dia tidak hilang..hanya saja dia pergi ke rusuk yang semestinya, meski kamu dulu pernah menjadi semesta baginya
Farhan yang berada di lobby hotel sedikit curiga dengan seseorang yang mengikutinya, sudah ia lihat dari ia di bandara singapura sampai ia dihotel ini pria itu kebetulan selalu mengikuti. Farhan kemudian mencoba berjalan ke area lorong samping hotel, dan benar saja lelaki itu mengikutinya. Saat sampai di persimpangan area restoran, Farhan berhenti disisi tembok dan melihat apakah lelaki itu akan terus mengikutinya, dan benar saja tak lama pria itu mengikuti kemana Farhan pergi dan saat lelaki misterius itu melewatinya dengan sigap Farhan melakukan aksinya, bagi dia yang menguasai segala macam bela diri akan mudah baginya untuk melumpuhkan musuh. dengan satu kali gerakan lelaki itu tersungkur jatuh, lalu Farhan mencekiknya dan membangunkannya lalu menahannya ditembok."Kau mau apa? Mengapa kau mengikutiku!! Apa kau ingin mati muda?? Kalau mau akan ku antar kau ke neraka saat ini juga dan aku pastikan akulah satu-satunya orang yang akan kau lihat sebelum kau mati.""Maaf tuan, saya tida
Setelah tiga puluh menit berlalu, Aris rupanya sudah sampai lebih dahulu kemudian tak lama Farhan datang dan masuk ke ruang utama. Situasi terlihat berbeda karena tak biasa cafe itu sepi pengunjung, Farhan melihat sekeliling yang terlihat tidak biasa sedangkan Rana tetap berada di mobil untuk menunggu Farhan.Ketika Farhan melihat sang pemilik cafe, ia menanyakan kenapa dengan memberikan kode gerakan kepala dijawab oleh pemilik cafe kopi itu dengan memasang tulisan Closed di pintu. Wajah Farhan langsung berubah serius karena jelas ini akan berakhir tidak baik-baik saja karena tak akan mungkin Aris membooking tempat ini hanya untuk hal tak penting.Terlihat Aris duduk disudut area belakang, ia duduk dengan membelakangi pintu masuk. Farhan kemudian berjalan menuju meja tersebut."Ada apa kau memanggilku." tanya Farhan datar yang tanpa dipersilahkan ia langsung duduk berhadapan dengan Aris seraya menyalakan rokoknya."Langsung saja, apa maumu.""Mauku? Tentang apa dulu nih, kok tiba-tiba
Terdengar suara pintu kamar apartemen Tomi terbuka, rachel yang ketakutan mengintip dari balik tembok kamar yang dapat langsung melihat ke area ruang tamu, rupanya yang masuk adlaah sang pemilik apartemen. Wajah wanita itu langsung terlihat lega, dengan tersenyum ia berjalan mendekat dan menyapa lelaki itu, namun ia melihat wajah Tomi terlihat sangat kusut dan tidak seperti biasanya."Tom? Kamu ga papa?""Kenapa emangnya?" jawab Tomi singkat dengan nada yang datar."Hmmm..kalau kamu pengen sendirian, ga papa kok. Aku menghindar dulu karena sepertinya kamu sedang tidak ingin di ganggu.""Huffttttt..ga gitu sih, Chel. Aku minta maaf kalau sikapku bikin kamu ga nyaman. Tapi ga gitu maksudku." kata Tomi dengan wajah menyesal dan mendekat ke arah Rachel dan memegang kedua lengan wanita berambut panjang dan cantik itu."Lalu??""Ada hal yang bikin aku ga nyaman aja di sana.""Gina?""Kok kamu tahu sih?""Ya kan kalian satu tim
"Gina??" suara Rachel memecah keadaan, ia terlihat terkejut namun ada satu sisi yang membuatnya merasa menang dari Gina.Tomi yang muai terbangun melihat kearah Gina berdiri, ia cukup terkejut dan merasa bersalah namun Tomi melihat ini sebagai suatu kesempatan dimana Gina pasti akan pergi meninggalkannya karena melihat situasi yang membuat calon tunangannya itu sangat terluka."Tom..kok kamu tega sih sama aku?!! Kenapa kamu berubah!" Gina berteriak sambil terisak.Tomi kemudian berdiri, kebetulan ia hanya bertelanjang dada dan ia sudah mengenakan kembali celananya yang sempat ia tanggalkan. Ia berjalan mendekat ke arah Gina dengan senyum seringai yang memperlihatkan rasa muak akan wanita yang tak diundang itu."Aku tega? Lebih tega mana kamu atau aku? Kamu membuat statement buruk tentang Mamaku..inget Gina.. MAMA KU!!! Kau dengan enaknya menuduh wanita yang melahirkanku dengan mulutmu! Kau melukaiku teramat dalam kau harus tahu itu dan sekarang aku melakukan ini dengan Rachel dan kamu
Jajaran mobil mewah mengantri untuk menurunkan para pengusaha-pengusaha hebat yang berada didalamnya, barisan mobil sport maupun mobil super mewah terlihat lalu Lalang di area parkiran hotel bintang lima bernama Plus Diamond. Malam ini merupakan Reuni Akbar dari SMA internasional yang terkenal dari dulu gudangnya para siswa yang berasal dari keluarga konglomerat, pemilik perusahaan, pengusaha-pengusaha sukses dan juga petinggi negara.“Selamat malam, Nyonya. Silahkan menuju ballroom.” sapa seorang Valley yang membuka pintu mobil Bugatti Chiron.Terlihat wanita cantik keluar dari mobil mewah itu dengan mengenakan black dress dengan belahan dada yang cukup rendah bernama Maheswari Lindaryanti atau biasa dipanggil Yanti. Rambutnya terurai rapi dan mengenakan aksesoris berlian yang tidak berlebihan membuat tampilannya cukup elegan. Tomi, anak semata wayang Yanti yang mengenakan setelan kemeja brand terkenal, mengikuti langkah mamanya dengan gagah.“Yanti, ini benar kamu?” salah satu teman
Malam setelah pertemuan itu, Tomi menceritakan semuanya kepada Yanti, ibunya. Dia cerita tentang ayah Gina yang begitu baik, bahkan sangat ramah kepadanya. Dia lalu memberitahu ibunya bahwa ayah Gina sudah merestuinya. Ketika Tomi ingin menyebut nama ayah Gina, tiba-tiba ponsel Yanti berdering, ada kabar proyek yang harus diselesaikan Yanti besok pagi.“Mama tidur dulu yaa, besok kamu bisa cerita lagi ke Mama. Ini sudah jam sepuluh malam, Mama mau istirahat.” Yanti mengelus rambut anaknya, lalu beranjak ke kamar.Di atas ranjang, Yanti masih memikirkan kejadian reuni kemarin. Dia tidak bisa tidur. Bahkan, baru terlelap sebentar, dia langsung berteriak. Kejadian ini berlangsung selama tiga hari beruntun. Puncaknya adalah ketika Yanti memimpikan bagaimana Aris memaksanya memuaskan hasrat setan yang lama dia pendam.“Ahhh… Ris, hentikan! Jangan memaksaku untuk melakukan lebih dari ini!” Yanti terlihat terdesak disisi dinding kamarnya“Mulutmu menolakku tapi sayangnya tidak dengan tubuhmu,
Hari ini Yanti memilih untuk seharian dirumah dan tidak ke kantor, Ia meminta asistennya membatalkan semua jadwal hari ini, ia ingin rehat sebentar dari segala rutinitas yang ada.Duduk di teras balkon kamar sembari meminum secangkir kopi, itulah yang dilakukan Yanti pagi ini. Alasan dia tidak pergi ke kantor hanya karena dia trauma dengan ucapan Aris dan semua barang-barang yang dia lihat di kantor. Kata-kata pria itu benar-benar membuatnya tertampar, untuk kesekian kali ia kembali membuat hati mantan kekasihnya itu terluka.Sesaat ia mengingat kejadian masa lalu sewaktu ia duduk dibangku SMA, saat itu ia sempat berpacaran dengan Aris. Aris merupakan pemuda yang tidak hobi menghamburkan uang dengan kekayaan keluarga, penampilannya terlihat biasa saja meski level kekayaan keluarga Aris memang cukup mumpuni tetapi masih 2 level dibawah keluarga Yanti, meski begitu perasaan dan cintanya sempurna untuk Yanti. Ia memiliki Impian yang jelas dan bahkan ia memang berniat serius dengan Yanti.
Pintu gerbang kediaman Yanti kemudian dibuka oleh security yang selalu siap di pos penjagaan rumah Yanti dan tak berselang lama mobil hitam milik Aris melaju perlahan untuk berhenti di area parkir.“Hai, ” sapa Yanti dengan senyumnya yang cantik“Hai, aku tadi hanya berharap security rumahmu tak menganggapku sebagai penguntit dan mengusirku dari depan rumahmu.”“Hahaha, masuk yuk.” Ajak YantiYanti kemudian mempersilahkan Aris masuk ke area sisi kanan kediamannya dimana disitu terdapat rumah khusus yang didesign seperti cottage dengan ruang tamu yang privat dan juga kamar, area itu diperuntukkan untuk keluarga atau rekanan bisnis yang menginap untuk pengerjaan project bisnis yang cukup lama.Aris duduk di sofa dan Yanti di sisi kanannya dengan jarak tak terlampau jauh.“Maaf kalo bikin kamu nunggu lama diluar.” Kata Yanti sebagai pembuka pembicaraan mereka.“Hahah, menunggu kamu itu aku rasa adalah hobiku dari dulu.”“Ris, jangan gitu dong, itu membuatku merasa bersalah.”“Ga usah mer
"Gina??" suara Rachel memecah keadaan, ia terlihat terkejut namun ada satu sisi yang membuatnya merasa menang dari Gina.Tomi yang muai terbangun melihat kearah Gina berdiri, ia cukup terkejut dan merasa bersalah namun Tomi melihat ini sebagai suatu kesempatan dimana Gina pasti akan pergi meninggalkannya karena melihat situasi yang membuat calon tunangannya itu sangat terluka."Tom..kok kamu tega sih sama aku?!! Kenapa kamu berubah!" Gina berteriak sambil terisak.Tomi kemudian berdiri, kebetulan ia hanya bertelanjang dada dan ia sudah mengenakan kembali celananya yang sempat ia tanggalkan. Ia berjalan mendekat ke arah Gina dengan senyum seringai yang memperlihatkan rasa muak akan wanita yang tak diundang itu."Aku tega? Lebih tega mana kamu atau aku? Kamu membuat statement buruk tentang Mamaku..inget Gina.. MAMA KU!!! Kau dengan enaknya menuduh wanita yang melahirkanku dengan mulutmu! Kau melukaiku teramat dalam kau harus tahu itu dan sekarang aku melakukan ini dengan Rachel dan kamu
Terdengar suara pintu kamar apartemen Tomi terbuka, rachel yang ketakutan mengintip dari balik tembok kamar yang dapat langsung melihat ke area ruang tamu, rupanya yang masuk adlaah sang pemilik apartemen. Wajah wanita itu langsung terlihat lega, dengan tersenyum ia berjalan mendekat dan menyapa lelaki itu, namun ia melihat wajah Tomi terlihat sangat kusut dan tidak seperti biasanya."Tom? Kamu ga papa?""Kenapa emangnya?" jawab Tomi singkat dengan nada yang datar."Hmmm..kalau kamu pengen sendirian, ga papa kok. Aku menghindar dulu karena sepertinya kamu sedang tidak ingin di ganggu.""Huffttttt..ga gitu sih, Chel. Aku minta maaf kalau sikapku bikin kamu ga nyaman. Tapi ga gitu maksudku." kata Tomi dengan wajah menyesal dan mendekat ke arah Rachel dan memegang kedua lengan wanita berambut panjang dan cantik itu."Lalu??""Ada hal yang bikin aku ga nyaman aja di sana.""Gina?""Kok kamu tahu sih?""Ya kan kalian satu tim
Setelah tiga puluh menit berlalu, Aris rupanya sudah sampai lebih dahulu kemudian tak lama Farhan datang dan masuk ke ruang utama. Situasi terlihat berbeda karena tak biasa cafe itu sepi pengunjung, Farhan melihat sekeliling yang terlihat tidak biasa sedangkan Rana tetap berada di mobil untuk menunggu Farhan.Ketika Farhan melihat sang pemilik cafe, ia menanyakan kenapa dengan memberikan kode gerakan kepala dijawab oleh pemilik cafe kopi itu dengan memasang tulisan Closed di pintu. Wajah Farhan langsung berubah serius karena jelas ini akan berakhir tidak baik-baik saja karena tak akan mungkin Aris membooking tempat ini hanya untuk hal tak penting.Terlihat Aris duduk disudut area belakang, ia duduk dengan membelakangi pintu masuk. Farhan kemudian berjalan menuju meja tersebut."Ada apa kau memanggilku." tanya Farhan datar yang tanpa dipersilahkan ia langsung duduk berhadapan dengan Aris seraya menyalakan rokoknya."Langsung saja, apa maumu.""Mauku? Tentang apa dulu nih, kok tiba-tiba
Farhan yang berada di lobby hotel sedikit curiga dengan seseorang yang mengikutinya, sudah ia lihat dari ia di bandara singapura sampai ia dihotel ini pria itu kebetulan selalu mengikuti. Farhan kemudian mencoba berjalan ke area lorong samping hotel, dan benar saja lelaki itu mengikutinya. Saat sampai di persimpangan area restoran, Farhan berhenti disisi tembok dan melihat apakah lelaki itu akan terus mengikutinya, dan benar saja tak lama pria itu mengikuti kemana Farhan pergi dan saat lelaki misterius itu melewatinya dengan sigap Farhan melakukan aksinya, bagi dia yang menguasai segala macam bela diri akan mudah baginya untuk melumpuhkan musuh. dengan satu kali gerakan lelaki itu tersungkur jatuh, lalu Farhan mencekiknya dan membangunkannya lalu menahannya ditembok."Kau mau apa? Mengapa kau mengikutiku!! Apa kau ingin mati muda?? Kalau mau akan ku antar kau ke neraka saat ini juga dan aku pastikan akulah satu-satunya orang yang akan kau lihat sebelum kau mati.""Maaf tuan, saya tida
Keesokan paginyaYanti terbangun karena desiran suara air pantai dan angin yang berhembus lembut, ia begitu kelelahan hingga tertidur sangat pulas disana, ia melihat sekeliling dan melihat Farhan sudah tidak ada disampingnya namun ia merasa hangat karena jas milik Farhan melekat menutupi tubuhnya. "Selamat pagi putri tidur.." sapa seorang lelaki yang menemaninya semalaman."Wow..gila ya ternyata selama itu aku tidur, sampe-sampe aku baru pagi ini bangun dan sama sekali ga kebangun padahal ini diluar.""Nahhh..itu dia, aku pikir-pikir kamu ini tidur atau simulasi mati, soalnya ga bangun-bangun." kata Farhan dengan nada bercanda. "Ngaco ihh kamu, aku capek banget jadi aku sampe ga kalau aku tidur disini.""Emang dasar kamunya tukang tidur aja pake nge-les segala. Oiya kamu mandi dulu deh, aku udah open room di hotel, nih kuncinya." kata Farhan seraya memberikan kunci."Itu hotel milik kamu?" tanya Yanti sambil menunjuk hotel bintang lima plus diamond yang tak jauh dari tempatnya berdi
Sesaat sebelum Aris melihat Yanti dan Farhan berduaan dipantai,Aris makan bersama dengan Gina dan juga Santi istrinya dicafe yang harusnya menjadi tempat untuk menghabiskan waktu berdua dengan Yanti. Sebenarnya Aris jengah dengan kondisi ini, ia sebanrnya sedang tidak mau menghabiskan waktu bersama dengan Santi sekalipun ia adalah istrinya."Papa nih pergi terus sampe jarang kasih kabar ke kita, kangen tauuukkk..." kata Gina dengan bersungut-sungut."Ya bukan ga mau ngabari tapi kamu tahu sendiri kan gimana kerjanya Papa dan ngurusin bisnis segitu banyaknya itu harus fokus dan ketika ketemu klien harus fokus juga, ga bisa sambil telpon kamu. Toh Papa juga ga lupa buat pulang." jawab Aris sambil memilih menu makanan tanpa melihat kearah anaknya maupun istrinya yang juga sedang memilih menu makanan."Ya ga gitu juga konsepnya, apa sih susahnya chat aku toh juga ga sampe lima menit kok. Semua tergantung prioritas." Gina mulai meninggi nada bicaranya, namun dengan segera Santi menyenggol
Kecupan yang mendarat sempurna di bibir Rachel membuat keduanya saling menumpahkan perasaan, entah mengapa situasi ini seperti arena bagi mereka menumpahkan rasa yang tertahan yang tak mungkin untuk mereka ceritakan atau ungkapkan.Ciuman itu bagai memori yang diputar ulang beberapa tahun yang lalu, romansa indah itu seakan kembali tumbuh dan berbunga diantara keduanya. Ciuman dan sentuhan mewarnai setiap deru nafas mereka.Perlahan Tomi melepaskan ciumannya dan menatap lembut netra wanita dihadapannya, seraya menyibakkan rambut yang menutup wajah cantiknya."Bagaimana bila aku kembali menyukaimu?" tanya Tomi."Tahanlah perasaanmu sampai urusan ini selesai, aku ingin kita fokus tapi jika itu tak mungkin aku akan tetap memberimu semangat dengan seperti ini." Rachel kembali mengecup bibir Tomi perlahan."Aku mau kau dekat denganku, Chel. Aku ingin kita seperti dulu.""Bagaimana dengan Gina? Apakah aku harus berbagi kekasih?" tanya Rachel yang kemudian berjalan menuju mini bar untuk membu
Farhan tersenyum melihat Yanti yang begitu terkejut mendengar kata-katanya."Yups..itu aku dan sekarang kamu lihat kan bahwa sekarang jelas aku bisa bangkit dan hebat. Namaku memang Farhan tetapi orang tuaku memanggilku Arhan sedari kecil, setelah aku mendapati banyak perubahan dalam diriku seperti yang kamu bilang dahulu, aku jadi lebih nyaman dipanggil Farhan.""Ahhh damn!! Ternyata kamu ya..Ya ampun lama banget ga ketemu, aku bener-bener ga ngenalin kamu loh soalnya kamu beda banget sama yang jaman dulu terkhir aku lihat kamu. Kenapa kamu ga ngomong diawal sih? Kalo ngomong diawal kan kita ga ada perdebatan yang membuang waktu.""Ya mana sempat?? Sekalinya ketemu malah kita saling cek-cok, ketemu lagi juga baru kapan lalu trus kebetulan bareng satu pesawat tapi ada Aris, ya mana bisa kita ngobrol??.""Ahhh iya ..ya.. Ya udah yang penting kita udah bisa ketemu jadi kalo gini kan nyambung obrolannya dan seru, lagian kamu sih sikapnya bikin bete..kalau kamu friendly kan enak dari awal
"Sssttt..bisa diem ga!?" suara bariton pria itu terdengar tak asing, Yanti kemudian membuka mata dan benar lelaki itu adalah Farhan.Setelah Yanti tenang Farhan kemudian melepaskan bekapan tangannya dibibir Yanti."Kamu apa-apaan sih, Han?! Aku bneran teriak kalo kamu kaya gini!""Sana teriak! Biar Santi dan Gina sekalian tahu kamu disini, aku itu bantuin kamu biar mereka ga lihat kamu disini! Dasar bodoh!"Yanti terlihat kaget mendengar perkataan Farhan barusan."Apa?? Mereka disini? Bohong kamu!""Ga percaya? Silahkan keluar dan lihat siapa yang duduk bersama Aris disana." kata-kata Farhan terdengar seperti sebuah kata perintah baginya.Yanti kemudian dengan cepat meninggalkan Farhan ditoilet wanita dan Farhan mengekor setelahnya, saat hendak masuk ke area resto netra Yanti melihat ada Santi dan juga Gina disana dimana mereka duduk bersama dalam satu meja bersama Aris, entah kenapa ada rasa cemburu dihati Yanti, dimana seharusnya rasa itu tak boleh ada didirinya karena dialah yang be