Evellyn bangun dengan kepala pening yang luar biasa, iapun mengernyitkan dahinya dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu iapun mengedarkan matanya melihat ke sekeliling. Mata Evellyn memicing saat melihat keadaan kamar itu yang temaram, ruangan itu begitu menakutkan, dingin dan mengandung aura yang menekan.
“Kau sudah bangun,” ucap seseorang yang entah berasal dari mana. Seketika Evellyn langsung beringsut sambil menarik selimut dan mencengkramnya kuat-kuat. Lalu, suara langkah kaki terdengar mendekat. Semakin lama semakin mendekat hingga membuat Evellyn semakin gemetar karena ketakutan.
Seketika, Evellyn tampak ternganga, tepat di hadapannya datang seseorang yang begitu tampan. Mungkinkah saat ini Evellyn sedang berhalusinasi? Mungkinkah ia sudah mati? Karena saat ini Evellyn seperti sedang menatap seorang malaikat, karena sosok lelaki di hadapannya ini benar-benar luar biasa tampan.
Sesaat, Evellyn langsung menepiskan pikiran anehnya itu, iapun memalingkan wajahnya karena tidak tahan melihat ketampanannya, yang membuat dada Evellyn berdegup liar hingga pikirannya menjadi kacau. Diakah lelaki yang menginginkannya? Lelaki yang bernama Zavio Franco? Batin Evellyn bertanya. Tetapi... mana mungkin? jika memang dia lelaki yang membelinya, dan jika dia kekasih Sharon. Bagaimana bisa Seorang Sharon yang genit dan matre bisa melepaskan lelaki itu? Karena lelaki di hadapan Evellyn ini sungguh sangat rupawan. Tidak... tentu saja tidak! Pikir Evellyn, laki-laki yang membelinya itu pasti lelaki tua, gendut, jelek. Sama sekali tidak tampan, tetapi merupakan orang kaya raya yang mesum. Karena lelaki yang seperti itulah yang selalu Sharon pacari, tidak mungkin lelaki tampan dan muda ini yang bernama Zavio Franco. Evellyn pasti sudah salah mengira orang.
Namun, siapa lelaki yang di hadapannya ini? Lelaki itu tinggi atletis dengan perawakan sempurna, dia pun mengenakan stelan jas yang pastinya di jahit khusus hingga tampak pas dan indah di tubuhnya yang berotot, tetapi tampak ramping. Dan di lihat dari tampangnya, sepertinya dia berusia 32 tahun, terlihat dewasa dan berkharisma. Dan semua yang ada pada lelaki itu hanya bisa di ucapkan dengan satu kata, 'Sempurna' gumam Evellyn dalam hati.
Mata coklat gelapnya yang bagaikan elang seolah sedang menelisik Evellyn yang tengah takjub setelah menatapnya, selintas, seulas senyum tersungging di sudut bibir tipis lelaki itu, hingga seketika Evellyn terkesiap tepat setelah ia kembali menoleh ke arah lelaki itu. Senyuman itu bagaikan panah yang langsung menghunus jantung Evellyn, seketika itu Evellyn langsung berdegup kencang saat menerima hantaman kharisma dan ketampanan yang sempurna di hadapannya. Sungguh Evellyn benar-benar tak percaya, matanya kini bisa melihat ciptaan tuhan yang sungguh luar biasa.
“Eheemmm... sampai kapan kau akan menatapku seperti itu? Dan tutuplah mulutmu terlebih dahulu. Kau sungguh menggelikan dan konyol, kau tahu!” seru lelaki itu datar, namun ada seulas senyum di sudut bibir lelaki itu. Lalu, lelaki itupun duduk di pinggiran tempat tidur sambil menatap Evellyn tajam. Sontak saja Evellyn langsung mengeratkan tangannya yang mencengkram selimut, dan diapun menekuk kakinya untuk menjauh dari lelaki tampan yang bagaikan iblis itu.
“Kau tahu kau datang kesini untuk apa?” tanya lelaki itu.
“A... aku... aku tidak tahu,” ucap Evellyn gagap. Sejujurnya memang dia tidak tahu, apa tujuan ibunya itu membawanya ketempat itu. karena Sharon sama sekali tak menjelaskan apapun, seperti biasanya. Evellyn hanya di tugaskan untuk patuh, tak perduli apapun itu. tetapi, jika memang kali ini benar seperti dugaan gadis itu, bisakah kali inipun dia melarikan diri?
“Ckkk... Eve yang malang, ibumu memang perempuan kejam. Dia menjualmu kepadaku, tetapi dia bahkan tidak menjelaskan apa-apa. Sungguh ibu yang buruk, dia tidak pantas hidup di dunia ini, karena perempuan menjijikkan itu hanya mengotori mataku!” geram lelaki itu, tampak matanya bercahaya bagai api membara yang mengandung kebencian. “Dan jangan salahkan aku, jika sampah sepertinya harus di singkirkan. Agar tidak ada lagi orang-orang yang di rugikan, seperti kau... dan aku!” sambungnya sambil tersenyum manis ke arah Evellyn, setelah bibir itu mengucapkan kata-kata keji dengan santainya.
Lelaki itu benar-benar trsenyum manis, senyum yang tak kunjung pudar sekalipun di bibirnya membicarakan kata-kata keji yang menakutkan. Sorot matanya penuh kebencian dan sarat akan hasrat membunuh, sangat bertolak belakang dengan senyuman itu, tetapi entah kenapa bisa-bisanya lelaki itu terus tersenyum, sementara Evellyn merasa ketakutan bagaikan mangsa yang sedang di ajak berbincang oleh predator yang akan melahapnya.
“Apakah dia psikopat? Lelaki ini benar-benar menakutkan! Tunggu dulu, dia bilang ibuku menjualku kepadanya? Berarti dialah Zavio Franco, tetapi kenapa bisa? Kenapa Sharon rela melepaskan lelaki tampan dan kaya ini? Ini sungguh aneh, atau... Ah, jangan-jangan lelaki ini memang iblis. Sharon yang selalu bisa menakhlukkan lelaki yang menjadi kekasihnya saja, bisa-bisanya melepaskan lelaki yang seperti lelaki di hadapannya ini. Mungkinkah dia benar-benar iblis? Karena itu Sharon bahkan tak ingin berhubungan lagi dengannya, karena itulah aku di jadikan penggantinya! Ya Tuhan, bisakah aku lolos darinya?” batin Evellyn dengan tubuh yang gemetar, “Sungguh lelaki tampan yang mengerikan, pantas saja novel yang biasa aku baca selalu menggambarkan lelaki iblis itu di gambarkan bagaikan lelaki bak dewa yunani. Dan sekarang aku bisa melihat satu di antara mereka, dan dia tepat di hadapanku!” sambungnya sambil meringis ketakutan.
“Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?” batin Evellyn menjerit.
“Sepertinya kau takut kepadaku, apa aku melakukan sesuatu yang menakutimu?” tanya lelaki itu sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Menakutiku? Melihat tampangmu yang dingin saja sudah membuatku takut!” dengus Evellyn dalam hati.
“Katakan saja, kau tidak perlu takut. Ah, aku benar-benar lupa. Aku bahkan belum memperkenalkan diri, aku Zavio Franco panggil saja aku Zavio.” Lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Evellyn, dengan gugup Evellyn menyambut tangan itu dengan perasaan takut luar biasa.
Melihat tangan Evellyn yang gemetar, Zavio langsung meraih tangan itu seraya menyunggingkan senyum. Apa lagi saat Evellyn terbelalak karena kaget saat tangannya di tarik paksa, dan seketika itu dengan reflek Evellyn menarik tangannya dan menyembunyikannya di balik selimut.
“Kau sungguh lucu Eve, kau...”
“Akkhhh...” tiba-tiba terdengar suara jeritan di luar sana, suara yang begitu nyaring, dan Evellyn mengenal suara itu. sontak saja Evellyn langsung berungsut, ia menyinkap selimut yang menutupi tubuhnya dan berlari ke arah jendela. Seketika itu Evellyn membuka gorden tebal dan gelap itu, hingga akhirnya sinar matahari masuk dan kamar gelap itupun terlihat jelas. Namun, Evellyn sama sekali tak mau memperhatikan seperti apa bentuk kamar itu, saat ini matanya mencari-cari arah suara, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Namun, seketika mata Evellyn terbelalak. Tubuhnya gemetar hebat saat melihat sosok mengerikan tepat tak jauh di luar sana, Zavio berusaha menutupi pandangan Evellyn. Tapi gadis itu sudah terlanjur melihat, di luar sana... di ujung dekat sebuah kolam, ibunya terlentang dengan posisi aneh. Dan darah segar menggenang di belakang kepalanya, di mulutnya, di bawah wajahnya. Dan matanya tampak terbelalak, penuh ketakutan. Seketika itu tubuh Evellyn langsung lunglai, hingga Zavio harus menopangnya.
“Telpon Ambulans!” perintah lelaki itu terdengar menggema di telinga Evellyn. Lalu, samar-samar Evellyn mendengar lelaki itu pun memerintahkan para pelayan untuk menelpon dokter sesegera mungkin, untuk memeriksa keadaannya.
“Telpon Dokter segera, suruh dia datang secepatnya. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan melenyapkan nyawanya!” ancam Zavio Franco begitu menakutkan. Sontak saja para pelayan itu terdengar berlari, langkah kakinya berderap semakin lama semakin menjauh dan menghilang. Lalu, lambat laun kesadaran Evellyn pun mulai memudar hingga akhirnya gadis itu benar-benar tak sadarkan diri.
***
“Dia sudah sadar Tuan,” ucap seseorang saat Evellyn mencoba membuka matanya, dan lagi-lagi rasa pening menghantam kepalanya hingga iapun meringis dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit dan berdenyut.
Lalu, Evellyn bisa merasakan tempat tidurnya bergoyang, tangannya di sentuh seseorang dan di genggamnya dengan lembut.
“Kau tidak apa-apa?” kecemasan tampak jelas dari suara itu, seketika Evellyn langsung membuka matanya dan tampak Zavio duduk di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Manik mata lelaki itu tampak sedang mencemaskannya, seolah dia adalah seseorang yang berharga yang begitu ingin di lindunginya. Dan entah kenapa, Evellyn baru merasakan emosi itu. emosi yang mencemaskan dirinya, yang bahkan seumur hidupnya tidak pernah ada seorang pun yang pernah melakukan itu, termasuk ibunya sendiri, dan sekarang... orang asing itu... lelaki yang baru ia temui itu, mencemaskannya?
‘Tidak... saat ini bukan waktunya memikirkan hal itu, Sharon... ibu... apa yang terjadi kepadanya?’ tanya Evellyn dalam hati.
“Sharon... Ibu,” suara Evellyn seketika menghilang seolah tercekik. Ingatannya kembali saat ia melihat ibunya bersimbah darah dan tak sadarkan diri di luar sana, apakah perempuan itu mati? Ataukah Zavio Franco berhasil menyelamatkannya? Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ibunya bisa terluka dan mengalami kejadian mengerikan itu?Dengan lembut Zavio menggenggam kedua tangan Evellyn yang tampak sedih dan ketakutan, “Aku sangat menyesal Eve, aku sangat menyesal...” ucap lelaki itu terdengar lirih. “Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi, polisi sedang di depan untuk menyelidiki. Dan menurut mereka, Sharon terpeleset, hingga kepalanya terbentur pinggiran kolam dan... dan... aku... aku benar-benar minta maaf!” ucap Zavio, iapun tampak menundukkan wajahnya seolah menyesal.Evellyn mengamati kesedihan di mata Zavio, entah kenapa gadis itu merasa aneh melihat lelaki yang tadi dingin dan menakutkan ti
Evellyn mengedarkan pandangannya melihat ke sekeliling, keadaan kamar itu kini tampak sedikit terang tak seperti sebelumnya. Lampu tidur sengaja di nyalakan dan juga lilin beraroma terapi tampak menghias di beberapa sudut dengan warna api yang yang lembut. Lilin-lilin itu menguarkan aroma sandalwood yang khas, wanginya yang lembut dan menenangkan membuat Evellyn merasa sedikit tenang, dan pening di kepalanya pun perlahan menghilang. Sesaat Evellyn baru menyadari, wangi lilin aroma terapi ini sama persis seperti wangi tubuh lelaki itu. Tentu saja Evellyn tahu, saat Zavio hendak menutup mata Evellyn saat melihat kondisi Sharon, seketika itu wangi tubuh lelaki itu tercium oleh Evellyn. Dan wangi tubuhnya itu begitu menenangkan, dan kini Evellyn tahu, rupanya wangi dari lilin itu menempel di tubuh Zavio hingga menguarkan aroma yang sama.Evellyn melihat nuansa di sekitar kamar itu, semuanya di tata dengan sangat rapi dan bersih, dan kamar itu pun bernuansakan warna
Cckkk... Mengingat perempuan itu, seketika suasana hati Zavio menjadi buruk. Iapun bangun dan menjauh dari Evellyn, lalu duduk di kursi santai sambil terus memandangi gadis itu yang kini hanya tampak rambut belakangnya saja. “Haaahhh... sungguh menjengkelkan!” gumam Zavio seraya mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak menyalahkan Evellyn karena suasana hatinya saat ini tiba-tiba memburuk, tetapi dia menyalahkan dirinya sendiri karena hingga saat ini lelaki itu masih saja tidak bisa melupakan perempuan yang sangat ia cintai itu. Bahkan gara-gara perempuan itu, hidup Zavio hancur, dan merubah lelaki itu menjadi iblis di atas ranjang yang selalu memuaskan emosinya dengan meniduri setiap perempuan yang mendekatinya dengan kasar. Hal itu dia lakukan sebagai pelampiasan kekecewaannya. Karenanya, tak sedikit perempuan yang sudah ia buat hancur dan menderita, setiap kali lelaki itu melampiaskan amarahnya. Kerinduannya ak
Haaaahhh... Zavio merasa saat ini pikirannya tengah kalut. Dengan perlahan dia melangkah menuju mini bar, dan mengambil salah satu botol minuman di lemari minumannya. Dengan perlahan Zavio menuangkan minumannya ke gelas, dan memasukan bongkahan kecil es batu kedalamnya. Perlahan ia memutar-mutar gelas itu, memainkannya sesaat, lalu meneguk minuman itu hingga tandas. Gelas demi gelas Zavio habiskan minumannya, lelaki itu tanpa henti terus menuang minuman dan meneguknya dengan kasar. Hingga tak terasa, Zavio menghabiskan minumannya hingga botol ke tiga. Dan saat itulah, lelaki itu mulai kehilangan akal dan meracau. Pandangannyapun mulai berkabut, dan kepalanya seakan terus berputar tanpa henti."Hentikan itu brengsek! Kau membuat kepalaku sakit, kau tahu!" maki Zavio sambil menunjuk-nunjuk lemari minumannya.Mendengar ada suara, seketika itu Evellyn menggeliat dan bangun dari tidurnya. Evellyn menggeliat dan meregangkan otot lehernya yang tera
Evellyn tampak menarik nafas dalam-dalam untuk mencoba menenangkan jantungnya yang memburu dan juga tubuhnya yang gemetar. Saat ini Evellyn tak bisa berbuat apa-apa, jika lelaki itu berniat mencekiknya, fisik Evellyn dan keadaan yang memojokkannya tak akan bisa untuk mencegah lelaki itu.“Ada satu hal yang harus kau tahu, Eve! Kau sepenuhnya dalam kuasaku, tubuhmu, nyawamu, adalah milikku. Karena ibumu sudah menjualmu kepadaku, dan baguslah kau masih perawan, hingga akulah lelaki pertamamu. Karena jika tidak, kau akan tahu apa yang akan terjadi! Aku... tidak suka barang bekas, karena itu sangat menjijikan!” dengus lelaki itu kasar dan arogan.“Bukankah kau kekasih ibuku? Dan dia sudah pasti bukan perawan, lalu kenapa kau memacarinya hingga bertahan selama ini?” tanya Evellyn dengan nada ketus, serta memberi tatapan tajam seakan tak takut lelaki itu bisa kapan saja mematahkan batang lehernya.Mende
“Eve!” gusar Zavio menggeram.“Tidak!” pekik Evellyn sengit.“Eve... cukup!”“Aku bilang tidak!” jerit Evellyn tak mau kalah.“Kau!...” seketika Zavio memejamkan matanya dan menghela nafas, lalu membuka matanya dan menatap Evellyn dengan tatapan yang sudah melembut.“Ayolah Evellyn, jangan memaksaku!” seru Zavio mencoba menahan amarahnya.“Lelaki yang mengancam seorang gadis...” kata Evellyn dengan sangat tenang, sambil diam-diam memasukkan tangannya ke bawah bantal. Lalu tangan itu menyentuh pistol yang ia sembunyikan, pistol yang keras dan memiliki berat, namun saat menggenggamnya terasa begitu menakjubkan. “... adalah orang yang lebih menjijikkan!”“Benarkah Eve? Apa kau...” lelaki itu mulai berbicara dengan nada angkuh, tetapi s
***“Kau sungguh ceroboh, Non Eve. Bagaimana bisa kau memprovokasi seorang Zavio Franco? Sepertinya kau sungguh sudah tak sayang nyawa. Aaaahhh... kehilangan nyawa secara instan itu jauh lebih baik, takutnya kau akan mendapatkan balasan yang mengerikan dari kedua lelaki itu. Tuan Zavio dan Elias... Haaahhh, percaya kepadaku, kau tak akan pernah berani walau hanya melirik mereka sekilas saja, jika kau tahu siapa kedua orang itu!"“Ini salahnya sendiri, dia mencoba mengancamku setelah berbuat keji. Iblis sepertinya memang pantas mendapatkan itu, dan dia pantas mati!” rutuk Evellyn diliputi emosi.“Jaga mulutmu, Eve! Sebelum aku robek mulutmu itu!” geram Elias yng tiba-tiba muncul, dan dengan hitungan detik lelaki itu secepat kilat menerjang Evelin dan menamparnya hingga perempuan itu jatuh tersungkur. Evellyn memekik saat keningnya membentur pot, hingga pot porslen itu pecah karenanya.
Evelin menghela napas untuk kesekian kalinya sambil mengambil beberapa baju yang ia sukai, lalu menumpuknya di atas meja. Setelah menemukan beberapa set pakaian dan dalaman, Evellyn pergi menuju kamar mandi, dan iapun merendam baju-baju itu dengan sisa sabun mandi cair yang tadi ia pakai. Menguceknya sedikit, setelah itu iapun menjemurnya di tiang lemari kamar mandi yang biasanya untuk menggantung jubah mandi maupun handuk. Sementara untuk saat ini, stelan celana pendek dan tengtop menjadi pilihannya. Toh hanya untuk tidur saja, jadi Evellyn mencari yang simple dan nyaman baginya. “Haaahh... baiklah, hari ini sudah cukup melelahkan!” keluh Evellyn sambil menggeliat untuk melemaskan urat-uratnya yang terasa kaku dan pegal, kemudian iapun mandi dengan air dingin untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah dan gerah, karena kamar itu sama sekali tak ada pendingin maupun kipas angin. Sehingga tubuh Evellyn terasa lengket dan basah. *** &nb