjalan dan ia mau tidak mau harus datang mendampingi anaknya. Ia merasa berdosa terhadap anaknya, jika saja ia tak mengukir kembali cinta masa lalu mereka mungkin anak tidak akan menjadi korbannya. Dan sekarang ia harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya akan melamar anak mantan kekasihnya dahulu, ia mengingat akan dosa apa yang ia perbuat dimalam itu yang membuat situasinya makin rumit.

Yanti kemudian dengan setengah hati berangkat ke rumah Gina bersama dengan Tomi.

“Mama kenapa sih?” tanya Tomi dalam perjalanan.

“Hmm, ga papa kok sayang, ehh, Mama Cuma lagi ga ok aja.”

“Aku jadi curiga deh sama Mama, Mama ga biasanya kaya gini. Perubahannya tu drastis banget.”

“Ahh, perasaanmu aja kali, Tom.” Jawab Yanti dengan gugup.

Yanti semakin salah tingkah saat mobil Tomi masuk ke area parkir rumah Gina yang sangat besar dan luas.

“Tom, tunggu.”

“Kenapa lagi sih, Ma??”

“Kamu serius mau nglamar Gina?”

“Iyaa, Ma, Mama ni kenapa sih? Heran loh aku, Ma.”

“Tom, pulang aja yuk. Mama lagi ga enak badan nih.”

“Ga bisa! Kita udah sampe sini kok. Pokoknya malam ini aku harus bisa melamar Gina, Ma!!”

Setelah mereka beradu argument, Yanti akhirnya turun dari mobil dan berjalan beriringan dengan Tomi

Saat mereka berdua masuk alangkah terkejutnya Aris ketika Tomi berjalan bersama dengan Yanti, sedangkan Yanti melihat ekspresi itu membuat degup jantungnya semakin tak karuan, sedangkan Sintia terlihat sedang berjalan dengan cepat menuju keruang tamu untuk menemui Tomi dan Mamanya, namun betapa terkejutnya Sintia saat mendapati calon besannya adalah mantan kekasih suaminya. Langkahnya seketika berhenti dan menatap dengan wajah tak suka.

Situasi yang tidak enak dirasa oleh Tomi dan juga Gina. Membuat mereka berdua saling menatap bingung

“Papa Mama kita kenapa sih?”

“Ga tau!” Jawab Tomi dengan frustasi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status