Home / Romansa / Lovers In Exchange / Sebuah Lorong Rahasia

Share

Sebuah Lorong Rahasia

Sepanjang hari Evellyn hanya mengurung diri di kamar, suhu tubuhnya kini sudah membaik, akan tetapi rasa pening di kepalanya masih saja belum hilang juga. Namun, sekalipun ia masih merasakan pusing, tetapi rasa bosannya hanya membuat keadaan semakin buruk saja.

Setelah kepergian dokter dan pelayan yang merawatnya, Evellyn dengan perlahan turun dari ranjang. Lalu iapun melangkah menuju jendela, untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa ia lihat di taman? Karena Evellyn masih penasaran, siapakah sosok yang ada di taman itu? Dan apakah ada sesuatu yang tersembunyi di taman?

Dengan penuh tekad Evellyn memutuskan untuk keluar dan menjelajah taman di luar kamarnya. Dengan susah payah Evellyn terus menarik pintu menuju taman, sungguh sulit di buka. Saat melihat keadaan pintu itu yang seakan sudah menyatu dengan tembok, karena setiap sela-sela lubangnya tertutup debu, membuat Evellyn yakin tempat itu pasti sudah bertahun-tahun di abaikan. Lalu… siapa sosok yang ia lihat semalam?

Masih penasaran dan tak ingin menyerah, Evellin mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuka pintu itu dengan paksa, hingga suara deritan nyaringpun terdengar. Bunyi nyaring itu terdengar seiring terbukanya pintu, gesekan pintu tebal dan debu serta karat dari engsel-engsel pintu membuat Evellyn harus bersusah payah. Dan setelah celah pintu itu terbuka selebar beberapa jengkal, Evellynpun berhenti menariknya lagi. Ia diam sejenak sambil menghirup udara dengan rakus, lalu memfokuskan pandangannya yang sudah mulai berkabut.

Mata Evellyn tampak terkesima melihat pemandangan di hadapannya, pantulan cahaya matahari menyinari taman bunga itu, hingga berkilau dan menakjubkan. Pemandangan bungan mawar berwarna merah tua, putih dan pink memenuhi taman kecil itu. Ada juga ayunan yang atasnya sudah di tutupi tanaman rambat berbunga merah bercorak kuning serta ungu nercorak putih. Sungguh taman yang menakjubkan, melihatnya rasa pening dan lelah Evellyn seketika hilang, ia justru merasakan dadanya di penuhi udara segar yang begitu menenangkan.

“Ini… sungguh sangat indah,” gumam Evellyn. Iapun melangkahkan kakinya masuk kedalam taman ini, tetapi, Evellyn sejenak menghentikan langkahnya. Aneh… ini sungguh aneh. Melihat kaca jendela dan pintunya yang berdebu serta ilalang yang di biarkan tumbuh tinggi di sekitar jendela kamarnya. Kenapa taman ini justru sangat bersih dan rapi? Seolah ada seseorang yang membersihkannya? Ataukah, jangan-jangan memang ada seseorang yang sering datang ke taman itu dan membersihkannya?

Evellyn kembali melanjutkan langkahnya, dan iapun mengedarkan pandangannya untuk melihat ke sekeliling. Begitu banyak jenis bunga yang berwarna-warni, indah dan sejuk, tanaman rambatpun memenuhi seluruh dinding taman itu, sehingga suasananya benar-benar sejuk dan asri. Lalu… Evellyn pun teringat dengan sosok yang ia lihat semalam, dengan ragu-ragu Evellyn menoleh ke arah dinding yang di penuhi tanaman rambat, lalu iapun melangkahkan kakinya untuk mendekat.

Tak ada apapun di sana, hanya tanaman rambat yang menjuntai dan tumbuh dengan suburnya, lalu… dari mana sosok yang semalam itu muncul? Pikir Evellyn merasa bingung.

“Haaahhh… sudahlah, mungkin semalam aku terlalu lelah. Karena itulah aku melihat hal-hal yang sangat aneh!” gumamnya, lalu iapun memutar tubuhnya hendak kembali ke kamarnya. Karena rasa pening itu kembali muncul dan menyakiti kepalanya. Tetapi, belum sempat ia melangkah Evellyn merasakan ada tiupan angin yang meniup tengkuknya. Sontak saja Evellyn langsung menoleh ke arah belakangnya, dan tiba-tiba Evellyn melihat tanaman rambat itu tersingkab, dan iapun melihat ada sebuah pintu berwarna perungguh menempel di dinding yang tertutup tanaman rambat.

“Itu… apakah ada sebuah ruangan? Berarti semalam itu aku benar-benar melihat sosok seseorang?” gumam Evellyn, ia tampak terkejut, dan dengan langkah ragu-ragu Evellyn mulai melangkah dan mendekat, untuk memeriksa pintu itu.

Ckleekkk…

“Tidak terkunci!” gumam Evellyn semakin terkejut, jantung Evellyn tiba-tiba merasa ciut, iapun dapat merasakan jantungnya berdegup dengan liarnya, sehingga indra pendengarannya terdengar berdengung.

“Tidak… seaiknya aku kemabali, aku tidak boleh gegabah masuk ke dalam sana. Siapa yang tahu di dalam sana ada sesuatu yang menyeramkan, atau mungkin ada sebuah jebakan!” pikir Evellyn, lalu iapun kembali menutup pintu itu, dan mundur beberapa langkah untuk kembali kekamarnya.

Namun, entah kenapa Evellyn merasa enggan untuk kembali. Walaupun ia merasa takut, akan tetapi ia juga penasaran ingin mengetahui ada apa di dalam sana sebenarnya. Lalu apa tujuan sosok semalam yang seakan memancing Evellyn untuk masuk? Apakah ada sesuatu di dalam sana? Ataukah… “Ah, Ya Tuhan. Apakah ini jalan untuk keluar dari kediaman ini? Apakah ini jalan rahasia?” pekik Evellyn.

“Ya… aku tidak tahu tujuan sosok semalam itu apa? Tetapi aku tidak bisa terus merasa penasaran tanpa tahu kemana pintu ini akan membawaku. Haaahhh… baiklah, aku harus mencoba memasukinya. Jika sekiranya tidak aman, aku akan segera pergi dari tempat ini!” gumam Evellyn, iapun membulatkan tekadnya dan menguatkan hatinya agar tidak takut saat memasuki ruangan itu.

Setelah merasa keberaniannya terkumpul, Evellyn kembali membuka pintu itu dengan perlahan. Awalnya ia hanya mengintip ke dalam, tampak ada sebuah lorong yang di terangi lampu yang menempel di atas dinding di sepanjang lorong. Sesaat Evellyn hanya diam dan mengernyitkan keningnya, apakah ada seseorang di dalam sana? Ataukah lampu-lampu itu memang tidak pernah di matikan dan di biarkan menyala sepanjang hari?

Dengan perlahan Evellyn melangkah masuk ke dalam lorong itu, lorong itu temaram, karena lampu-lampu yang terpasang berwarna kuning lembut, bukan seperti lampu terang yang biasa ada di sepanjang kediaman. Di sepanjang lorong baunya benar-benar pengap, karena tidak ada sirkulasi udara di sepanjang lorong itu. Evellyn meraba-raba dinding lorong yang terasa kasar, dan iapun terus melangkah menelusuri lorong itu sambil tetap waspada. Karena Evellyn takut sosok semalam yang ia lihat akan muncul di sana secara tiba-tiba.

Langkah Evellyn terhenti saat ia menemukan sebuah pintu di dinding yang sedang ia raba, sesaat Evellyn tampak menimbang-nimbang, haruskan ia memeriksa pintu itu? Ataukah ia lanjutkan menelusuri lorong hingga ia menemukan ujung lorong itu.

“Apakah aku periksa terlebih dahulu pintu ini? Siapa tahu aku bisa menemukan sesuatu!” seru Evellyn kepada dirinya sendiri, iapun kembali melihat ke lorong panjang yang seakan tak berujung itu, lalu kembali menatap pintu di hadapannya.

Setelah yakin dengan pertimbangannya, Evellyn pun perlahan memutar hendle pintu itu. Sepertinya susah dan macet, tetapi kemudian setelah Evellyn mencoba beberapa kali, pintu itu akhirnya terbuka dengan suara berderit karena engsel yang seolah sudah lama macet karena karat.

Evellyn mengedarkan pandangannya di ruangan gelap itu, suasananya tampak temaram, pengap seperti sudah lama tidak pernah di masuki. Evellyn pun meraba-raba dinding, dan akhirnya menemukan saklar di kamar itu.di tekannya saklar kamar itu, dan cahaya kekuningan yang lembut langsung menyinari seluruh ruangan.

“Ini sebuah kamar!” guamam Evellyn tampak terkejut, ia bisa melihat kamar itu sangat peminim dengan nuansa lavender dan putih yang lembut seperti nuansa kamarnya saat ini. Evellyn pun semakin penasaran dan iapun mengitari pemandangan di hadapannya, kamar itu… benar-benar mirip dengan kamarnya sekarang. Hanya saja ada beberapa figura yang menggantung di dinding, dan Evellyn pun menemukan sesuatu yang membuatnya tertegun, dan seketika itu pun wajah gadis itu langsung memucat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status